Happy reading guys ...
Jika berkenaan harap menekan tombol bintang sampai berwarna ya dan mohon komennya, terimakasih ...
Btw, typo harmak
Enjoy ya ...
*****
Sudah hampir dua minggu Angger tinggal bersama keluarga Harsa, Harsa Alelino Maaghlita. Anak itu cepat berbaur dan menerima kenyataan jika ia juga harus bisa bahagia.
Awalnya, ia selalu bertanya kapan ia akan pulang ke rumahnya.
"Om, Angger kapan dipulangkan. Angger nggak mau nyusain Om besar sama Om satu lagi." begitu kira-kira yang disampaikan anak itu.
Namun, Harsa berserta Imge dengan lembut memberi anak itu pengertian agar Angger tetap tinggal di sana. Menjadi bagian dari keluarga mereka.
Selama itu pula Angger semakin dekat dengan keluarga tersebut. Baik Harsa, Gemta, Difkie serta dua kakak sepupu teratas Difkie.
Putra pertama Harsa bernama Marell Areka M. Si pemuda dengan rahang tegas serta tatapan tajam yang selalu menusuk. Bibir tebal dengan postur wajah yang begitu simetris. Sangat tampan dan berkarisma.
Yang kedua bernama Difkie Arulika M. Ia salah satu pemuda pendiam, tak banyak bicara dan membantah. Pemuda dengan garis miring di alisnya itu memiliki senyum yang begitu manis dengan gigi rapi yang ia munculkan. Meski pendiam dan tak banyak bicara, tapi ia salah satu orang yang suka candaan.
"Becanda aja lo," begitulah kira-kira kata yang sering ia ucapkan saat orang-orang sedang berujar serius padanya.
Yang ketiga dan keempat adalah abang sepupu yang sangat dekat dengan pemuda itu.
Urutan terakhir dan paling kecil adalah Gemta. Gemta Arutala M, si pemuda manja hasil didikan sang papa, Imge serta keluarganya, pastinya. Tiada hari tanpa pelukan Imge, kecupan hangat dan suara sapaannya. Berwaktu-waktu lalu hingga sekarang ia ingin berubah menjadi pemuda yang tidak manja dan mandiri. Apakah ia bisa?
"Psst! Bang Gemta, Angger mau coklat," bisik anak itu pada Gemta yang ada di sebelahnya.
Kini, mereka berdua serta Marell sedang berada di supermarket. Awalnya, ia hanya ingin pergi sendiri karena hanya akan membeli beberapa minuman untuk teman ia begadang saat lembur, tapi dua curut yang amat menggemaskan itu malah turut andil.
"Beli seperlunya, jangan berlebihan. Abang tau kalau kalian maruk," ujar Marell datar.
"Dan lagi, bukan kah kau alergi dengan coklat, Angger?!"
Kedua anak bungsu itu tak bercicit. Gemta hanya menatap Angger seraya mengacungkan jempolnya, tanda menyetujui permintaan sang adik barunya itu.
Tangan Angger dengan gesit memasukkan beberapa coklat ke dalam troli belanjaan yang didorong oleh Marell. Namun, Marell yang melihat itu pun dengan cepat mengembalikan beberapa dan menyisakan dua buah.
Hal itu membuat Angger cemberut, tapi kembali tersenyum saat Gemta yang juga memegang keranjang memasukkan semua coklat yang Angger pilih tadi. Begitu seterusnya, Angger memasukkan beberapa jajanan dan kembali Marell letakkan di tempat semula, dan yang bertugas mengambil kembali adalah Gemta.
Bukan pelit, tapi Marell tidak ingin adik-adiknya makan terlalu banyak jajanan yang mengandung micin, bukan kah itu tidak sehat?
"Bang Gemta yang terbaik," gumamnya pelan sambil terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angger
Teen FictionSemua bermula saat orang tuanya berpisah, hidup sendiri tanpa ada yang mengasihani. Hidupnya berubah 180°, ia ingin menyerah, tapi tidak kunjung mati. Sampai di mana, ia ingin mengakhiri semuanya. Tidak menolerensi penjiplakan! Jika menemukan cerita...