DUA PULUH

3K 163 12
                                    

Vote dan tandai jika ada typo!

~Happy Reading~

Pagi ini Abizar sudah siap dengan pakaian santainya ia akan bermain ke rumah kakak cantiknya. Dirinya sangat merindukan perempuan itu, sudah lama ia tak bertemu.

Abizar mengenakan baju putih polos yang lengannya sedikit digulung dan celana pendek berwarna abu-abu, bahkan ia mengenakan kacamata hitam miliknya. Rambut yang ia tata dengan rapi serta memakai parfum.

"Ploduk Ayah cama Bunda mana pelnah gagal, liat anak Ayah Culya yang cangat tampan ini melebihi Abang," celoteh Abizar didepan kaca.

Setelah mengatakan itu Abizar mengambil ponsel miliknya dan tak lupa BlackCard yang dia dapatkan dari sang Ayah lalu keluar dari kamarnya.

Saat sampai dibawah Abizar dikagetkan dengan suara triakan sang Bunda yang sepertinya sedang memarahi Abangnya.

"Ck Bunda itu pagi-pagi udah tliak-tliak aja Izal belaca kaya dihutan," gumamnya kesal.

Abizar menghampiri sang Bunda yang sedang berada di dapur, ia duduk di kursi biasa dirinya menunggu Bundanya memasak.

"Bunda tuh tenapa cih kok tliak-tliak."

Liza terkejut mendengar suara tiba-tiba ia mengelus dadanya.

"Astaga Dek sejak kapan kamu ada disitu? Bikin Bunda kaget aja," ujar Liza kembali dengan masakannya.

"Dali tadi, dali Bunda tliak telus ngomel-ngomel," ujar Abizar santai sambil mengayun-ayunkan kakinya.

Liza menghela nafas kasar. "Itu Bunda kesel sama Abang kamu, katanya tadi pengen dibuatin nasi goreng spesial eh pas jadi malah langsung kabur gitu aja kan kesel Bunda."

"Adek mau nasi gorengnya? apa mau digorengin sosis?" tanya Liza.

Abizar mengangguk. "Izal mau Bunda cama naci goleng."

Liza baru sadar jika putranya itu sudah sangat rapi, jika melihat penampilan sang putra seperti ini ia terkadang sampai lupa jika memiliki putra yang masih kecil, lihat saja penampilan putra bungsunya itu sudah seperti orang dewasa saja.

"Adek mau kemana tumben pagi-pagi udah rapi," tanya Liza heran.

"Mau ke lumah tatak cantik mau jenguk pacal cakit," jawab Abizar menyengir.

Liza mengangguk ia lupa jika dirinya juga belum menjenguk gadis itu, sepertinya ia akan mengajak suaminya nanti setelah pulang kerja. "Hati-hati ya bawa sepeda apa dianter?"

"Bawa cepeda aja deh Bunda kan ndak jauh," jawab Abizar dan Liza menjawab dengan anggukan.

"Oh ya Dek Bunda mau tanya kenapa semalem kamu bisa tidur dikandang harimau, Bunda panik nyari Adek kemana-mana gak ada," tanya Liza yang penasaran.

Mendengar ucapan bundanya Abizar justru terkikik. "Hehe maap ya Unda jadi tuh pac cole itu Izal main cama Ley Izal ndak jadi tidul itu, kalna mau maglib Izal macukin Ley ke lumahnya tapi Izal magel jalanna ke dalem Bunda, jadinya Izal duduk cama Ley dilumahnya campe ketidulan deh maap ya Bunda udah buat panik," ujar Abizar panjang lebar.

Apa kata putranya, Mager? Astaga putranya ini benar-benar membuat Liza bahkan sampai tak bisa berkata-kata mendengar cerita itu.

"Kamu terlalu absurd Dek," ujar Liza dalam hati.

"Iya gapapa tapi lain kali gak boleh gitu ya kalo apa-apa bilang dulu," peringat Liza lalu diangguki Abizar.

Liza kemudian memberikan sepiring nasi goreng kepada putranya itu dan dimakan dengan lahap oleh Abizar.

SYAKIRA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang