EMPATPULUH DUA

1.6K 84 4
                                    

Vote dan tandai jika ada typo!

~Happy Reading~

Malam ini disebuah ruangan kecil yang jauh dari kata mewah, beberapa orang terlihat membicarakan suatu hal yang serius.

"Be careful and don't rush,"  ucap seorang pria dengan serius.

"Hm," jawab seorang pemuda.

Salah satu dari mereka tersenyum miring sambil menatap sebuah foto didinding, tangan itu perlahan mengelusnya dengan tatapan tajam.

"Sebentar lagi," gumam orang tersebut.

" Ya, Sedikit lagi selesai," ucap pemuda itu dengan tatapan sendu. Teringat akan seseorang yang amat berharga baginya.

"Pergilah," ucap pria itu tiba-tiba.

Pemuda itu terdiam sesaat lalu tak lama mengangguk, tanpa berbicara apapun pemuda itu pergi begitu saja dari ruangan tersebut.

Dua orang didalam ruangan itu menatap kepergian pemuda itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

*****

Keesokan harinya dimansion Arzad, seperti biasa Abizar kembali membuat rusuh. Kali ini ia merengek meminta ikut kesekolah bersama Bintang.

"Bunda boleh yah, Izal mo ikut Abang," rengeknya.

Liza menghela nafas lelah. "Sayang dengerin Bunda, disana itu tempat untuk belajar bukan tempat bermain." Liza mencoba memberi pengertian.

Mata Abizar berkaca-kaca. "Bunda pelit! Izal ndak mau makan!"

Bintang yang kasihan terhadap Adiknya pun akhirnya mengangguk memperbolehkan. "Yaudah siap-siap jangan lama."

Sontak Liza menoleh kearah putra sulungnya. "Bang.."

Bintang tersenyum. "Gapapa Bun nanti Bintang bilang El supaya dibolehhin."Bintang menenangkan sang Bunda.

Sedangkan Abizar bersorak senang. "Yeay ahilnya boleh, Abang ma ndak pelit ndak kaya Bunda!"Abizar menatap sang Bunda sedikit cemberut.

Liza menghela nafas namun tak urung ia pun tersenyum. "Abisin Bunda siapin tasnya ya."

Abizar mengangguk acuh dan memakan sarapan paginya, Pagi ini mereka hanya sarapan bertiga, sedangkan sang Ayah sudah terlebih dahulu berangkat karena urusan kantor.

Tak lama Liza kembali dengan tas bergambar pororo ditangannya yang isinya dompet kecil, susu kotak, roti dan handpone milik putranya oh tak lupa kacamata hitam andalan seorang Abizar.

"Nih, jangan nakal ya sayang nurut sama Abang gak boleh bandel oke," ucap Liza memperingati sang putra.

Abizar mengangguk antusias. "Ciap Bunda.."

Bintang bangkit dan menyalimi sang Bunda dan diikuti Abizar. Liza tersenyum melihat keduanya dan mengantarkan sampai didepan pintu.

"Hati-hati jangan kebut-kebutan," ucap Liza dan diangguki Bintang.

Brum Brumm..

Mobil sport berwarna hitam itu melaju kencang meninggalkan pekarangan mansion menuju rumah sahabatnya.

Saat sampai didepan mansion El, pemuda itu sudah menunggu didepan teras dengan headphone ditelinganya.

Tin Tin..

Fokus El teralihkan kemobil milik Bintang yang sudah sampai tanpa banyak bicara El langsung masuk kedalam mobil. Dirinya sedikit tersentak saat melihat Abizar duduk dengan nyaman dikursi depan dengan menatap dirinya ceria.

SYAKIRA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang