DUAPULUH DELAPAN

2.1K 104 11
                                    

📌Warning> ada adegan kekerasan tidak untuk ditiru ya jika ada yang tidak menyukai part ini bisa skip

Vote dan tandai jika ada typo!

~Happy Reading~

Sepertinya malam ini adalah malam terakhir bagi seorang perempuan disebuah ruangan yang pengap dan bau khas darah itu, bagaimana tidak seluruh tubuhnya penuh luka sayatan dan cambukan oh jangan lupakan sebelah matanya yang selalu menetes darah, kini ia hanya mempunyai satu mata.

Sampai menangis pun ia tak keluar air mata lantaran terlalu lama menangis, berteriak pun rasanya percuma yang bisa ia lakukan hanya lah menunggu kematian saja.

Ceklek

"Cepet bunuh gue," ucap perempuan itu lirih saat melihat beberapa orang bertopeng mendekatinya, ia tak ada tenaga untuk berteriak.

Salah satu dari pria bertopeng itu terkekeh.

"Apa kau menyerah? Apa begitu sakit? Lemah," ejek pria bertopeng itu.

Perempuan itu tak membalas apapun hanya menatap sendu ke salah satu kali-laki itu.

"Apa aku salah kalo suka sama kamu Bin," gumam perempuan itu lirih.

"Lo gak akan ditakdirkan untuk gue," ucap pria yang dipanggil Bin itu.

Ya laki-laki itu adalah Bintang, El, Bima serta yang lain. Sedangkan perempuan itu adalah Flesya, orang yang selama ini mengejar-ngejar Bintang namun diabaikan oleh pemuda itu.

Perempuan yang sama yang mencoba menyelakai Embun berkali-kali sampai akhirnya masuk rumah sakit.

Flesya tersenyum getir mendengarnya, andai ia bisa mengubah takdir ia ingin berada diposisi Embun sahabat dari pria yang ia cintai.

"Kalo gitu bunuh gue buat apa gue hidup kalo gak bisa dapetin orang yang gue suka."

Bintang menyeringai mendengarnya. Heyy dia ditantang? Oh ayolah ini akan sangat seru bukan jika ia bisa bermain dengan fokus jika korbannya menyerah seperti ini.

"Lakukanlah," ucap Bima.

Bintang mengangguk dan maju dengan membawa sebuah belati. Dengan perlahan ia menukir indah ditangan perempuan itu sampai membentuk sebuah bunga mawar yang berlumuran darah.

Flesya hanya bisa menahan rasa sakit yang luar biasa.

Senyum puas terukir dibibir Bintang, menatap bangga karyanya lalu menoleh kearah perempuan yang mulai menutup mata itu.

Plak!

"Bangun Anj*ng siapa yang nyuruh lo tidur!!!" bentak Bintang.

Refleks Flesya membuka matanya dan meringis menahan sakit, dikeadaan seperti ini pun Tuhan tak membiarkan dirinya bebas sampai saat ia akan menutup matanya untuk selamanya pun ia disadarkan kembali untuk menikmati rasa sakit yang diberikan para iblis pencabut nyawa dihadapannya ini.

Jlep
Jlep

"ARGHH HIKS SAKITT."

"Heyy jangan menangis cup cup om kasih minuman segar sebentar." Surya mengambil segelas perasan jeruk nipis lalu ia tuangkan ke luka sayatan yang diberikan Bintang tadi.

Flesya kembali berteriak kesakitan namun triakannya tak terlalu kencang lantaran tenaganya habis lagi pula sepertinya ini detik-detik kematiannya.

"Jangan terlalu lama aku tak sudi membuang waktuku untuk perempuan rendah macam dia," ucap Bima menusuk.

Bintang dan El saling menatap dan menyeringai. Keduanya mulai beraksi termasuk Athur dan Surya. Athur Memotong satu persatu jari tangan dan kaki Flesya sedangkan Surya sibuk menjahit kudua mata Flesya.

SYAKIRA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang