TUJUH BELAS

3K 162 7
                                    

Vote dan tandai jika ada typo!

~Happy Reading~

"Aduh Mawar cepet ih lama banget gantinya," pekik Embun kesal.

Bagaimana tidak kesal jika ia sudah menunggu hampir setengah jam namun sahabatnya tak kunjung keluar.

"Yaelah cil bentar napa," sahut Rose dari dalam.

Embun mengerucutkan bibirnya, ia sangat bosan dan kakinya sangat pegal sedari tadi terus berdiri.

"Iss udah la tinggal aja, paypayy Mau Embun duluan," ujarnya lalu berlari meninggalkan Rose sendirian ditoilet.

Saat sampai dilapangan ia melihat teman sekelasnya yang sudah mulai olahraga bahkan sudah pengambilan nilai.

"Wehh dari mana aja cil astaga baru nongol," panggil Nio kala melihat Embun baru datang.

Bintang dan El yang melihat gadis itu hanya terdiam pun menghampirinya.

"Dari mana hmm kok baru kesini," ujar Bintang heran.

El juga pun menyahuti. "Ayoo, kamu harus pengambilan nilai dulu semua hampir udah selesai."

Embun mengangguk dan mendekat  kearah pak Andi yang sedang sibuk memperhatikan murid-murid yang lain.

"Pakk!" triak Embun berlari kecil menghampiri sang guru.

Pak Andi menoleh dan melotot sambil Berkaca pinggang.

"Dari mana aja kamu, liat temen-temen kamu udah pada pengambilan nilai," ujar pak Andi.

"Bapak cape dari tadi nungguin kamu gak dateng-dateng," ujar pak Andi dengan kesal.

"Nunggu yang gak pasti itu memang cape pak, apalagi kalo ga peka," sahut Nio dramatis.

"Hoh bener, udah nunggu lama gak peka eh akhirnya ditinggalin, kit heart pak," celetuk Brian juga.

Nio menatap sinis kearah Brian. "Gaya lo yang ada lo noh yang ninggalin, anak orang lo baperin terus lo tinggalin gitu aja."

"Iya bang Bri itu gak baik tau, kayak Embun nih gak mandang pisik yang penting uang ngalir kaya air terjun, buat apa ganteng kalo gak punya duit," ujar Embun ikut-ikutan.

"Heh dasar matre lo cil," ujar Nio dan Brian bersamaan.

Pak Andi sendiri malah sudah pergi ntah kemana, meninggalkan murid-muridnya.

"Udah ayo ambil bola basketnya itu," ujar El menyuruh Embun mengambil bola basket yang ada di dekat ring.

Dengan patuh Embun mengambil bola itu dan memberikannya kepada El dengan polosnya. El terkekeh gemas melihat betapa polosnya sahabatnya ini, harusnya Embun lah yang mencoba bukan di berikan kepada dirinya.

"Dicoba dulu," ujar El lembut.

Embun mengerjap-ngerjapkan matanya lalu mengangguk.

Dug! Dug!

Dengan mudahnya Embun mendribble bola itu dan memasukannya kedalam ring basket.

Jangan tanyakan kenapa gadis itu bisa jawabannya adalah dia sudah berlatih dari kecil, ah tidak lebih tepatnya sering bermain bersama dengan El dan Bintang sedari kecil jadi tak heran jika dia bisa bermain basket.

"Yeayy masuk Embun bisa," pekiknya senang.

Bintang dan El tersenyum melihat betapa senangnya gadis itu yang bisa memasukan bola kedalam ring basket.

Diujung lapangan pak Andi menonton tersenyum dan mengacungkan jempolnya Kearah Embun dan dibalas dua jempol juga oleh Embun dengan senyuman.

Namun tiba-tiba mereka dikejutkan dengan triakan membahana dari Rose yang berlari terburu-buru.

SYAKIRA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang