TIGAPULUH DUA

2K 94 36
                                    

Vote dan tandai jika ada typo!

~Happy Reading~

Setelah hampir satu minggu Embun dirawat karena kejadian waktu itu, hari ini ia diperbolehkan pulang. Bahagia? Tentu saja ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu olehnya.

Berbicara tentang luka tembakan dan sayatan di wajahnya kini sudah kering dan tinggal sedikit lagi pemulihan.

Ia pulang bersama kedua orang tuanya. Sedari tadi Embun sangat antusias memasukan semua barang bawaannya.

"Yess Embun pulang juga," gumamnya senang.

Yuma tersenyum melihat sang putri yang sangat antusias saat mendengar dirinya sudah diperbolehkan pulang.

"Bundaa susu pisangnya jangan lupaa," ucap Embun lucu.

Yuma terkekeh."Iyaa sayang."

Setelah beberapa waktu akhirnya mereka selesai membereskan semua barang-barang dan bersiap untuk pulang.

Namun tiba-tiba ia teringat jika kedua sahabatnya siapa lagi jika bukan Bintang dan El, kedua orang itu tak nampak sama sekali beberapa hari ini bahkan memberi kabar pun tidak, huh menyebalkan.

"Iss Abin sama El jahat banget si gak jemput anak cantik ini padahal udah sembuh, awas ya Embun bakal bales," ucap Embun kesal.

Embun dan kedua orangtuanya kini sudah ada dimobil setelah tadi bersiap-siap dan menyelesaikan administrasi.

Sejak keluar dari rumah sakit tadi Embun terus saja diam dan hanya menampilkan wajah masamnya. Yuma tersenyum.

"Anak cantik Bunda kenapa hmmm," tanya Yuma heran, putrinya ini terlihat murung tak seceria tadi.

"Abin sama El, Bunda masa mereka gak jemput Embun gak kasih kabar juga," ucap Embun dengan mata berkaca-kaca.

Yuma terkekeh dan Bima tersenyum menanggapi ucapan sang putri.

"Mungkin Bintang dan El sibuk sayang jadi gak sempet kabarin kamu, jangan sedih ya nanti kalo kan pasti ada kabar tenang yahh," ucap Yuma menenangkan sang putri.

Embun mengangguk lalu menghapus air matanya yang sedikit menetes lalu tersenyum manis.

*****

Liza menatap datar putra bungsunya itu, sejak tadi sangat sibuk menata rambutnya dan berkaca hampir 2 jam lamanya.

"Celecai waktuna Izal belangkat untuk menyambut tatak cantip puyang," ucap Abizar girang.

Liza menghela nafas, putranya ini seperti remaja saja dari penampilan dan gaya bahasanya sudah tak seperti anak seusianya.

"Ini gara-gara handphone putraku jadi seperti remaja centil," ucap Liza lalu pergi begitu saja dari kamar putranya.

Abizar yang sudah siap pun akhirnya turun kebawah.

Ting

Ia sedikit berlari menuju meja makan. Dan melihat sang Bunda dan sang Ayah.

"Good pagi cemuana," pekik Abizar mendekat.

"Pagi sayang," balas Liza dan Surya serempak.

Surya menatap penampilan sang putranya itu menghela nafas bagaimana tidak, penampilannya sudah seperti remaja sungguhan ditambah memakai kacamata bulat andalannya serta rambut yang rapi tak lupa memakai jam tangan. Sungguh sesaat Surya lupa jika putra bungsunya ini masih anak-anak.

"Astagfirullah" gumam Surya lelah.

"Undaa Izal mau naci golengna!" pinta Abizar antusias saat melihat nasi goreng lengkap dengan sosis dan suwiran ayam.

SYAKIRA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang