DUAPULUH LIMA

2.2K 115 25
                                    

Vote dan tandai jika ada typo!

~Happy Reading~

Bugh
Bugh
Bugh

"Sayang udah jangan menyakiti dirimu sendiri, ini bukan sepenuhnya salahmu," ucap Liza terisak air matanya menetes, hatinya sakit kala melihat kondisi putranya.

Yuma pun sama, ia menangis namun melihat pemuda itu yang menyakiti dirinya sendiri dengan brutal pun tak tega untuk menyalahkan atas kehilangan putrinya itu.

Sedangkan Naya menenangkan sahabatnya itu yang sejak tadi menangis menatap putranya.

"Bintang udah nak, kalo kamu gini terus gimana Embun mau ketemu," ucap Yuma yang sedikit terisak.

Bintang menghentikan aksinya, memukuli dinding sekolah dengan tangannya sampai berlumuran darah. Bintang selalu menyalahkan dirinya sendiri yang lalai menjaga sahabat kecilnya itu, dirinya sudah berjanji sejak kecil akan menjaga sahabatnya terlebih Ayah gadis itu selalu mempercayakan putrinya kepadanya, ia seperti sangat bertanggung jawab terhadap keselamatan sahabatnya. Dan hari ini ia teledor, ia ceroboh.

Aiden dan yang lainnya membantu mencari Embun diseluruh penjuru sekolah dengan dibantu beberapa bodyguard sedangkan El sendiri berusaha mencari keberadaan gadis itu dengan sesuatu yang pernah ia berikan kegadis itu.

Tak ketinggalan, Bima serta sahabatnya Surya dan Athur pun sampai menyewa detektif untuk membantu mencari keberadaan permata mereka.

Tadi setelah gadis itu izin pamit ketoilet sampai bel masuk tak kunjung kembali hal itulah tadi yang membuat semua sahabatnya khawatir terlebih Bintang dan El.

Ketika mereka mengecek toilet tak ditemukan dan berujung berkumpulnya semua keluarga gadis itu tak terkecuali keluarga Bintang dan El untuk mencari keberadaannya.

Liza pun mendekati putranya itu dengan hati-hati dan langsung memeluknya erat.

"Udah sayang jangan kaya gini, mending kita obatin terus bantu yang lain cari Embun ya," ucap Liza yang sudah berhenti menangis, ia meringis melihat tangan sang putra yang berlumuran darah dengan sedikit bergetar.

Bintang menggeleng sambil menatap bundanya itu dalam. "Bintang pergi dulu Assalamualaikum." Bintang pergi meninggalkan yang lain dengan perasaan khawatir.

Liza menatap kepergian putranya itu dengan sendu. Hal seperti ini bukan pertama kalinya ia lihat saat dulu Embun pernah tertabrak motor pun putranya itu selalu marah tak terkendali.

*****

"Gue udah cari ke kelas-kelas tapi kagak ada," ucap Nio lelah.

Brian pun mengangguk. "Gue juga udah priksa ruangan lainnya dan hasilnya nihil."

"Gue sama Aiden pun sama," ujar Rose lesu.

Aiden sedari tadi terdiam pemikirkan sesuatu.

"Ruangan cctv?" tanyanya.

Semua memandang satu sama lain seolah apa yang ada difikiran mereka itu pasti ada jawabannya.

"Kita kesana."

Aiden dan yang lain pergi untuk menuju suatu ruangan yang siapa tau akan ada sedikit petunjuk disana.

*****

Kening El mengerut saat mendapati sesuatu yang ia lacak berada disuatu tempat yang tak jauh dari sekolah ia sangat tau tempat itu, bukan tempat biasa.

Ia mengambil handphonenya dan langsung menghubungi seseorang.

"Aku menemukannya."

"Dimana," jawab orang disebrang.

"Kumpul semua di tempat biasa."

SYAKIRA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang