Seijin shiki yang sedang berlangsung dengan khidmat itu pun akhirnya berakhir, di tutup dengan meneguk minuman beralkohol yang sengaja di siapkan setelah upacara berlangsung.
"Wuaahh, aku seharusnya meminum ini sejak lama!" Pekikan bahagia terucap dari bibir anak muda yang baru beranjak dewasa.
"Tidak suka rasanya, agak pahit." Sedangkan lawan duduknya hanya menatap gelas berisi cairan bening dengan tatapan nanar.
Kemudian netranya menatap temannya yang berbalut kimono hitam dan merah tengah menenggak minuman langsung dari kendi. Memicingkan mata tidak menyangka ia akan menyukai rasanya yang pahit dan panas itu.
"Akio! Orang tuamu memanggil!" Teriakan itu menggema membuatnya jadi pusat perhatian.
"Aiyaa, sebentar!" Langkahnya terdengar nyaring dengan sendal kayu yang menjadi alasnya, mendatangi keluarga yang berdiri di dekat pintu masuk kuil.
"Wei Wuxian! Bukankah kamu berjanji akan minum bersamaku?" Seorang laki-laki yang berada di usia yang sama dengannya mendengus tidak suka.
"Hehehe, kau pergi saat upacara selesai, dan mereka mengajakku, bagaimana caraku menolaknya?" Tanpa dosa ia meneguk sisa minumannya.
"Terlalu banyak alasan," cibiran itu terlontar pada sosok yang memakai kimono yang sama dengannya, hanya berbeda warna, ungu gelap.
"Kita harus kembali ke Cina, kau sudah berjanji akan kembali setelah legal, bukan?" Perempuan muda anggun dengan langkah pelan mengusap anak rambutnya, menyapu dengan lembut untuk merapikan sisanya.
"Jie-jie! Aku betah disini," Wei Wuxian, ia merayu tangan perempuan muda tadi dengan bergelayut pada tubuhnya yang lebih kecil darinya.
"Aiyoo, berapa umurmu sekarang, hm? Bukankah sudah menjadi dewasa tahun ini?" Perempuan itu tertawa geli melihatnya, ia menangkup pipinya dan menyatukan dahi mereka.
"Tidak usah di hiraukan dia, jie! Memalukan melihat sikapnya tidak berubah,"
"Jiang Cheng! Ayolah, jangan merajuk, hm? Aku akan minum bersamamu, jadi tersenyumlah!" Wei Wuxian mengejar langkahnya, berganti menjadi parasit di tangan orang yang ia panggil Jiang Cheng itu.
"Menjauhlah, dasar pemabuk!" Delikan tajam dan dorongan yang cukup keras menjadi jawaban, namun ia hanya terkekeh semakin konyol atas sikap sepupunya.
"Sudah, sudah. Ayo kembali, A-Xian, pamitlah dulu sama teman-temanmu," leraian halus itu membuat keduanya menurut, disusul oleh langkah kaki Wei Wuxian yang berlari menjauhi mereka.
.....
Dua bulan berlalu dan Wei Wuxian telah memindahkan setengah dari barangnya untuk di bawa pulang, kini kamar asrama miliknya jauh lebih luas dari biasa.
Sekarang tinggal kelulusan saja.
Jadi ia akan menikmati sisa waktunya di sini, dengan berkeliling melihat bunga yang ia sukai, alasan mengapa ia memutuskan tinggal jauh dari negaranya.
.....
Dan kini, upacara kelulusan berakhir, setiap orang memakai bunga kertas yang sama, dengan aneka warna namun miliknya berwarna putih.
Bersama-sama menghabiskan waktu terakhir di sekolahan yang penuh kenangan, bercanda di dalam kelas hingga hari menjadi larut.
Karena sebelumnya ia telah di tarik oleh keluarganya untuk berfoto, bahkan beberapa orang meminta kancing seragamnya. Membuat seragam itu tersisa tanpa kancing baju.
Meskipun ia tidak keberatan dengan bajunya yang terbuka itu.
.....
"Akio, kau sungguh kembali ke Cina?" Pertanyaan itu terucap dari salah seorang teman sekelasnya.
"Sepertinya begitu, aku sudah berjanji sama shijie untuk pulang," sembari membereskan sisa-sisa terakhir miliknya yang berada di kelas ini.
Benar, Wei Wuxian, atau lebih di kenal sebagai Akio saat ia bersekolah di Jepang. Menghabiskan 6 tahun di negeri sakura hanya karena ia suka dengan bunga yang berwarna putih-pink itu.
Dan dengan modal nekat serta janji, ia pun akhirnya bersekolah di sana selama 6 tahun setelah kelulusannya di tingkat dasar. Kali ini, waktunya ia menepati janjinya.
"Pembuat onar kita lulus dan kembali ke negara asalnya," sebuah suara mendayun dari balik pintu, menampakkan sosok tinggi yang bersandar santai sembari menatapnya lekat.
"Senpai tidak perlu khawatir, aku akan terus menjadi pembuat onar dimana pun aku berada!" Dengan bangga ia menepuk dadanya yang membusung.
BRAK!
"Itu bukan pujian, bodoh!" Sebuah buku terlempar mengenai kepala bagian kanannya, sedikit meringis di sebabkan sampul buku itu yang lumayan keras.
"Aku tau, aku tau. Jadi? Mengapa senpai ada disini? Melihat kelulusanku?" Dengan membawa tas ransel miliknya, langkahnya mendekat pada sosok yang lebih tinggi.
Bunga perpisahan yang di pin di atas kantong bajunya itu di lepas, tergantikan dengan bunga merah yang ada di tangan mantan kakak kelasnya itu.
"Warna merah lebih cocok untukmu," ucapnya. Bunga kertas berwarna putih itu dibuang ke tempat sampah, membuatnya tertawa.
"Jauh-jauh mendatangiku untuk ini? Baiklah, terima kasih senpai," Wei Wuxian membungkuk untuk memberi hormat orang yang lebih tua.
"Baik-baik di sana, jangan melupakanku," usakan ringan ia terima.
"Harusnya senpai merasa senang dengan kepergianku, lawanmu untuk berdebat sudah hilang~" Alisnya naik dan turun dengan nada menggoda.
Karena dahulu, saat kakak kelasnya ini masih sekolah, ia kerap kali membuat repot dengan banyak kasus-kasus yang membuat pening lelaki berkacamata itu. Berjabat sebagai ketua senat siswa, Akio itu termasuk kedalam blacklist.
"Hahh, bukankah kamu senang saat aku lulus? Tidak ada yang menangkapmu saat mencuri bekal para gadis saat jam istirahat," cibiran halus itu menusuknya dengan telak.
"Senpai kejam sekali! Aku tidak mencuri, hanya meminta sedikit dari milik mereka, salahkan saja kenapa membawa bekal yang begitu enak di lihat? Kan, aku jadi tidak bisa menahan diri!"
Elakan dengan manyunan bibir itu sudah sering menjadi alasannya agar lepas dari hukuman, lalu mendapat satu sentilan sebagai balasannya, menjadi hal biasa.
"A-Xian!" Suara yang memanggilnya membuatnya terkejut. Belum sempat mengeluarkan protes pada sosok yang menyentilnya, ia harus segera pergi.
"Oke Arata senpai, aku pergi dulu! Semoga harimu menyenangkan!" Dan secepat kilat sosoknya hilang di balik pintu keluar.
...
Musim semi tahun 20XX
Kelulusan angkatan 159, SMA Hirosaki
Wei Wuxian, akhirnya dinyatakan lulus.
.....
.....
.....
note. Kelulusan anak SMA di jepang itu waktunya hampir sama dengan upacara kedewasaan anak remaja disana. Yang dimana, upacara kedewasaan dulu lalu kelulusan sekolah.
Januari : Seijin Shiki
Maret : Sotsugyou Shiki
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna (MDZS)
FantasyBagaimana jika Wei Wuxian kembali dan melupakan segalanya? Bagaimana jika Lan Wangji harus hidup abadi demi menebus kesalahannya? dan, bagaimana jika kisah mereka tidak berjalan mulus seperti yang di harapkan? ----- Modern AU MDZS Bl story ⚠️ Bebera...