362 35 2
                                    

Lan Wangji berjalan menyusuri sekolah-sekolah yang saling berhadapan satu sama lain. Berderet dengan siswa-siswi mereka yang memakai seragam warna-warni.

Perkembangan zaman mengubah bentuk pembelajaran serta tata pakaian pada murid-murid mereka, sedikit lebih nyaman dan juga nampak indah di pandang.

Semilir angin menerpa lembut pada wajahnya yang rupawan, ia sedang mengantar Nona Lou untuk menjemput anaknya, hanya searah dengan tempat tujuan hingga ia pun mengizinkannya menumpang.

Selagi menunggu, ia sedikit berjalan-jalan pada halaman yang cukup luas. Namun kegiatannya terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Wangji?"

Lan Wangji membeku, ia tentu ingat siapa pemilik suara itu, kepalanya menoleh melihat ke belakang.

Dengan tubuh tegap tinggi, memakai jas putih panjang dan juga kacamata yang bertengger di wajahnya yang tegas. Itu kakaknya.

"Kakak?" Suaranya ragu untuk keluar, namun bentuk bibir itu memberi tanda ia memanggil orang tersebut.

Ini merupakan kehidupan ketiga Lan Xichen.

Bagaimana ia bisa mengenalnya?

"Wangji, aku tau itu kau," Lan Xichen berjalan mendekat dengan senyuman merekah.

"Kakak? Kau kenal aku?" Lan Wangji bertanya saat mereka sudah saling pandang.

"Mn, tentang tuan muda Wei yang mati juga aku tau,"

"Ingatanmu?" Lan Wangji mengernyitkan kening.

"Gusu, Klan Wen, Meng Yao, dan tuan muda Wei Ying."

Ah, dia hanya mengingat kehidupan pertamanya?

"Wangji, mari ke ruanganku sebentar, kita perlu berbicara."

Lan Wangji hanya menuruti perintah kakaknya, ia mengikuti langkahnya untuk menuju ke ruangan kesehatan yang nampak sepi.

.....

Keduanya duduk berhadapan, hanya di pisah oleh sebuah meja di antara keduanya. Dengan secangkir teh hangat yang di hidangkan, Lan Wangji dengan setia menunggu setiap kata yang akan terlontar dari kakaknya.

"Wangji, bagaimana kabarmu?" Lan Xichen, atau Lan Huan di masa lampau bertanya padanya, senyuman itu pun masih sama.

"Tidak banyak berubah."

"Kau masih sama sejak dulu," kalimat ini membuat Lan Wangji menunduk, sejak dulu yang ia bicarakan itu sudah sangat lama dibanding masa sekarang.

"Tidak banyak berubah." Ulangnya.

"Hahaha, benar. Aku senang kau baik-baik saja." Nampaknya mereka merasa sedikit canggung dengan pertemuan tiba-tiba ini.

Sebenarnya, Lan Xichen sudah mengetahui Lan Wangji sejak ia berdiri tidak jauh dari gerbang sekolah.

Meski memang penampilan itu di sesuaikan mengikuti zaman.

.....

"Kakak, bagaimana bisa kau tau itu aku?"

"Sepertinya, kita harus memulai bertanya padamu lebih dulu, Wangji." Lan Xichen tersenyum.

"Ini.. kehidupanku yang keberapa?" Lanjutnya, suaranya nampak tercekat.

"Ketiga." Jawaban singkat itu membuatnya menghela nafas panjang.

"Kau selalu sendirian sejak itu, maafkan aku," Lan Xichen menunduk, ia tentu saja ingat bagaimana adiknya itu di hukum menjadi abadi oleh leluhur, bahkan tentang kematiannya pada saat gempa bumi di Gusu Lan.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang