Lou Qingyang saat ini sedang mengurus beberapa berkas yang tertinggal di mobil, parkir di depan halaman perusahaan membuatnya harus segera bergerak.
Namun dengan tubuh kecil itu, membawa tumpukan kertas yang cukup berat membuatnya kesusahan.
"Nona cantik, biar aku bantu!" Sebuah suara membuatnya menoleh, ia terkejut saat melihat dua pemuda berjalan mendekatinya, salah satu di antara mereka malah berlari.
Nona cantik?
"Tidak perlu, aku bisa sendiri," ia menolak dengan lembut, namun naas, berkasnya sudah di ambil alih.
Sebelum sempat memprotes, Lou Qingyang sudah mendengar kalimat lain dari orang di depannya ini.
"Senpai, maaf ya, aku bantu nona ini dulu," anak itu tampak meminta izin, membuat rasa bersalahnya meningkat saat menyadari ia menganggu kegiatan mereka.
"Tuan muda tidak perlu repot-repot, saya hanya akan mengganggu saja," lagi-lagi menolak.
"Tapi aku tidak mungkin membiarkan nona cantik ini kesusahan, jadi terima saja bantuanku, oke?" Dengan cengiran jahil anak itu tersenyum.
"Baiklah, baiklah. Bantu aku membawa ini," ia akhinya mengalah.
"Kau akan ikut atau menunggu?" Anak itu bertanya pada temannya.
Nampaknya ia menggelengkan kepala, "Aku akan menunggumu disini," ia menolak.
"Tunggu sebentar ya!" Mereka berdua pun berjalan beriringan.
.....
"Ah, jadi namamu Lou Qingyang nona? Kau sudah menikah dan memiliki anak?" Entah sejak kapan keduanya menjadi akrab.
"Benar sekali, meski aku sedikit menyayangkan anakku hidup tanpa adanya sosok ayah," Lou Qingyang tersenyum paksa.
"Kenapa perempuan secantik dirimu bisa di tinggalkan? Seharusnya dia bersyukur! Kalau aku sudah pasti akan sujud syukur sama tuhan jika berada di posisinya!" Suara yang menyenangkan membuat perempuan itu tertawa.
"Mulutmu manis sekali tuan Wei, pasti kau sangat ahli dengan itu ya?" Lou Qingyang menggodanya.
"Tidak, tidak. Jangan salah sangka! Aku hanya pandai berkata jujur, lagipula tidak ada kesalahan dalam ucapanku," Wei Wuxian menggeleng.
Yang di temui Lou Qingyang itu benar Wei Wuxian, ia sempat tidak sengaja melewati jalan yang sama hingga melihatnya kesulitan, lalu tanpa pikir panjang anak itu berlari membantunya.
"Kau lucu sekali, oh, sampai disini saja, nanti aku akan meminta bantuan sekuriti untuk membawanya ke atas," Lou Qingyang berhenti pada sebuah meja, menyuruh untuk meletakkan barang di atasnya.
"Aiyaa, padahal aku masih bisa membawanya hingga atas," bibirnya mengecurut protes, Lou Qingyang tertawa, ia mencubit pipi Wei Wuxian dengan gemas.
"Tidak perlu, temanmu akan terlalu lama menunggu," ia tersenyum manis, akhirnya mau tidak mau Wei Wuxian mengalah.
"Baiklah jika itu yang jie-jie mau,"
"Kita itu seumuran tuan, panggil saja Lou Qingyang,"
"Bolehkah? Kalau begitu jangan panggil dengan sebutan tuan! Aku ini bukan saudagar kaya seperti tuan-tuan lainnya," pernyataan konyol itu terdengar, Lou Qingyang tertawa, renyah sekali.
"Baiklah Wei Wuxian, terima kasih untuk bantuanmu kali ini," setelah selesai tertawa, ia membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih.
"Tidak perlu membungkuk! Lagian ini hanya hal kecil," Wei Wuxian segera menahan tubuh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna (MDZS)
FantasyBagaimana jika Wei Wuxian kembali dan melupakan segalanya? Bagaimana jika Lan Wangji harus hidup abadi demi menebus kesalahannya? dan, bagaimana jika kisah mereka tidak berjalan mulus seperti yang di harapkan? ----- Modern AU MDZS Bl story ⚠️ Bebera...