245 28 1
                                    

Di musim panas yang cukup menyengat ini, kondisi perusahaan Lan Wangji pun ikut berpengaruh. Di tambah penyejuk ruangan yang rusak akibat serangga yang masuk memperparah semua.

Semua karyawan membuka jendela, bahkan memasang banyak kipas angin agar mendinginkan suhu tubuh, namun terkadang beberapa berkas tampak berserakan akibat tertiup angin.

Lan Wangji keluar dari ruangannya tanpa jas luarnya, dengan kemeja tipis yang lengannya ia lipat hingga siku, tubuhnya pun tercetak jelas akibat pemanasan itu.

Bulir-bulir keringat yang mengkilat di setiap kulitnya yang terbuka bagai pemandangan indah di cuaca yang panas, namun hanya sedikit yang melihat itu, selebihnya hanya fokus untuk meringankan diri sendiri.

"Tuan Lan, apakah anda baik-baik saja?" Nona Lou bertanya pada Lan Wangji, ekspresinya mengatakan ia sedang dalam kondisi buruk.

Terlalu panas.

"Mn, aku baik," meski begitu ia tidak mengutarakannya. Ia hanya diam menatap sekeliling yang juga terlihat kesusahan, semua memandangnya dengan segan.

"Nona Lou, kapan mereka selesai di perbaiki?" Lan Wangji bertanya dengan nada halus, sedikit tidak enak dengan mereka yang sengsara karena udara yang panas.

"Seharusnya sekarang sudah datang mekaniknya, tuan," Nona Lou memeriksa lengannya, jam tangan bahkan sudah menunjukkan lewat dari jam yang di tentukan.

"Suruh saja mereka istirahat dahulu," kemudian langkahnya pun keluar dari gedung. Berada di luar mungkin lebih baik daripada terjebak pada gedung yang tidak memberi kesejukkan.

.....

"Ini panas sekali!" Wei Wuxian mengerang kesal, dengan kaos lengan pendek serta celana di atas lutut ia menendang-nendang udara.

Posisinya kini tengah berbaring pada sofa dengan kaki yang lurus ke atas, menghadap kipas angin dan membelakangi jendela yang terbuka lebar.

Rambutnya tersapu angin lembut dari kipas pun rasanya tidak cukup.

"Katanya hari ini puncaknya musim panas," Jiang Cheng pun membawa kipas elektrik kecil pada tangannya, cuaca yang mencekam begini sungguh menyebalkan.

"Apa kita perlu keluar dan membeli beberapa es untuk di simpan? Pendingin ruangan ini tidak terlalu berpengaruh," Wei Wuxian menengok pendingin ruangan yang telah bekerja keras mendinginkan ruangan, namun gagal.

"Jangan kau salahkan mesin itu, salahmu berbaring di dekat jendela seperti itu, kau membiarkan udara panas masuk! Tutup saja, dan biarkan dia bekerja," Jiang Cheng memarahinya.

Sebenarnya ia tidak salah, karena nyatanya angin dari jendela yang di buka pun tidak ada, ia telah melakukan hal yang tidak berguna.

"Baik, baik. Ku tutup, tapi kita keluar beli es!" Wei Wuxian melompat dari posisi anehnya, segera menutup jendela dan menyetel pendingin ruangan pada aturan yang tertinggi.

"Pemborosan!" Jiang Cheng ingin marah namun ia tentu sadar anak itu sengaja memberi waktu agar ruangan mereka lebih dingin saat keluar.

"Hanya sebentar saja, lagipula ini terlalu panas!" Wei Wuxian menarik tangan Jiang Cheng keluar dan menutup pintu apartment mereka.

.....

Keduanya berjalan beriringan di tengah udara yang panas, sedikit menyesal telah pergi keluar karena di sekitar mereka tidak ada yang menjual es, lebih banyak telah habis karena di borong.

Tidak kaget, semua orang tentunya akan membeli benda kecil penyelamat hidup itu.

"Jiang Cheng!" Suaranya mendayu, membujuk Jiang Cheng agar duduk di depan ruko yang kosong, cukup terlindungi dari cahaya matahari.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang