336 29 1
                                    

Wei Wuxian sedang bermain ponselnya, dengan kaki yang bergerak pada kolam renang membuat riak air menyebar di seluruh permukaan.

Siang hari yang cukup panas membuatnya ingin bermain air, namun tidak ingin basah hingga hanya kakinya saja yang menyentuh permukaannya.

Dengan senandung ringan jarinya bergerak mengikuti instruksi permainannya, sesekali umpatan di layangkan pada teammates yang tidak berguna.

"Wei Wuxian," Jiang Cheng berdiri di belakangnya, ia sedikit kesal saat mengetahui mengapa panggilannya dari tadi di abaikan.

"Sebentar Jiang Cheng, aku sedang berperang!" Hanya ini ucapan yang terlontar sebelum jari jemarinya asik pada permainan ponsel itu.

Jiang Cheng hanya mendengus tanpa suara, meski ia kesal, namun tetap menunggu sepupunya selesai bermain.

"Katamu kau ingin cari apartment sendiri? Itu benar?" Ia mendudukkan diri di kursi kayu yang berada di belakang Wei Wuxian.

"Mn, benar. Aku ingin cari kerja, dan ingin coba hidup mandiri," jawaban itu membuat Jiang Cheng merengut tidak suka.

"Kau sebegitunya ingin pergi dari sini? Baru balik setelah kembali dari Jepang dan ingin pergi lagi?"

Wei Wuxian tersenyum tipis, meski pandangannya terpaku pada ponselnya, namun jelas ia dapat memahami maksud perkataan Jiang Cheng.

"Bukan begitu, aku hanya merasa sudah tidak pantas berlama-lama membebani keluargamu, lagipula kita masih di negara yang sama," kepalanya menoleh untuk melihat Jiang Cheng dengan sekilas.

"Kalau begitu, bawa aku," ucapan ini membuat Wei Wuxian berhenti.

"Kau ingin tinggal bersamaku dan pergi dari rumah?" Jiang Cheng mengangguk.

"Kenapa? Kau lebih suka tinggal sendiri dan tidak mau repot denganku?"

"Aiyaa, bukan begitu. Kau yakin paman dan tante mengizinkan? Jika jie saja jarang di rumah, apakah kau yakin mereka akan melepaskanmu juga?" Wei Wuxian berdiri dan duduk di sebelah Jiang Cheng.

"Tidak tau sebelum mencoba, lagipula kalau bersamamu sepertinya mereka mengizinkan," Jiang Cheng mengangkat bahunya.

"Kau tidak ingin jauh dariku, ya?" Suara menggoda dari Wei Wuxian di balas delikan tajam dari Jiang Cheng.

"Tidak juga, aku hanya ingin mencoba suasana baru, kau terus yang pergi itu tidak adil,"

"Ya itu berbeda, bodoh! Kau punya rumah! Aku tidak! Bagaimana bisa kau sebut itu tidak adil?" Perkataan ini membuat Jiang Cheng terkejut.

"Kau masih menganggap kami asing, Wei Wuxian?" Suaranya nampak kecewa.

"Bukan begitu, aku hanya merasa, sebaiknya kau menikmati waktumu saat masih ada kesempatan," suara Wei Wuxian melemah.

Ia memang sedikit kacau jika harus membahas tentang keluarga.

"Maafkan aku, Jiang Cheng. Aku tidak bermaksud apa-apa," ia pun tersenyum padanya, merasa bersalah.

Ia pun kemudian pergi, tidak ingin terlihat lemah di depan sepupunya.

.....

Jiang Cheng terdiam pada posisinya, ia tidak menyalahkan Wei Wuxian, hanya saja bukankah mereka sudah cukup dekat untuk di sebut keluarga?

Ia memang tidak mengerti tentang kondisi Wei Wuxian, namun tidak juga anak itu berbagi padanya.

Setiap luka, kesedihan bahkan rasa yang mengganggu dirinya, tidak pernah ia berbagi pada orang lain.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang