227 27 3
                                    

"Lan er-gege .. Lan er-gege," Wei Wuxian berdiam di kamarnya, tangannya terlilit sebuah dasi berwarna biru dengan aksen silver, menatapnya dengan lekat.

"Kenapa aku memanggilnya begitu?" Keningnya mengernyit kebingungan, tatapannya pun tidak lepas dari dasi yang di berikan padanya itu.

Dan jika di pikirkan ulang, mereka itu baru bertemu beberapa kali, kan?

Tapi kenapa sikapnya terlalu baik padanya?

Tidak mempungkiri ia sedikit merasa ada yang tidak beres, namun ada perasaan mengganjal yang tidak mau ia ucapkan.

Lanzhan itu, apa dia memang orang yang seperti itu?

Wei Wuxian berpikir keras, namun anehnya kenapa dia tidak keberatan dengan itu?

Alias, selama Lanzhan baik, berarti pertemanan mereka akan semakin dekat, bukan?

Ia lebih mensyukuri hal itu daripada berpikir negatif tentang orang lain.

.....

Jiang Cheng melewati kamar Wei Wuxian, pintu itu terbuka lebar, menampilkan penghuni di dalamnya sedang berbaring dengan kaki di angkat ke dinding.

"Kau sedang apa?" Ia melangkah masuk, melihat kondisi sepupunya yang nampak kebingungan.

"Sedang berpikir," dengan malas Wei Wuxian menjawab.

"Bisa juga?" Cibir Jiang Cheng, ia duduk di sebelah sepupunya, mengangkat kakinya juga.

"Bisalah! Kau pikir aku apa? Kenapa kesini?"

Sebelum Wei Wuxian mengusirnya, Jiang Cheng terlebih dahulu memotong, "Dokter Huan ingin bertemu, bagaimana menurutmu?"

Wei Wuxian menghela nafasnya, ia melipat tangan untuk di jadikan bantal, "Terserahmu saja,"

"Mengapa ini kesannya seperti aku memergokinya selingkuh?" Jiang Cheng mengacak wajahnya, frustasi dengan perasaan bimbangnya.

"Abaikan saja kalau gitu, siapa tau dia cuma mau sama mantannya, mungkin dia bosan makanya main sama kamu,"

Wah, jahat sekali ucapanmu Wei Wuxian!

Jiang Cheng menatap horror sepupunya, "Apa aku terlihat seperti mainan?!"

"Bukan begitu, hanya saja, kau terlalu polos dan mudah di tipu, lagian, cari saja yang lain, dia aja masih memprioritaskan Meng Yao," Wei Wuxian memutar bola mata.

Jiang Cheng merasa ada yang aneh dengan sepupunya itu.

"Kau sedang sakit hati atau bagaimana? Perkataanmu hari ini cukup menusuk," Jiang Cheng tidakkah kau sadar diri?

"Tidak, aku hanya kebingungan, banyak hal yang aneh dengan Lanzhan!" Wei Wuxian mengangkat tangannya yang terlilit dasi.

"Ada apa dengannya? Bukannya kau di antar kemaren? Naik mobilnya, cukup larut pula kalian pulang,"

Ia tidak merasakan keanehan dari orang itu, hanya saja ia tidak nyaman berada di dekat orang yang sangat minim ekspresi itu.

"Tidakkah kau merasa aneh, Jiang Cheng? Pertama, Wei Ying, kenapa dia memanggilku begitu?"

Wei Wuxian duduk, menatap Jiang Cheng dengan serius.

"Kan, kau bilangnya kalian mirip? Kau mirip orang yang dia kenal, bukan?" Jiang Cheng menjawab.

"Benar! Tapi tidakkah kau sadar tatapan matanya? Ada rasa sakit yang terpancar setiap dia melihatku," ia mengetuk-ngetuk dagunya.

"Orang yang mirip, mungkin orang itu sudah meninggal?" Jiang Cheng mencoba menebaknya.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang