Ketika Lan Xichen dan Jiang Cheng hanya berdua di apartemen, Wei Wuxian sibuk dengan pekerjaannya.
Karena ada anak-anak sekolah dasar yang berkunjung, perpustakaan pun menjadi sangat ramai.
Dan itu juga alasannya kerepotan dengan itu sekarang.
Apalagi nanti di jam berikutnya ada anak sekolah lain yang tingkatnya lebih tinggi sedikit, sekolah menengah pertama.
Sangat membingungkan!
.....
"Ayo anak-anak, mengantri dengan baik lalu berikan buku kalian pada kakak penjaga, ya!" Sebuah suara nyaring membuat Wei Wuxian menghela nafas lega.
Baiklah, untuk anak sekolah dasar sepertinya sudah selesai berkunjung.
"Maafkan keramaian mereka ya, tuan, mereka masih belum terbiasa dengan tempat yang hening," guru muda itu membungkuk padanya, merasa tidak enak dengan Wei Wuxian yang tampak lelah memperingati setiap murid yang ada untuk tidak terlalu ribut dalam bersuara.
"Hahaha, tidak apa, jarang sekali perpustakaan menjadi ramai begini," ini sebenarnya tulus ia ucapkan, namun melihat bagaimana kacaunya kondisi perpustakaan, sepertinya ia harus menunda perasaan leganya.
Akan jadi hari yang panjang untuk membereskan buku-buku itu.
Untungnya, mereka tidak merusak atau bahkan mengotori fasilitas umum tersebut, kalau tidak, sepertinya Wei Wuxian akan sangat sakit kepala.
"Xian-gege!"
Merasa namanya di panggil, Wei Wuxian menoleh pada sosok anak perempuan yang kedua rambutnya di kuncir rapi itu.
Seperti tidak asing, pikirnya.
"Ah, Mian-mian?" Panggilnya, anak itu tersenyum lebar.
"Eung! Mian-mian lihat ada Xian-gege!"
Anak itu mengangkat buku kecil itu padanya, seakan meminta untuk di beri cap agar ia bisa meminjam buku tersebut.
"Aiyaa, Mian-mian sudah masuk sekolah rupanya, kemaren masih sangat cuek pada gege," Wei Wuxian menggoda anak itu, menjawil hidungnya dengan gemas.
"Seharusnya anak ini sekolah tahun depan, umurnya sedikit belum cukup, tapi dia anak yang cerdas, bahkan sudah bisa menulis lebih baik dari anak-anak yang lebih tua," guru itu menjelaskan.
Wei Wuxian mengangguk paham, sedikit tidak heran mengingat ibunya merupakan sekretaris, sudah pasti ia mempelajari cara menulis dengan melihat Nona Luo mengurus berkas-berkas milik Lanzhan.
Like mother, like daughter, kan?
"Padahal sebelumnya dia galak sekali denganku," Wei Wuxian terkekeh, ia bisa melihat bagaimana seragam Mian-mian tampak kebesaran pada tubuh mungilnya yang sedang berlari ceria ke arah teman-temannya itu.
"Sepertinya kalian sudah saling mengenal, ya,"
Wei Wuxian mengangguk, "Aku kenal dengan ibunya, beberapa kali bertemu dengan mereka berdua,"
"Ah, begitu? Bukankah dia sangat menggemaskan? Ia merupakan yang paling kecil di kelasnya, namun tidak seorang pun berani mengganggunya," guru itu melanjutkan.
"Ya, ibunya sedikit mewariskan sifat itu pada anaknya hahaha," Wei Wuxian tertawa, ia tentu tidak lupa bagaimana pertemuan pertama mereka.
Guru itu yang menatap Wei Wuxian tertawa hanya bisa mengulum senyuman.
"Kami akan segera pergi untuk bergantian pada kakak kelas mereka, jika boleh tau, siapa nama tuan?" Guru itu akhirnya berpamitan dengan Wei Wuxian.
"Wei Wuxian, namaku," Wei Wuxian menjawabnya sembari menunjukkan plakat nama yang ada di dada kirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna (MDZS)
FantasyBagaimana jika Wei Wuxian kembali dan melupakan segalanya? Bagaimana jika Lan Wangji harus hidup abadi demi menebus kesalahannya? dan, bagaimana jika kisah mereka tidak berjalan mulus seperti yang di harapkan? ----- Modern AU MDZS Bl story ⚠️ Bebera...