378 30 0
                                    

Jiang Cheng mengernyitkan kening saat melihat gerak-gerik Wei Wuxian yang tanpa henti bergerak bolak-balik di dalam kamarnya. Entah sedang memikirkan apa.

"Yak! Wei Wuxian! Kau tidak lelah bergerak seperti setrikaan begitu?"

"Hah? Setrikaan? Jiang Cheng, kau tidak bisa memikirkan hal lain selain setrikaan?" Wei Wuxian memberhentikan langkahnya, ia menatap Jiang Cheng kesal.

Ada apa dengan anak itu?

"Lalu sedang apa dirimu? Ada masalah?" Tanyanya, pasalnya, di ruangan ini hanya ada mereka berdua, tentu saja ia perlu bertanya.

"Benar! Apa aku menggangu? Sangat menyebalkan?" Wei Wuxian menghela nafas berat, ia menunduk.

"Setiap saat. Bukankah kau tidak peduli dengan itu dan terus mengulanginya?" Jiang Cheng semakin terheran dengan sikapnya.

"Iya, sih. Tapi masalahnya bukan di situ Jiang Cheng!"

"Lalu apa?"

"Aarghh, kau tidak paham!" Wei Wuxian mengerang kesal.

"Yak! Salahkan dirimu jika aku tidak paham! Siapa yang tidak menjelaskan dengan tuntas masalahmu? Terserah, aku tidak peduli!" Jiang Cheng melangkah keluar kamar, ia bahkan membanting pintu.

Wei Wuxian yang melihat itu hanya termangu, merasa bersalah telah mengabaikan Jiang Cheng, namun saat ini, pikirannya hanya berkelit sepuntaran Lanzhan!

Ada apa dengan dia? Mengapa tiba-tiba membisu saat mereka sedang dalam percakapan?

Apa ia ada salah bicara? Apa ia tidak nyaman bersamanya?

Bukan hal biasa Wei Wuxian berpikir tentang orang lain. Biasanya ia akan bersikap acuh pada omongan dan cibiran yang kerap kali ia terima. Tapi tidak dengan orang itu, ada rasa mengganjal saat ia tiba-tiba di diamkan tanpa suara.

Ada perasaan tidak nyaman yang tidak bisa di jelaskan.

.....

Hari ini niatnya ia bertemu dengan Arata, kakak kelasnya itu sedang berlibur di sini, ia ingin sekalian mengunjungi Wei Wuxian.

Sudah cukup lama sejak kelulusannya, keduanya akhirnya bertemu kembali meski tetap saling kontak satu sama lain.

Dengan long-coat berwarna coklat cerah, ia melewati hari yang cukup dingin.

"A-Xian? Mau kemana?" Suara shijie mengalun saat ia hendak membuka pintu. Wei Wuxian menoleh dengan senyuman lebarnya.

"Mau jalan sebentar, jie! Sepertinya aku tidak makan di rumah, aku pergi!" Dengan singkat ia berpamitan.

"Anak itu berkeliaran lagi?" Yu Ziyuan berdiri di belakang anak perempuannya, berdecak dengan tingkah Wei Wuxian.

"Biarkan saja bu, menikmati masa muda," Jiang Yanli terkekeh kecil. Menggelengkan kepala melihat tingkah love-hate mereka berdua.

.....

Seakan lupa tentang masa lalu, kehidupannya kembali berjalan. Selayaknya seperti biasa.

Wei Wuxian yang galau, itu hanya angin lalu!

"Arata-senpai!" Wei Wuxian melambaikan tangan pada sosok berkacamata yang tengah duduk sembari bermain ponsel miliknya.

Orang itu menoleh, tersenyum pada sosok yang di tunggu. "Tidak perlu memanggilku terlalu kaku, Wei Wuxian." Ucapnya.

"Ah, aku kan, lupa Wen Xu-ge!" Wei Wuxian memanggilnya dengan panggilan yang berbeda.

Mereka berdua berasal dari negara yang sama, meskipun bertemu di Negara Sakura, namun keduanya menjadi akrab karena latar belakang yang sama.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang