"Jiang Cheng, nanti Arata-senpai kesini," dengan membawa kotak besar berisi barang-barangnya, ia melewati Jiang Cheng yang sedang membersihkan debu pada ruangan kosong.
"Kau masih memanggilnya begitu? Seingatku namanya bukan itu," Jiang Cheng membalas, kehidupan mandiri mereka sudah di mulai.
Perpindahan di lakukan keduanya, mengangkut barang dan sebagainya, dengan sedikit pernak-pernik tambahan, apartment mereka akan siap.
"Aku kenalnya begitu, kadang ku panggil gege kalau minat," jawaban itu terdengar sayup-sayup. Sepertinya Wei Wuxian sedang ada di kamarnya.
Apartment mereka cukup luas, dengan dua kamar utama sebagai kamar keduanya, dapur juga ruang tamu. Serta ada juga ruangan untuk privasi keduanya, di lengkapi balkon yang lebar untuk sekedar menjemur pakaian atau menanam tanaman.
"Kau berencana memasak? Atau membeli?" Jiang Cheng mendekati kamar Wei Wuxian, dan menemukan sang penghuni sedang menyusun lemarinya.
"Memasak? Tidak, aku lelah, kita akan pergi makan di luar,"
"Bukannya dia yang kesini?"
"Kesini bukan berarti mengajaknya makan disini, Jiang Cheng." Wei Wuxian memiliki kebiasaan memilah privasinya dengan baik, meski ia terkesan terbuka pada semua orang, namun untuk ruang yang lebih pribadi, tidak ia bagikan secara luas.
Ya, Jiang Cheng pun sama, hanya saja sikap anak itu tidak seramah Wei Wuxian yang bisa menyapa setiap orang.
"Dengan kondisi rumah yang belum beres, membiarkan orang luar masuk pun hanya akan membuat malu," lanjut Wei Wuxian, nampaknya ia pun belum bisa menganggap Wen Xu sebagai orang yang ia anggap dekat meski hubungan keduanya termasuk cukup baik.
"Baguslah, ku kira kau akan membiarkannya makan disini, aku pun tidak setuju,"
Walaupun ia mengenal Wen Xu, namun ia sendiri tidak ingin wilayahnya terjamah orang lain, membuat tidak nyaman.
"Jangan khawatir, tidak perlu berpikir buruk tentangku, aku tau dari awal siapa yang bisa kita undang kesini," Wei Wuxian tertawa, ternyata sepupunya itu memikirkan hal yang sama.
Jiang Cheng pun hanya bisa menanggapi itu dengan gumaman setuju, kamar miliknya terlah rampung terlebih dahulu, namun ia hanya ingin mengecek keadaan Wei Wuxian di kamarnya.
"Butuh bantuan?" Ucapnya saat melihat Wei Wuxian nampak kerepotan.
"Tolong kalau begitu, rapikan saja tempat tidurku, mungkin punyaku akan selesai besok," matanya mengabsen kamar sepupunya, dengan barang yang lebih banyak darinya, hal itu tentu saja membuat dirinya kerepotan.
Dalam diam Jiang Cheng membantu merapikan kasur sepupunya, kemudian berbaring di atasnya saat selesai.
.....
"Seharusnya kau tidak bilang soal Dokter Huan ke jie-jie," Jiang Cheng menatap langit kamar.
"Kenapa? Kau malu?" Pergerakan kasur condong ke sebelah kiri, menandakan pemiliknya sudah ikut menaiki kasur. Membuat Jiang Cheng bergeser sedikit ke kanan.
"Tidak juga, hubungan kami nampak tidak terlalu jelas, jadi aku tidak ingin memikirkan macam-macam,"
Wei Wuxian menoleh. Menatap wajah sepupunya dari samping.
"Kau takut tertolak?"
Jiang Cheng segera duduk, ia menatap kaget ke arahnya, "Bukan begitu, tapi mungkin begitu, aku tidak yakin untuk terikat hubungan percintaan,"
"Aku tau dia sudah pernah bertanya padamu tentang hubungan kalian," Wei Wuxian mengedikkan bahunya, terbiasa dengan over-thinking Jiang Cheng.
"Lalu kenapa masih ragu?" Lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna (MDZS)
FantasyBagaimana jika Wei Wuxian kembali dan melupakan segalanya? Bagaimana jika Lan Wangji harus hidup abadi demi menebus kesalahannya? dan, bagaimana jika kisah mereka tidak berjalan mulus seperti yang di harapkan? ----- Modern AU MDZS Bl story ⚠️ Bebera...