307 27 0
                                    

Kegiataannya bermain dengan kelinci terganggu saat mendengar langkah kaki mendekat dari balik punggungnya.

"Aiyaa, Jiang Cheng, kau baru selesai?" Ia bertanya tanpa menoleh ke belakang. Masih dengan posisi memangku seekor kelinci.

"Dia tertidur di ruanganku," suara itu berbeda.

Wei Wuxian segera berbalik untuk melihat, "kau siapa?" Tanyanya.

"Lan Xichen," matanya Wei Wuxian mengamati orang asing tersebut. Dari atas sampai bawah hingga kembali ke wajahnya yang penuh senyuman. Nampak tidak asing.

Seperti versi ramahnya Lanzhan! Pikirnya.

"Mirip Lanzhan," gumamnya pelan. Namun sepertinya itu terdengar padanya.

"Kau kenal Lan Wangji?" Lan Xichen bertanya dengan lembut.

"Lan Wangji? Perasaan aku menyebutkan Lanzhan?" Berbalik bertanya karena kebingungan.

"Ah, soal itu. Mereka sama," Lan Xichen tertawa, ia lupa.

"Oalah begitu, iya kenal." Wei Wuxian mengangguk, ia kemudian mengangkat kelinci itu dan mengecup hidung pink mungilnya.

"Kau menyukai mereka?"

"Mn, mereka lucu, dan juga cukup lezat, apalagi di jadikan sate," Wei Wuxian menggenggam erat tubuh gembul itu, sedikit mengusaknya dengan gemas.

"Mereka milikku, jika kau mau, aku bisa memberimu," Lan Xichen bergerak untuk mengelus kelinci yang berada pada genggaman Wei Wuxian.

"Tidak perlu, tante tidak suka binatang," anak itu menggeleng, ia kemudian memberi Lan Xichen kelincinya kembali.

"Jadi dimana Jiang Cheng? Kami harus pulang, terlalu lama nanti bisa kena marah," dengan sigap membersihkan sisa-sisa bulu kelinci yang menempel pada pakaiannya.

"Kau ikuti aku," kalimat perintah yang di layangkan hanya di jawab anggukan yang tak terlihat. Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruangan yang di maksud Lan Xichen.

.....

Sepanjang perjalanan, netra Wei Wuxian berkelana melihat sekolahnya Jiang Cheng dulu, tempat asing yang luas ini bisa membuatnya tersesat.

Beberapa kali kerap terpaku untuk melihat interior yang menarik perhatiannya, atau sekedar menyentuh untuk merasakan bermacam-macam tekstur baru di tempat itu.

Tidak bisa diam, tingkahnya ataupun arah pandangnya. Selalu berubah mengikuti keinginan.

Setibanya mereka pada sebuah ruangan, nampak seseorang sedang tertidur pulas di atas ranjang kesehatan. Nampak nyaman tidak terganggu dengan kedatangan mereka.

"Kau ingin membangunkannya?" Lan Xichen bertanya padanya saat mereka sudah memasuki ruangan. Wei Wuxian menggeleng.

"Nanti saja, aku lelah jika harus langsung berkendara, anak itu tidak bisa menyetir," kemudian dengan santai merebahkan diri pada ranjang kosong di sebelah Jiang Cheng.

"Membawa mobil?"

"Iya, seharusnya sekalian menjemput jie, tapi dia sama pacarnya," nada suaranya nampak kecewa.

"Jin Zixuan, kan?"

"Benar! Burung merak sombong yang tidak tau diri!" Terlalu lama bersama Jiang Cheng membuat mulutnya sangat ahli dalam mencibir.

"Hahahaha, kalian berdua sangat membencinya?" Lan Xichen tertawa, menikmati bagaimana suasana obrolan mereka berdua.

"Sangat benci, tapi jie-jie suka sama dia, jadi kami mengalah,"

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang