425 45 2
                                    

"Lanzhan!"

"Yak! Lanzhan kenapa kau buang minumanku?"

"Lanzhan! Lanzhan! Lanzhan! Tolong aku!"

"Aaaa, Lanzhan ada anjing!"

"Lanzhan, tuan er-gongzi, Wangji-xiong, lan er-gege!"

"Hanguang jun!"

.....

Lan Wangji terbangun dari tidurnya, ia mengusap wajahnya.

Belakangan ini, mimpinya selalu tentang Wei Ying.

Sejak pertemuan mereka, ia menjadi semakin gelisah. Meski mencoba menenangkan diri selama sebulan, namun mimpi yang bermunculan membuatnya merasa sedih.

Sudah lebih dua bulan sejak itu. Ia bahkan meminta sekretarisnya untuk mencari tau tentang Wei Wuxian.

Seorang pemuda yang baru beranjak dewasa, berusia 20 tahun di masa sekarang.

Sedangkan, Wei Ying meninggal pada umur ke 21 di masa lampau.

.....

Tok. Tok. Tok

"Tuan Lan?" Nona Lou menyembulkan kepalanya, ia tersenyum pada atasannya dan memperlihatkan amplop merah di tangan.

Lan Wangji menyuruhnya masuk.

"Wei Wuxian, berusia 20 tahun," kemudian ia memasuki ruangan dan mulai membaca.

"Aku tau." Lan Wangji mengangguk.

"Tinggal di Jepang selama 6 tahun, melanjutkan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di sana."

"Mn, lanjutkan."

"Tinggal bersama keluarga dari adik ibunya, dan orang tuanya meninggal di usianya yang ke sepuluh.." suara Nona Lou melambat saat membaca baris itu.

Sungguh pilu kehidupannya.

'Ah, jadi ia juga tidak memiliki orang tua di kehidupan ini?' Tatapannya menjadi sendu setelah mendengarnya.

"Sepertinya ia tertarik untuk masuk ke Tsinghua University pada jurusan teknik sipil, namun nampaknya ia masih menikmati liburannya,"

Sebuah foto anak laki-laki yang tengah tertawa lebar bersama temannya pun terlampir.

Dengan latar belakang kuil, serta kimono merah-hitam nampak sempurna padanya, Nona Lou memberikan foto itu pada Lan Wangji.

"Menawan seperti biasanya," senyuman terlampir pada wajah kaku itu, Nona Lou yang melihatnya hanya merasa geli.

Apakah atasannya itu jatuh cinta? Pada seorang anak yang baru beranjak dewasa? Apakah ini cinta pandang pertama?

Dan banyak lagi pertanyaan akan kisah romansa tuannya, namun ia mengendalikan diri. Sebab untuk pertama kalinya wajah itu dapat memandang penuh cinta hanya karena sebuah foto.

Setelah mendapatkan informasi yang di inginkan, kini ia berpikir bagaimana cara untuk mendekatkan diri dengannya lagi.

Firasatnya mengatakan, Wei Ying tidak mengenali dirinya.

Namun tidak apa, tekadnya sudah bulat, ia bahkan sudah keluar dari rumahnya hanya untuk mencari Wei Wuxian.

"Terima kasih Nona Lou," Lan Wangji berdiri, ia bahkan membungkuk pada sekretarisnya itu.

"Tidak perlu tuan, ini sudah tugas saya,"

.....

Lan Wangji menjelajahi jalan raya, kakinya melangkah untuk mencari tempat untuk mengisi perut. Namun netranya menangkap siluet manusia yang nampaknya ia kenal.

Ia mendekatkan diri secara perlahan, mengintip apa yang orang itu tengah lakukan.

Sebotol arak dan juga sebuah gelas kecil terlihat.

Ia pun berdiri di belakang orang yang nampaknya tidak sadar dengan kedatangannya.

"Kau sangat menyukai minuman itu?" Suaranya mengejutkan orang itu, ia menoleh dan mendongak ke atas.

"Hehe, tuan, err?" Dengan sigap ia menyembunyikan keberadaan benda-benda tadi, bahkan sekarang tengah menggaruk pipinya.

"Lanzhan," Lan Wangji memotong.

"Ah! Tuan Lanzhan! Anggap aja tidak melihatku disini, oke? Ini aku berikan untukmu satu!" Sebuah botol baru di sodorkan ke hadapannya, Lan Wangji tersenyum kecil.

"Tidak perlu, kau bisa habiskan itu," lalu tanpa disangka ia mendudukkan diri di sebelahnya.

"Mengapa minum disini?" Tanyanya, tempat ini merupakan gang kecil yang kosong, agak aneh menemukan seorang pemuda diam-diam menenggak alkohol disini.

"Ahh, itu semua karena Jiang Cheng! Karena dia minumanku di buang oleh tante!" Luapnya, ia bahkan menenggak dengan cepat gelas yang berisi air bening itu.

"Oh! Maafkan kelancanganku tuan, namaku Wei Wuxian, dan maaf juga atas kejadian waktu itu," Wei Wuxian segera berdiri dan memberi hormat pada Lan Wangji, sepertinya ia mengingat kejadian yang lalu.

"Tidak apa, setidaknya kau tidak terjatuh," Lan Wangji menepuk tempat di sebelahnya. Menyuruhnya duduk kembali.

"Tuan, siapa itu Wei Ying?" Wei Wuxian bertanya dengan tiba-tiba.

Sebenarnya tidak tiba-tiba, ia bahkan memikirkan hal itu sejak lama. Ingin bertanya langsung namun nama pun ia tidak tau. Karena itulah ia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

"Hanya kenalanku yang berharga," Lan Wangji menjawab namun matanya menatap lekat sosok Wei Wuxian yang duduk sangat dekat dengannya.

Sebelumnya mereka sangat jauh, bahkan tidak dapat ia gapai. Namun sekarang keduanya duduk berdampingan, rasa ingin mendekap tubuh itu pun semakin tinggi.

"Ternyata begitu! Apa dia mirip denganku? Kau memanggilku Wei Ying sebelumnya,"

"Mn, sangat mirip denganmu," bahkan semuanya sangat mirip.

Orang yang ditemui Lan Wangji adalah Wei Wuxian. Sebuah kebetulan yang berharga bisa bertemu di saat ini, ia tidak menyangka orang itu ternyata tidak merasa canggung berada didekatnya.

Masih supel seperti biasa.

"Tuan? Tuan Lanzhan!" Sebuah tangan melambai di depan wajahnya, membuatnya tersadar dari lamunan.

"Ah, maafkan aku, apa aku mengganggumu?" Matanya bergulir pada botol arak yang sudah kosong.

"Tidak, tidak! Tidak sama sekali, aku bahkan senang di temani minum olehmu, tuan Lanzhan." Jawabnya, ia kini sibuk membuka botol baru.

"Lanzhan, tidak usah pakai tuan." Lan Wangji mengulurkan tangan, menarik penutup botol kaca itu hingga terlepas, lalu menuangkannya ke gelas kecil.

"Untukmu," ia menyodorkan gelas pada Wei Wuxian, awalnya anak itu hanya diam menatap gelasnya yang penuh.

"Tuan Lanzhan! Eh, Lanzhan! Ternyata kau memang orang yang baik, thanks!" Lalu dengan riang ia menerima gelas pemberian Lan Wangji membuat empunya mengulum senyuman.

"Mau makan bersama?" Lan Wangji bertanya.

"Tidak, tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkanmu, lagi hehe." Kenangan tentang ia yang terjungkal itu masih membekas.

"Tidak repot, aku tau tempat bagus." Lan Wangji berdiri, mengulurkan tangan pada Wei Wuxian yang masih duduk di atas aspal.

"Kalau begitu, kau boleh memanggilku Wei Ying! Kita berteman sekarang, kan? Aku memanggilmu Lanzhan, dan kau memanggilku Wei Ying!" Dengan tangan yang di genggam balik, hati Lan Wangji menghangat.

Ia mengangguk mengiyakan permintaan Wei Ying-nya.

.....

.....

.....

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang