231 29 3
                                    

Lan Wangji menghentikan permainan musiknya saat melihat air mata menetes dari sekretarisnya itu.

"M-maafkan aku tuan, tapi aku tidak bisa menahannya," Lou Qingyang segera menghapus bulir-bulir yang tersisa.

"Kenapa kau menangis?" Lan Wangji bertanya, nadanya lembut seperti ingin menenangkan, ia kembali menyimpan Guqin pada tempatnya.

"Seharusnya saya yang bertanya, tuan. Mengapa anda bisa sangat terluka seperti itu? Maafkan aku, tapi aku merasa sesak mendengar nadanya, terkesan sangat pilu," Lou Qingyang menjawab. Ia menenangkan dirinya sendiri.

"Hidup itu pasti akan ada luka, itu sudah biasa," Lan Wangji menepuk bahunya.

"Maafkan aku membuatmu menangis," suara khawatir itu terucap. Lou Qingyang menggelengkan kepala.

"Maafkan aku mengganggu permainanmu, itu sangat indah. Sunguh! Namun pilu yang kurasakan saat mendengarmu tidak bisa aku tahan,"

Lan Wangji terdiam, ia merasa sedikit aneh karena terbaca lewat permainan musiknya, namun ia tentu merasa lega telah berbagi sedikit dari beban yang ia tanggung.

Menyimpannya selama ini, memainkannya diam-diam, dan hari inilah pertama kali ia memainkannya untuk di dengar orang lain.

Sejak bertemu Wei Ying, ia sudah jarang menyentuhnya, namun rasa rindu yang besar kerap kali menyiksanya.

Buat apa Wei Ying hidup kembali namun tidak dapat ia jumpai?

.....

Hubungan Jiang Cheng dengan Lan Xichen tidak berjalan dengan baik, nampaknya keduanya belum berbaikan.

Dan itu sungguh membuat Wei Wuxian kesal!

Pasalnya, Jiang Cheng akan selalu marah tanpa sebab, memang biasanya begitu, tapi kadarnya jadi makin sering!

"Jiang Cheng! Ayo keluar, kelamaan di kamar aku bisa gila! Ocehanmu memuakkan kau tau?!" Wei Wuxian mengerang, ia menarik Jiang Cheng untuk membawanya keluar dari apartment.

Ia harus segera menetralkan kondisi sepupunya atau dirinya akan berakhir menjadi samsak hidup akibat kisah cintanya!

"Yak! Kemana kau menarikku?! Lepaskan aku Wei Wuxian!" Jiang Cheng mencoba melepaskan diri. Tapi genggaman itu cukup kuat.

"Kita akan healing! Kondisimu harus di perbaiki," Wei Wuxian menjawab.

"Apanya yang perlu di perbaiki? Kau pikir aku barang rusak, hah?!" Jiang Cheng meledak.

Lihat, kan? Benar kata Wei Wuxian. "Disini yang rusak, dan disini juga, jadi ayo kita perbaiki!" Ia menunjuk dahi kemudian dadanya, menekankan jarinya dengan kuat.

"Jangan sembarang ngomong!" Jiang Cheng menepis tangannya.

"Dengar, Jiang Cheng!" Wei Wuxian menggenggam kedua bahunya dengan kuat, menatap tepat pada bola matanya.

"Aku tau kau kecewa, aku tau kau marah, aku tau kau sedih, tapi sungguh! Lepaskan saja, hm? Kalau memang dia tidak serius denganmu, jangan jadi bodoh! Perlakukan saja dia sebagaimana mestinya, jangan terlalu berharap tinggi!一

"Aku tau juga kau tidak mau mengakui kata-kataku, tapi cobalah mengatur hati, kalau perlu akan ku bantu, jangan melampiaskannya ke tempat yang salah, jadi sekarang, ayo kita bermain, ada tempat main yang baru di buka disini!" Wei Wuxian menasihati dengan panjang lebar. Di tutup dengan cengirannya yang menenangkan Jiang Cheng.

"Ck, seharusnya kau mengurus dirimu sendiri," Jiang Cheng memutar matanya.

"Aku bisa mengurus diri sendiri, tapi sepupuku ini akan jadi hilang arah kalau aku tidak ada~" Lagi-lagi godaan itu di ucapkan. Namun, Jiang Cheng tidak bisa mengelak.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang