226 25 1
                                    

Setelah kepergian Lan Xichen, sikap Jiang Cheng jadi makin buruk, bahkan ia bisa tersinggung dengan hal-hal sepele.

Wei Wuxian sudah merasa jengah, "Jiang Cheng, ada apa denganmu?" Ia menegur Jiang Cheng yang menghempaskan ponselnya.

"Aku memanggilmu, kau tidak dengar?!" Jiang Cheng emosi.

"Aku dengar! Aku dengar! Tapi ada makanan di kulkas, tidakkah kau cek dahulu?" Wei Wuxian merotasikan mata, ia berkacak pinggang.

"Tidak sempat!" Namun sebelum ia marah, Jiang Cheng sudah terlebih dulu pergi.

Apa masalahnya kali ini?

.....

"Ada apa denganmu? Ada masalah dengan Dokter Huan?" Wei Wuxian duduk di depannya, menyaksikan Jiang Cheng yang sedang makan.

"Tidak usah bahas dia," ah, ternyata ini alasannya?

"Jadi ku tebak, dia membuatmu kesal? Jahil padamu atau bagaimana?" Wei Wuxian menompang dagu.

Memahami sikap emosional Jiang Cheng harus dengan kepala dingin.

"Tidak tau, tanya saja sendiri!"

"Aiyaa! Jiang Cheng! Aku tidak tau apa masalahmu, tapi jangan juga kau lampiaskan ke aku?" Wei Wuxian memprotes. Jiang Cheng yang menatapnya sinis tidak ia hiraukan.

"Dia pergi untuk mantannya," setelah agak tenang, Jiang Cheng akhirnya bercerita.

"Dan kau cemburu?" Tebakan yang bagus Wei Wuxian!

"Tidak, aku hanya tidak suka dia yang labil," Jiang Cheng mengacak rambutnya, sedangkan wajahnya sudah memerah.

"Dia dapat telepon, dan sepertinya dia sibuk, lain kali jangan memanggilnya untuk hal yang tidak penting," Jiang Cheng melanjutkan, ia pergi membereskan bekas makannya.

"Padahal aku sudah memberinya kesempatan," Wei Wuxian menggerutu, ia jadi sedikit menyesal membuat Jiang Cheng jadi seperti ini.

"Maafkan aku, aku tidak tau,"

"Tidak perlu minta maaf, lagian itu cuma flu ringan, tidak perlu sampai memanggilnya," Jiang Cheng pergi meninggalkannya.

.....

Lou Qingyang tengah menyusun berkas, rapat yang sedang di hadiri atasannya membuatnya sedikit dapat waktu senggang.

Memasuki ruangan kerja, matanya tanpa sengaja melihat lurus pada kotak kaca transparan yang ada di tengah-tengah ruangan, tidak terlalu besar, namun cukup menyita atensi.

Ia berjalan mendekat, mengelus permukaan kaca yang dingin dan halus, matanya bergulir pada permukaan indah akibat ukiran-ukiran kecil yang menawan, detail sekali.

Meski ia sudah lama bekerja disini, namun ini pertama kalinya ia memperhatikan dengan jelas rupa alat musik itu, ia pikir hanya sekedar replika yang di buat mirip, namun jika itu replika, maka kualitasnya pasti sangat bagus.

Ia pernah melihat Guqin sebelumnya, namun yang satu ini sungguh memanjakan mata, menawan sekali.

"Ada apa, Nona Lou?" Sebuah suara menyadarkannya, ia terperangah dan terkejut melihat atasannya sudah ada di belakangnya.

"Kau suka dengannya?" Arah mata Lan Wangji menatap Guqin yang terbungkus kaca.

"Ah, iya benar tuan. Ini sangat indah, baru pertama kali saya melihat yang seperti ini," Lou Qingyang memuji, ia menyunggingkan senyuman.

"Itu memang indah, alunan yang di hasilkan pun sama indahnya," Lan Wangji berjalan ke arah seberang kotak kaca.

"Ini bukan hanya pajangan?"

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang