36. Camp Day Three

1.4K 139 3
                                    


Hari ketiga, Mino sebagai kepala sekolah yang baik dan ramah. Mengajak anak muridnya untuk mengikuti kegiatan sehari-hari para warga sekitar. Dimulai dari berkebun, beternak dan lain sebagainya.

Banyak dari anak murid SMA YG yang antusias dan ada juga yang tak senang dengan kegiatan ini.

Seperti Heejin. Perempuan itu terang-terangan menunjukkan jika ia tak menyukai kegiatan ini, ia selalu mengeluh make up nya akan luntur lah, nanti panas lah, dan sebagainya.

Hyunjin yang didekatnya saja sampai jengah mendengar semua keluhan Heejin yang tak bermutu itu.

"Brisik banget lo lonte" Desis Hyunjin geram.

Heejin tak menanggapi sama sekali ucapan Hyunjin, ia hanya terus mengeluh tanpa peduli apa yang Mino ucapkan didepan sana.

"Baiklah anak-anak, kalian boleh melakukan apa saja dengan warga sekitar. Asalkan bisa menjaga attitude dan perkataan, jangan sampai membuat diri kalian terlihat buruk didepan warga sekitar. MENGERTI?!" Jelas Mino diakhiri pertanyaan.

"MENGERTI PAK!!" Jawab para murid.

"Baik kalian bisa pergi sekarang" final Mino lalu pergi menghampiri Jennie dan dua sahabatnya.

Para murid berseru senang lalu pergi ke pemukiman sederhana rumah warga sekitar dan mulai menawarkan bantuan pada mereka. Dengan alasan kegiatan sekolah. Dan tentu para warga tak bisa menolak untuk menerima bantuan para murid-murid SMA YG itu.

Hyunsuk dkk memilih mengikuti beberapa orang warga yang akan memanen teh di bukit dekat pemukim warga tersebut. Mereka berdua juga memutuskan untuk ikut membantu memanen teh teh tersebut lalu akan dibawa ke pabrik teh untuk diolah menjadi teh kemasan.

"Dingin~" Cicit Jihoon semakin mengeratkan jaket yang dipakainya. Ia menghirup udara pagi hari yang sejuk ini dengan senyum terpatri diwajahnya.

'Jadi pengen tinggal disini' Batin Jihoon.

Pandangan Jihoon mengedar ke sekitar, teman-teman nya sedang membantu para warga untuk memanen teh. Ia sendiri tak diperbolehkan oleh teman-teman nya untuk membantu, karena mereka tau Jihoon mudah sakit jika terlalu banyak bergerak di cuaca dingin.

Jadilah ia hanya duduk di bangku yang terbuat dari kayu ini sembari menikmati udara sejuk pagi hari ini.

Miaw~

Suara dari semak-semak yang Jihoon yakini adalah suara kucing itu terdengar jelas di indra pendengaran Jihoon. Ia yang memang dasarnya penasaran mencoba mendekat kearah semak-semak untuk melihat kucing tersebut.

Seekor anak kucing berwarna oranye dan hitam di bagian atasnya, dan warna putih di bagian bawah dengan mata berwarna kuning datang menghampiri Jihoon.

"Mpus" Panggil Jihoon pelan. Ia berjongkok untuk melihat jelas anak kucing tersebut. Mengelus nya pelan kepala si kucing sampai membuat kucing itu menggeram(?) nikmat.

Jihoon melihat adanya kalung yang dipakai kucing berwarna seperti senja di sore hari itu, yang berarti si kucing sudah ada pemiliknya.

"Yah, mpus udah ada yang punya" monolog Jihoon sedih. Tapi sedetik kemudian ia beranjak berlari dari sana untuk kembali ke perkemahan. Tentu tak ada yang melihat.

Dua puluh menit kemudian Jihoon kembali lagi dengan membawa sebungkus roti selai coklat. Ia membuka bungkus roti itu dan memotongnya sedikit kemudian memberinya pada si kucing.

Ia tersenyum kecil saat melihat kucing itu menyukai roti yang dibawanya. Jihoon meneliti setiap tubuh kucing gemuk didepannya, dan sebuah nama terlintas dipikirannya untuk ia berikan pada di mpus.

My Rival is My Fiance || SUKHOON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang