Kisah asmara Sekar sejatinya tidak begitu memprihatinkan kendati bahagia tak pernah benar-benar ia rasa. Di kantornya, Sekar jadi primadona, sekaligus seseorang yang sering digunjing sesama rekan wanita. Karena bukankah menjadi cantik memang luka? Tidak dipungkiri Sekar dapat banyak keuntungan dari menawannya rupa, tetapi di sisi lain ia juga kenyang mendengar berbagai kata-kata buruk yang kadang secara terang-terangan dilemparkan kepadanya. Namun, di akhir, Sekar yang cuma punya tangan hanya bisa menutup telinga. Lagi pula ini kehidupan, pro-kontra pasti ada di setiap hal yang dilakukan Sekar.
Jevian Novandi, nama lelaki yang satu tahun terakhir menyandang status sebagai pacar Sekar. Keduanya adalah rekan kerja di sebuah perusahaan kosmetik lokal. Sekar adalah seorang content writer, sementara Jevi adalah content creator. Sebenarnya Sekar tak berminat membangun komitmen dengan siapa pun lantaran merasa hal tersebut sangat merepotkan. Namun, kegigihan Jevi kala mengejarnya dulu sukses meluluhkan Sekar. Luluh bukan berarti cinta. Perempuan itu hanya mencoba mencari tahu apa yang salah dengan hatinya hingga sulit jatuh cinta. Sayangnya walau telah setahun memadu kasih dengan Jevian, Sekar tak kunjung menemukan jawaban.
Sekar terbiasa akan kehadiran Jevi di sisinya, nyaman juga, tetapi untuk cinta, sepertinya tidak. Perasaan itu terlalu tinggi untuk Sekar gapai. Berhubung dia pemalas, jadinya tidak mau repot-repot berusaha. Seadanya saja. Rasa yang sekarang ada, itu yang dinikmatinya. Bersama Jevi, walau tak pernah merasakan kupu-kupu beterbangan di perut, tetapi Sekar merasa cukup. Jevi juga sempurna sosoknya, membuat Sekar tak punya alasan untuk melewatkan lelaki itu.
"Nggak ngotak, anjing. Kasian Sekar."
Mendengar suara Naresh dari pantry, otomatis Sekar menghentikan laju kaki di pintu yang sedikit terbuka. Tadinya ia mau membuat minuman untuk menghangatkan tenggorokan, tetapi sepertinya ada yang sedang menggosip di dalam sana. Dan karena namanya sempat disentil, maka Sekar pun memutuskan untuk mencuri dengar.
"Lebih kasian gue, Resh."
Suara itu familier bagi Sekar. Suara berat yang kerap menghujaninya dengan kata-kata manis dan pujian setinggi langit. Itu suara Jevian.
Tawa kecil Naresh kedengaran, diikuti sebuah pendapat. "Tapi dia emang kelihatan punya pemikiran kolot, sih. Jadi pantes kalau ngejaga banget soal keperawanan. Lihat aja penampilannya yang tertutup. Gue kayaknya enggak pernah dah lihat dia pake baju lengan pendek ke kantor."
"Gue yang cowoknya juga gak pernah. Kalau jalan, Sekar masih kayak gitu outfit-nya. Ya emang tetep fashionable sih soalnya doi secantik itu, jadi out standing mau pake baju apa pun." Jevi menjeda lantaran sempat menyesap minumannya. "Tapi cantik aja gak cukup, Resh. Gue cowok normal, having sex udah jadi kebutuhan, sementara Sekar dipegang tangannya aja kadang protes. Ya gue mana berani ngajak Sekar ke aktivitas lebih intim."
Naresh terkekeh. "Jaman sekarang hubungan tanpa sex hambar gak, sih?"
Jevi mengangguk singkat.
"Ngerasa bersalah gak sama Sekar?"
"I have no choice."
"Emang bangsat lo."
"Emang." Jevi mengaku.
"Tapi dari sekian banyak cewek di luar sana, kenapa harus Devana?" Naresh sungguh tak habis pikir, pasalnya Devana adalah karyawan di sini juga, alias nyaris setiap hari bersinggungan dengan Sekar. Apalagi Naresh pernah mendengar gosip tentang perempuan itu yang diam-diam naksir pada Jevi.
Jevi menyeringai. "She is hot as fuck."
Naresh terkekeh, sejurus kemudian menggeleng pelan. "Kalau gitu lepas ajalah si Sekar, Devana juga gak kalah cantik. Poin plusnya itu cewek mau diajak main, jadi lo gak repot-repot selingkuh." Naresh menjeda sesaat selagi tangannya mengaduk cairan hitam dalam gelas. "Pertukaran sepadan, Jev. Buang berlian buat berlian lain gak bakal bikin lo rugi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love Me Only
Fanfiction"Rasa cinta gue, kepercayaan dan harapan gue, semuanya udah hancur di tangan lo. Gue rasa gue enggak akan bisa memulai kisah baru dengan orang lain. Sekar, gue mau sama lo aja. Gapapa bikin sakit juga. I'll let it hurt, until it can't hurt me anymor...