33. Alay!

4K 371 30
                                        

🔞-Dirty Talk!

***

Seminggu pasca insiden penusukan, Haidan akhirnya dibolehkan pulang. Sekar sejak pagi sudah membenahi barang-barang, antusias kembali ke rumah di Dago. Ia rindu menjejak lantai di mana terdapat jejak-jejak keromantisannya dengan Haidan. Rindu kamar mereka, rindu teras yang kerap ramai oleh suara tawa di pagi hari-Sekar rindu segala-galanya tentang bangunan itu. Sekar tidak sabar untuk pulang, untuk pulang, untuk menetap selamanya di sana.

Haidan duduk di tepian ranjang, memperhatikan Sekar yang sibuk memasukkan barang-barang ke tas. Mata lelaki itu menyorot lembut, sesekali sudut bibirnya tertarik tipis. Masih agak sukar dipercaya Haidan bahwa momen ini sungguh nyata. Eksistensi Sekar yang semingguan wara-wiri di sisinya terasa seperti ilusi. Padahal sejak mengatakan akan merelakan Sekar tempo hari, Haidan pikir dirinya dan Sekar telah benar-benar selesai sehingga ketika kini kebersamaan di antara mereka terjalin lagi, Haidan terkadang denial. Dan ketika keraguan itu menyergap, begini cara Haidan mengatasinya;

"Sekar, sini."

Perempuan yang baru saja menarik resleting tas itu pun mendekat. Tidak seperti Sekar yang dulu-dulu, yang senantiasa pasang tampang datar, kini ia tak sungkan pamer senyuman di setiap bersitatap dengan Haidan. Kan tempo hari Sekar bilang sendiri, dirinya bakal mencintai sang suami secara ugal-ugalan. Pokoknya tidak boleh ada gengsi lagi. Akan Sekar hujani Haidan dengan kasih sayang.

Sekar berdiri selangkah di depan Haidan, dan langsung terkekeh geli begitu lengannya ditarik pelan, begitu raganya diperangkap dalam sebuah dekapan. Sekar elus belakang kepala lelaki yang kini menyandarkan wajah di dadanya, diam-diam menghidu wangi yang menguar dari helaian hitam legam tersebut. "Kenapa, hm?"

"Kangen," bisik Haidan.

"Padahal gue tujuh kali dua puluh empat jam berkeliaran di sekitar lo."

"Tetep aja, kangen."

"Manja banget."

"Sama lo ini manjanya."

"Udahan peluknya, ya?" kata Sekar. "Nanti di rumah gue kasih sepuasnya."

Pasalnya Sekar agak trauma karena sempat dipergoki Buk Arini dua hari lalu ketika di ruangan ini, tepat jam satu dini hari, tatkala ia dan Haidan berbagi ciuman. Sejak saat itu Sekar menjadi sungkan berhadapan dengan sang mertua. Buk Arini sendiri tidak mempermasalahkannya, tidak pernah juga menyinggung momen yang bagi Sekar memalukan tersebut. Beliau memahami dan memaklumi gairah anak muda yang sedang dimabuk asmara. Memang santai di sisi beliau, tetapi kelewat canggung untuk Sekar.

Haidan mendongak, matanya sempat mengerjap lantaran ujung rambut poni nyaris menyolok mata. Sekar menemukan gesture tersebut sebagai sesuatu yang lucu, maka dikecupnya ujung hidung Haidan, membuat lelaki itu tergelak pelan. Selama dirawat, penampilan dan tingkah Haidan menjadi kelewat menggemaskan. Tidak lagi dapat Sekar hitung sudah seberapa banyak sisi lelaki ini yang bikin dia jatuh hati. Entah karena terlalu cinta, atau memang semua bagian dari diri Haidan betulan menyenangkan, yang jelas Sekar tak pernah gagal dibuat berdebar kala disuguhi sifat-sifat baru suaminya itu.

Masih dengan kedua lengan melingkar longgar di pinggang Sekar, Haidan bertanya, "Beneran sepuasnya?"

Sekar mengangguk.

"Boleh lebih dari peluk?"

"Boleh."

"Cium?"

"Boleh, Haidan, boleh," jawab Sekar. "Terserah lo mau ngapa-ngapain juga."

"Kok kamu pasrah gini, sih?"

Sebentar, kamu?

Dahi Sekar mengerut, dan Haidan yang menyadari kebingungan Sekar lantas menambahkan, "Ayo kita mulai segalanya dari awal lagi, ya? Tapi kali ini start-nya harus lebih manis. Boleh dimulai dari ganti gue-lo ke aku-kamu. Atau biar hubungan kita makin akrab, gantinya boleh pake Wifey-Hubby-"

[✓] Love Me OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang