13. Sayang Kamu

2.8K 423 167
                                    

Hai, aku kembali🙌

***

Ciuman malam itu menjadi tanda perpisahan. Segala salah antara Sekar dan Haidan benar-benar selesai. Di kemudian hari, mereka menjelma bak dua asing yang tak pernah sekalipun bertukar kata. Haidan kembali ke rutinitasnya, antar-jemput Wilona, tetapi kali ini setiap berpapasan dengan Sekar di teras rumah, Haidan akan berlagak tak mengenali. Nihil senyum, apalagi sapa. Haidan sangat berusaha untuk menganggap Sekar tidak ada. Sementara itu Sekar juga melakukan hal serupa, dan tentu saja berpura-pura abai pada seseorang bakal mudah baginya sebab pada dasarnya Sekar memang apatis.

Mereka pikir kesalahan mereka bisa dilupakan begitu saja, haduh, semesta tertawa menyaksikan dari atas sana.

"Kan." Geby berujar datar, selaras dengan tatapannya. Ia berdiri di ambang pintu kamar mandi sambil bersedekap, menghadap Sekar yang duduk di kloset. "Udah gue bilang jangan coba-coba. Sekarang giliran kecebong si Haidan beneran jadi, lo mau gimana? Jangan bilang aborsi, ya! Gue gantung lo di pohon toge, bitch!"

Sekar memilih bungkam, lebih suka membiarkan suara omelan Geby mendistraksi berisik di kepalanya. Ia jatuhkan tatap pada tespack di tangan, lekat-lekat ia lihat dua garis merah yang tertera. Oh, Tuhan, Sekar pikir tidak akan sejauh ini. Dia bisa menganggap sepele kejadian malam itu meskipun melakukan seks adalah kali pertamanya, tetapi ketika janin tersebut hadir, Sekar tidak tahu harus bagaimana. Kemunculannya di luar rencana. Dia tak memiliki persiapan apa pun untuk menghadapinya. Sekar tak berniat bilang pada Haidan. Tak ingin memperumit keadaan. Jika dia meminta pertanggungjawaban, maka bakal hancur hidup banyak orang.

Sisi naif Sekar melarang.

"Sekar," panggil Geby dengan nada suara lebih lembut. Ia menghela napas berat seraya melangkah ke hadapan Sekar, berjongkok dan memegangi lutut perempuan itu. Geby tatap wajah Sekar yang samar-samar dihiasi gurat letih. Tidak tahu persis rasanya jadi Sekar, tetapi Geby tahu betul betapa kacau situasi sang sahabat sekarang.

"I'm fucked up ...." Lirih, kata itu Sekar ucap, masih dengan tatapan kosong mengarah pada tespack di tangan.

"Gapapa, oke? Ini gue goblok banget karena mau menyarankan supaya lo gak usah terlalu mikirin tentang hal ini, tapi demi kebaikan lo dan calon ponakan gue, please anggap aja kehadiran dia—" Geby mengusap perut Sekar seraya tersenyum kecil, "adalah pengganti Haidan. Lo bilang lo udah memutuskan bakal cinta ke dia sampai mati, nah, karena Tuhan iba sama lo yang desperate dalam mencintai pacar orang ini, maka dikasihlah Haidan junior. Situasi lo jelas sulit, sulit banget malah, tapi lo gak punya pilihan selain menerimanya. Lo pernah jadi manusia gak bertanggung jawab, bertindak ceroboh malam itu, tolong sekarang jangan lari dari tanggung jawab, ya?"

Sekar mengangkat pandangan demi mereguk sorot teduh dari mata Geby. Tak ada sepatah kata terucap, hanya mampu terus menatap kehangatan yang sang sahabat suguhkan. Sekar merasa bersalah karena perbuatannya turut serta membuat Geby pusing.

"Gapapa, Sekar. Penyesalan yang lo rasa jangan bikin lo putus asa, tapi harus jadi cermin biar lo ngaca dan gak ngulang kesalahan yang sama." Tangan Geby terangkat mengelus pipi Sekar. "Gue bakal ada di sisi lo, jadi jangan takut sendirian. Lo selalu tau kalau gue enggak akan ke mana-mana. Ayo kita gedein dede bayi sama-sama."

"Baik banget," gumam Sekar, "heran."

"Gue iba, soalnya dunia jahat sama lo."

Sudut bibir Sekar tertarik samar. Dia simpan tes kehamilan ke pangkuan, lalu menangkup pipi Geby dengan kedua tangan. "Dari dulu lo selalu repot ngurusin gue sampai-sampai gue penasaran, apa lo gak juga nyari cowok gara-gara gue? Lo terlalu fokus memastikan gue baik-baik aja sampai lo lupa sama diri sendiri. Kenapa baik banget, hm?" Bagaimana Sekar harus berterima kasih pada perempuan ini?

[✓] Love Me OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang