Sekar muak pada kecurigaan Renata yang semakin hari semakin parah. Entah rasa takut macam apa yang mencengkeram benak wanita itu sampai setiap pagi selalu merusak sebuket bunga yang Haidan berikan pada Sekar. Sejak Sekar pulang dari rumah sakit, bunga yang dikirim Haidan ke rumah memang berubah jadi dua buket. Satu buket besar mawar merah disertai secarik kertas berisi kata-kata romantis, seperti biasa itu untuk Wilona. Satu lagi berupa tiga tangkai bunga matahari yang ditempeli satu tablet vitamin dan sticky notes bertuliskan macam-macam kalimat. Tidak ada yang spesial, hanya perkara mengingatkan Sekar untuk menjaga kesehatan dan jangan lupa makan.
Sayangnya bertangkai-tangkai bunga matahari itu harus berakhir patah di tempat sampah sebelum sampai ke tangan Sekar. Ulah Renata, padahal Wilona saja tak keberatan, justru merasa senang karena Haidan peduli pada keluarganya. Dan meskipun bersikap dingin pada Haidan, tetapi Sekar tak begitu saja membiarkan pemberian lelaki itu hilang. Selalu ia pungut kembali bunga tersebut meskipun sudah bercampur dengan cangkang telur dan sampah lainnya.
Sekar menghargai usaha Haidan dalam memenangkan hatinya sebagai calon kakak ipar. Sempat terbesit rasa iri akan nasib Wilona yang begitu beruntung mendapatkan seorang Haidan Diwangga. Sudahlah tampan, punya sopan santun, gentle and sweet, tajir pula. Baru Sekar sadari Haidan ternyata nyaris tidak bercela. Rasa iri tersebut kerap menggiring Sekar untuk membandingkan Haidan dengan Jevian. Dan ah, jancok itu kalah jauh.
Di saat Sekar terbaring lemah dengan infusan, Jevian malah bersenang-senang bersama perempuan lain di ranjang.
Bajingan!
Sekar sengaja tak memberitahu Jevian lantaran dua hari belakangan lelaki itu tak menghubunginya sama sekali. Well, hal tersebut adalah lumrah karena sejak awal pun mereka tak intens bertukar kabar lewat pesan atau telepon. Sekar yang meminta demikian sebab nyaris setiap hari bersama di tempat kerja terasa cukup baginya. Ayolah, mereka berdua sudah bukan remaja lagi yang setiap menit harus tahu apa yang sedang dilakukan pasangan. Beruntungnya Jevian, walau agak keberatan, pada akhirnya mau memahami. Namun, pemahamannya ternyata tak totalitas. Jevian memang menuruti mau Sekar, tetapi bertukar kabar secara intens dengan orang lain.
Untuk yang satu itu, Sekar bersedia memaklumi. Di case ini Sekar sadar dirinya yang egois. Sejatinya jika Jevian selingkuh tak sampai ke ranjang, Sekar mungkin bisa memaafkan dengan mudah dan melepas lelaki itu tanpa memberinya perhitungan. Namun, berhubung Jevian dan Devana telah bercinta, yang mana hal tersebut berhasil menyinggung pride Sekar as Jevian's girlfriend, maka maaf-maaf saja kalau nihil ampun bagi dua brengsek itu.
Prak!
Oh, apalagi ini?
Sekar baru saja membuka pintu kamar dan tahu-tahu sesuatu dihantamkan ke wajahnya. Perempuan yang sudah rapi dan siap pergi ke kantor itu tercekat sesaat lantaran terkejut. Namun, kala matanya mengunci eksistensi tiga tangkai bunga matahari di lantai yang barusan Renata lemparkan, Sekar langsung paham kalau pagi ini akan berlangsung suram. Sekar menghela napas samar dan mengangkat pandangan, menatap wajah marah Renata. "Ma, protesnya bisa ke Haidan aja gak?" Suara Sekar mengalun pelan, menyirat gamblang rasa lelah. "Aku gak pernah minta ini, jadi tolong lempar bunganya ke muka Haidan."
"Kamu!" sentak Renata, "beneran mau cari gara-gara sama saya, ya?! Udah dibilangin jangan ganggu Haidan! Tapi lihat! Dia kirim bunga tiga hari berturut-turut buat kamu! Kamu apain si Haidan, hah?!" Urat-urat di leher Renata menyembul halus saking besar amarah yang bergejolak di dadanya.
Sekar harus bagaimana agar bisa lepas dari kecurigaan Renata? Demi Tuhan, Sekar menyesali pertemuan tempo hari dengan Haidan jika ujung-ujungnya malah begini. Sekar capek mendengar Renata marah-marah hanya untuk meributkan perkara yang tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love Me Only
Fanfiction"Rasa cinta gue, kepercayaan dan harapan gue, semuanya udah hancur di tangan lo. Gue rasa gue enggak akan bisa memulai kisah baru dengan orang lain. Sekar, gue mau sama lo aja. Gapapa bikin sakit juga. I'll let it hurt, until it can't hurt me anymor...