Kebahagiaan Sekar terusik. Ketika ia kira urusannya dengan Wilona telah selesai, ternyata Sekar keliru. Pagi ini sang adik mengirim pesan, mengajak bertemu. Semula Sekar mengabaikan, tetapi kemudian satu pesan susulan datang; foto Geby bersama Renjana di pinggir jalan, tampak seperti hendak menyeberang. Tidak ada yang aneh dari potret tersebut. Namun, tatkala pesan lain kembali masuk, jantung Sekar berhasil dibuat mencelos hebat.
Wilo
If I kill her, will you die too?Sekar yang baru saja menapaki lobi kantornya kontan putar balik dan tergesa-gesa pergi. Ia memesan taksi online. Selagi menunggu kendaraan datang, ia balas pesan Wilona dengan menyanggupi ajakan perempuan itu.
Bukan tanpa alasan Sekar secemas ini. Ia sadar betul siapa yang sedang dihadapi. Wilona mungkin tidak akan setega itu melukai seseorang, tetapi tidak dengan Renata. Maka meskipun ancaman datang dari Wilona, Sekar sekonyong-konyong diserbu rasa takut. Ia tidak menduga bahwa Geby yang akan diincar. Sama sekali tak terpikir oleh Sekar. Apa Wilona membalikan apa yang sebelumnya Sekar lakukan? Menghukum Sekar lewat orang lain?
Jika iya, maka sekarang Wilona memegang kelemahan Sekar.
Menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit dengan perasaan tak karuan, Sekar akhirnya tiba di kafe yang Wilona pilih untuk pertemuan. Kendati jantung berdegup kencang, Sekar masih sanggup mengontrol ekspresi wajah sehingga tetap terlihat tenang. Cara perempuan itu meredam kecemasan adalah dengan berulang kali melafalkan 'it's okay, it will be fine' dalam hati. Mantra ampuh yang selalu Sekar dengungkan di kepala tiap kali rasa panik menggulung kewarasannya.
Dulu, meskipun tidak pernah berlaku ramah pada Wilona, tetapi sejujurnya Sekar tak membenci perempuan itu. Namun, sekarang jelas berbeda. Sekar tidak bisa lagi berbaik sangka ketika Wilona menyungging senyum, tidak suka beradu tatap, muak melihat betapa santai gerak-gerik tubuhnya. Kendati kini yang duduk di hadapan Sekar adalah Wilona yang unjuk sisi ramah, tetapi kilat licik tetap dapat Sekar tangkap di manik cokelatnya.
"Halo, Mbak."
Sekar bergeming.
Dua bulan tidak bersua, Sekar dapati banyak perubahan pada fisik Wilona. Rambut sepinggang perempuan itu tiada, menyisakan helaian hitam yang tergerai sebatas bahu. Wajahnya juga tampak muram kendati senyuman berkali-kali Wilona pamerkan. Sedih kehilangan Haidan sepertinya berefek serius, dari kantung mata yang agak tebal, Sekar pikir Wilona insomnia.
"Jangan ganggu orang-orang di sekitar gue, Wilo." Sekar tak repot basa-basi, ingin langsung menekankan pada Wilona bahwa bukan begini cara mainnya. "Sakit hati lo, balas ke gue."
Wilona terkekeh singkat, sempat melempar pandang ke luar jendela sekejapan, sebelum kemudian balik menatap Sekar dengan sorot dingin.
"Mbak, aku cuma niru cara kamu."
"Geby gak tau apa-apa, Wilo!"
"Perlu aku jelasin konsep tabur-tuai yang pernah kamu bilang ke aku?"
Sekar meremat kain celana, tetapi tetap berusaha mempertahankan ketenangan di wajahnya. Dia tidak boleh terpancing, atau Wilona akan merasa di atas angin. Perempuan itu terdiam, menyelami mata Wilona, mencari-cari apa yang diinginkannya.
"Enggak usah tegang gitu, Mbak." Wilona bergerak kalem mereguk minumannya. "Kita bikin kesepakatan aja gimana? Aku enggak akan ganggu kamu atau orang-orang di sekitar Mbak Sekar, tapi balikin Kak Haidan."
Seringai mengembang di wajah Sekar, tak mengira bakal hal seperti itu yang Wilona pinta. "Enggak akan. Gue gak akan pernah lepasin Haidan. Coba aja sakitin orang-orang di sekitar gue, bakal gue balas berkali lipat, Wilona."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love Me Only
Fanfic"Rasa cinta gue, kepercayaan dan harapan gue, semuanya udah hancur di tangan lo. Gue rasa gue enggak akan bisa memulai kisah baru dengan orang lain. Sekar, gue mau sama lo aja. Gapapa bikin sakit juga. I'll let it hurt, until it can't hurt me anymor...