6. Dimulai

3.3K 354 41
                                    

🔞🔞🔞

***

Sekar tidak main-main dengan ucapannya. Perihal menjebak Haidan, yeah, bakal benar-benar dia lakukan. Selingkuh memang termasuk sesuatu yang tidak bisa Sekar toleransi, tidak termaafkan, dan sangat dibencinya. Namun, persetan dengan prinsip tersebut. Di titik ini, Sekar telah berhenti memedulikan norma, melibas semua pemikiran lurusnya. Semesta saja begitu tega menyiksa, menjerat Sekar dalam pusaran konflik yang tidak bertepi, maka mulai sekarang perempuan itu akan melawan. Enggan ditindas lagi. Peran protagonis yang ia sandang akan segera ditanggalkan, berganti antagonis yang selalu tertawa bahagia di atas penderitaan orang lain.

"Serius, Geboy. Temen lo ini emang udah gila." Sekar terkekeh dengan ponsel menempel di telinganya. Sekarang ia berdiri di teras rumah, menyandarkan punggung pada satu pilar, menunggu kedatangan Haidan.

Malam ini, Sekar akan mengeksekusi rencananya. Lalu tumben-tumbenan semesta berpihak pada perempuan itu karena secara mendadak Johan mengajak keluarga kecilnya yang bahagia pergi makan malam bersama dalam rangka merayakan kenaikan jabatannya di kantor. Menyisakan Sekar seorang diri di rumah. Johan sejatinya sempat menyuruh Sekar ikut, tetapi mana mau Sekar satu meja dengan Renata yang begitu gamblang menunjukkan keengganan. Mending dia menghubungi Haidan dan memintanya bertandang. Sekar berterus terang bahwa ingin mengajak lelaki itu minum sebagai bentuk terima kasih sekaligus permintaan maaf atas sikap juteknya saat di rumah sakit.

Haidan mengiyakan tanpa banyak tanya. Tak sedikit pun menaruh curiga.

"Sekar, gue ingetin sekali lagi. Lo itu masih virgin! Gak sayang apa?" Walau kelakuannya begajulan, Geby ini tipe orang yang tidak neko-neko. Apalagi untuk urusan serius seperti seks. Dia menjaga diri untuk sang suami nanti.

Sekar menghela napas panjang, lantas menjatuhkan tatapan pada undakan tangga. Matanya menyorot kosong sepasang sandal jepit merah jambu kepunyaan Wilona. Sudah sejak lama, manik cokelat bak lelehan madunya tak memendarkan binar. Untuk apa juga? Sekar bahkan tak ingat kapan terakhir kali merasa bersemangat terhadap sesuatu. "Lagipula gue gak berencana untuk nikah, so if I lost my virginity, it won't be a big deal, Geby."

"It's a big deal, hei!" Geby memekik, membuat Sekar refleks menjauhkan ponsel dari telinganya untuk sesaat.

"Bisa dukung gue aja gak?" Sekar mendongak, ganti menatap pagar. "Setelah sekian lama mati, akhirnya gue excited lagi ngelakuin sesuatu."

"Tapi gak gini juga, bitch!"

"Stop, okay? Gue telepon lo enggak untuk mendebatkan hal yang tadi siang udah kita dapet konklusinya."

Terdengar suara dengkusan keras dari seberang sambungan. "Tapi serius lo tega nyakitin Wilona?" Agak ragu, Geby menyinggung topik ini. "Gue tau lo gak beneran benci dia, Sekar. Coba renungin lagi, yang bakal lo lakuin ini dampaknya gede banget, lho. Are you sure gonna ruin two people who treat you well? Haidan treated you gently, right? Wilona juga kelewat baik. Gue sayang sama lo, gue gak mau lo ambil keputusan atas dorongan amarah. Sekali lo mulai permainan ini, lo gak akan bisa berhenti sampai lo, Haidan, dan Wilona bener-bener babak belur. Jadi please, pikirin baik-baik. Kalau lo mau balas dendam sama Renata, sini gue aja yang mukul Nenek Lampir itu!"

Senyum Sekar terulas tipis. "Geby, sakit hati itu harus dibalas dengan sakit hati juga. Luka fisik bukan balasan sepadan, dan tau kenapa gue pakai Wilona buat hancurin Renata?" Miris dalam senyum Sekar berubah culas. "Karena rasanya lebih sakit saat orang yang lo sayang disakiti tapi di waktu bersamaan you can't help them. Buat Renata, Wilona itu laksana semesta. Renata pasti porak poranda kalau anaknya enggak baik-baik aja. Gue gak punya pilihan lain. Wilona emang baik, tapi dia punya satu kesalahan."

[✓] Love Me OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang