Tidak Sekar dengarkan perkataan Haidan perihal jangan berangkat sebelum lelaki itu menjemput, sebab jika iya hal tersebut sampai terjadi, alamat bakal habis Sekar diinterogasi Renata. Ketimbang menjerumuskan diri ke lubang masalah, Sekar lebih suka mengecewakan Haidan saja. Lagipula Haidan sepertinya tak akan marah, mungkin mengomel sedikit, tetapi Sekar yakin pemakluman dan stok maaf Haidan luasnya bak lautan.
Pagi ini, demi menyembunyikan ruam merah di leher ulah nyamuk raksasa bernama Haidan, Sekar terpaksa memakai turtleneck, dipadu blazer berdesain semi formal. Terasa amat gerah lantaran sedang musim panas. Walaupun iya Bandung katanya selalu dingin, tetapi di daerah tertentu suhu udara bisa menyaingi planet Bekasi.
Sekar mengawali pagi dengan suram, seperti biasa, karena pagi-pagi Renata sudah melemparinya tatapan super sinis. Itu hal lumrah, tetapi selalu sukses membuat hari cerah Sekar berantakan seketika. Dan seakan kesialan tersebut belum cukup, begitu sampai kantor Sekar malah bertemu Devana. Si jalang menghadang di pintu ruang kerja Sekar, berdiri sambil bersedekap dada, tak lupa menampilkan senyum manis yang terlampau memuakkan bagi Sekar.
"Awas," titah Sekar dengan nada tak ramah. Walaupun Devana menjabat posisi lebih tinggi, tetapi Sekar tak mau repot-repot menjilat perempuan itu. Sudah sejak lama Devana mengusik Sekar, menebar gosip murahan dan menghasut yang lain untuk memusuhi Sekar. Tingkah kekanak-kanakan tersebut tidak pernah Sekar ambil pusing. Ia tahu Devana bersikap demikian sebab merasa tersaingi.
Devana terkekeh pelan. "Chill, sih. Pagi-pagi udah bad mood aja. Kenapa?"
"Gara-gara lihat muka lo. Awas."
Tawa Devana mengalun pelan, tetapi gemanya sampai ke sudut ruangan. Ia maju selangkah, lantas melarikan tatapan pada kepala Sekar hingga ujung kakinya; menilai. Di akhir, kala kembali mengadu pandang dengan perempuan di hadapannya, Devana mendengkus remeh. "Gue gak paham alasan Jevian secinta itu sama lo. Apa sih yang dia lihat dari diri lo selain kecantikan ini? Lo freak, unfriendly, dan individualis banget. Lo gak suka membaur sama rekan kerja di sini-"
"At least gue enggak murahan kayak lo," sela Sekar, "yang dengan bangga tidur sama pacar orang." Tidak ada tatapan meremehkan atau marah, Sekar senantiasa memandang Devana dengan sorot datar, selaras hati yang merasa biasa saja atas perselingkuhan Devana dan Jevian. Niat awal ingin memberi keduanya pelajaran perlahan memudar. Sekar muak, ingin lepas tangan dari hubungan bersama Jevian. Lagipula sekarang ia juga menjelma seorang bajingan. Sama-sama berlaku tak setia. Impas; Sekar membalas kehancuran rasa percayanya dengan menghancurkan kepercayaan Jevian.
Bukannya tersinggung, Devana malah tersipu tak tahu malu. "Dia yang mulai duluan. Salah lo gak mau turutin mau dia. Padahal kurang Jevian apa, sih?"
Kurang waras. Dia gila kayak lo.
"Siapa yang bilang gue gak turutin mau dia?" Satu alis Sekar naik selagi tangannya menarik pelan kerah yang menutupi leher, mengekspos hickey, memicu keterkejutan Devana. Sudut bibir Sekar tertarik samar melihat kilat kecewa di mata perempuan itu. "Mulai detik ini lo bisa berhenti gantiin posisi gue, oke? Thanks banget untuk semua bantuannya, Ibu Devana. Ke depannya gue pastikan Jevian enggak akan ngerepotin lo lagi." Sekar tersenyum manis, lalu mengangguk singkat sebelum menggeser pelan bahu Devana supaya dapat memasuki ruangan. Namun, baru selangkah melewati ambang pintu, tangan Sekar dicekal, otomatis laju kakinya terhenti.
Posisi berdiri keduanya kini ada pada satu garis lurus. Tanpa menoleh, Devana bertanya pelan, "Kapan?"
"Apa?"
"Lo sama Jevian?"
"Tadi malam." Sekar melirik ke bawah, menatap cekalan Devana di pergelangan tangannya. Atensi Sekar kembali naik, menyorot datar bagian samping wajah perempuan itu. Semula ia mau menyudahi tensi tegang ini lantaran ekspresi Devana sudah kelewat sendu, tetapi sisi jahat Sekar mendadak punya suara, menyuruhnya untuk menjatuhkan satu ultimatum. Maka, Sekar condongkan wajah demi menjangkau telinga Devana, kemudian membisikinya, "Jevian bilang performa lo payah di ranjang, jadi berhenti, oke? Jangan permalukan diri sendiri lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Love Me Only
Fanfiction"Rasa cinta gue, kepercayaan dan harapan gue, semuanya udah hancur di tangan lo. Gue rasa gue enggak akan bisa memulai kisah baru dengan orang lain. Sekar, gue mau sama lo aja. Gapapa bikin sakit juga. I'll let it hurt, until it can't hurt me anymor...