21. PoV

2.7K 400 57
                                    

***

Haidan sungguh random. Begini, lelaki itu tiba-tiba mengajak Sekar pakai masker wajah di jam tujuh malam, tetapi begitu Sekar mengaplikasikan cream hitam ke seluruh bagian muka, Haidan malah pamitan. Bilangnya mau cari nasi goreng, Sekar biarkan. Namun, sampai jarum pendek jam dinding menunjuk angka sembilan, Haidan tak kunjung pulang. Sekar telepon berkali-kali, ternyata Haidan meninggalkan ponselnya di kamar. Alhasil Sekar resmi kejatuhan rasa khawatir. Ia mengecek keluar rumah, menunggu di depan pintu beberapa saat, berharap motor Beat Haidan muncul di gerbang. Sayangnya hingga setengah jam menanti, batang hidung sang suami tidak juga unjuk presensi.

"Ke mana, sih?" Sekar menggigiti kuku jari seraya berdecak sesekali. Ia cemas lantaran tak biasanya Haidan begini. Lagipula tukang nasi goreng itu dekat, hanya butuh lima belas menit jalan untuk dijangkau, tetapi kenapa nyaris tiga jam pergi Haidan belum kembali?

Apa sesuatu terjadi?

Grep!

Perempuan itu memekik keras saat penglihatannya mendadak didominasi kegelapan. Tangannya refleks naik demi mengenyahkan sesuatu yang memblokir mata. Begitu meraba jemari beserta menghidu wangi familier, kecemasan Sekar otomatis buyar. Ia berdecak, hampir-hampir merealisasikan niatan untuk menggigit kuat tangan Haidan yang menutupi matanya. Namun, perasaan lega keburu berhasil meredam kekesalan Sekar. Jadi yang ia lakukan sekadar menggerutu sebal sambil mati-matian menahan diri untuk tak berbalik dan memeluk Haidan. Sebab sesaat tadi, ia sungguh cemas, takut Haidan-nya kenapa-napa. Takut suaminya terluka.

Sementara itu di balik punggung Sekar, Haidan meringis kecil. "Maaf ya bikin lo nunggu dan khawatir," bisiknya.

"Lo dari mana, sih?"

"Dari ...." Bola mata Haidan bergulir ke kanan dan kiri, indikasi lelaki itu sedang mencari alibi. Namun, halah! Buang-buang waktu, jadi ia langsung saja bicara ke inti. "I have somethin—"

"Gak usah aneh-aneh!"

"Enggak aneh, serius. Ikut aja, oke?"

"Ke mana, Haidan?"

"Ke belakang."

"Belakang mana?"

"Gazebo."

"Mau ngapa—"

Cup!

"Sst, cantik." Usai mengecup tengkuk Sekar, Haidan iseng mengembuskan napas keras-keras ke area tersebut, bikin perempuan itu merinding sebadan-badan. "Just follow me."

Maka keduanya mengambil langkah menuju pekarangan belakang di mana gazebo berada, masih dengan tangan Haidan menutupi mata Sekar. Si lelaki mengarahkan dengan sedikit candaan, membuat jari kelingking kaki Sekar terantuk pinggiran kursi. Perjalanan sempat terhenti lantaran Sekar ngambek dan nyaris minggat ke kamar. Namun, Haidan dan sejuta rayuan serta tingkah tengilnya berhasil mengembalikan mood perempuan itu.

Kaki Sekar dengan hati-hati meniti paving block yang akan membawa mereka ke Gazebo. Di belakang, Haidan melonggarkan blokirannya, ancang-ancang menunjukkan pada Sekar apa yang telah ia persiapkan selama nyaris tiga jam sebelumnya.

Posisi mereka kini tepat menghadap bagian depan Gazebo. Sekar, dalam kebisuannya sibuk menerka-nerka, sementara Haidan perlahan menarik turun tangan, membiarkan kelopak mata si cantik bergerak merenggang.

[✓] Love Me OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang