14. Holding You

2.7K 410 76
                                    

Jangan jadi silent reader!

***

Pagi ini, Sekar tumben-tumbenan bergabung ke meja makan untuk sarapan, padahal biasanya jam setengah enam sudah meninggalkan rumah. Kehadiran perempuan itu kontan membangkitkan rasa penasaran tiga anggota keluarganya, tetapi tak satu pun mau bertanya kenapa, hanya membiarkan Sekar duduk di sana dan menyantap makanannya dengan khidmat.

Wilona yang biasanya tampil sebagai pencair suasana, di momen tersebut tumben tak bersuara. Ia bahkan tak sekalipun mengarahkan tatap pada Sekar yang berada di seberang meja. Gadis itu fokus ke makanan di piring dengan sorot mata kosong. Gerakan tangannya kala menyuap pun tampak tak berselera. Sepersekian detik Sekar sukses dibuat bertanya-tanya, tetapi kemudian mengedikkan bahu samar lantaran sadar bahwa itu tak penting.

Lalu, setelah semua orang selesai menyantap sarapan dan mulai membuka obrolan ringan seputar peristiwa tadi malam di mana Haidan melamar Wilona, Sekar hanya bisa menyimak macam orang dungu lantaran tak ada satu pun yang menyeretnya ke dalam percakapan. Sekar tak lagi merasa tersinggung, sudah biasa, keberadaannya yang tak dihiraukan mereka adalah hal lumrah. Namun, Sekar diam-diam menyeringai tatkala mendapati Renata begitu antusias membahas rencana pernikahan Wilona. Poor Renata, semua angannya bakal lebur sebelum jam delapan pagi, bakal Sekar obrak-abrik ekspektasi wanita jahat itu. Sekar tak sabar melihat ekspresi kecewa dan marah di wajah Renata.

Oke, apakah sekarang waktu tepat untuk melempar bom ke atas meja?

Sekar meletakkan gelas yang isiannya nyaris tandas, lantas melirik tangan Wilona yang tersimpan di atas meja. Cincin cantik yang semalam Sekar lihat di beranda Instagramnya sungguhan ada di sana, tersemat pada jari manis Wilona. Fokus Sekar kemudian teralih pada Johan yang barusan menanyakan alasan Sekar sarapan bersama. "Ada yang mau aku bicarain sama Ayah."

"Apa?" Johan meneguk air putihnya, menyeka mulut, lalu memusatkan perhatian pada Sekar. Pagi ini beliau tampak semringah, tetapi sayang sekali lantaran beberapa menit lagi ketenangan lelaki itu bakal sirna.

"Sekar mau nikah."

Tiga kata yang meluncur amat ringan dari bibir Sekar praktis membuat tiga yang mendengar kontan mengernyit. Namun, mereka tidak begitu kaget lantaran tahu kalau Sekar memiliki kekasih. Berita perihal putusnya Sekar dan Jevian belum sampai ke telinga orang-orang ini, makanya Johan hanya mengangguk singkat dan berkata, "Kapan orang tua Jevian mau ke sini?"

"Bukan Jevian, Yah."

Nah, balasan ini barulah memicu reaksi terkejut ketiganya. Renata memicing curiga, bahkan sesuap nasi yang hampir masuk ke mulutnya sampai diletakkan lagi ke piring. Wilona juga terlihat membulatkan mata sekejapan sebelum kembali menunduk, sementara Johan hanya manggut-manggut. Lelaki itu mengecek arloji sesaat, lantas menatap Sekar.

"Ayah kira masih sama Jevian?"

"Udah putus sebulan lalu."

"Sebulan?" Renata menyahut dengan nada sinis. "Baru sebulan putus udah dapet yang baru? Hebat. Langsung mau nikah pula. Apa pas masih sama Jevian kamu main belakang, Sekar?" Sendok kini benar-benar disimpan di pinggiran piring lantaran wanita itu menemukan celah untuk memojokkan putri tirinya. Renata melayangkan tatapan remeh pada Sekar, senyum sarat mengejek terbit si sudut bibirnya; ekspresi yang begitu terang-terangan mencemooh. Ia tak akan melewatkan kesempatan untuk menghajar mental Sekar. Ia sudah menyusun banyak cibiran di kepala, siap ditembakkan untuk membuat hidup Sekar makin sengsara. Sebab bagi Renata, derita yang mendera Sekar adalah hiburan.

Renata tidak tahu saja bahwa gesture pongahnya dibaca dengan baik oleh Sekar. Renata juga luput menyadari kalau Sekar justru sedang menggenggam erat pedang yang siap disabetkan pada leher wanita itu. Sekar hanya butuh empat kata untuk membuat Renata tercekik udara.

[✓] Love Me OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang