23. Sebuah Usaha

58 4 0
                                    

|Can you give me another chance?

Suasana hati Nadiva akhir-akhir ini sangat buruk sampai mempengaruhi kebiasaan makannya. Dia tidak berselera apapun, sudah dua hari hubungannya dengan Noah tidak mengalami perubahan apapun. Lebih tepatnya, dirinya yang masih belum siap mendengar penjelasan apapun dari cowok itu. Setiap waktu Noah tidak luput untuk menghubunginya namun sekuat apapun usahanya tetap saja diabaikan oleh Nadiva.

Istirahat pertama Nadiva berjalan gontai ke kantin karena paksaan Ceilo dan Ella. Sebelum kesini ketiganya menonton sebuah video mukbang bakso yang sangat menggiurkan. Niat Ceilo adalah untuk memberikan Nadiva nafsu makan yang mana akhirnya dirinyalah yang sekarang tengah kelaparan dan ingin segera memakan bakso sama seperti yang ia tonton.

Selama ia duduk dan Ceilo pergi memesan, bisa Nadiva rasakan bahwa dalam radius dua meter dari tempatnya duduk Noah tengah memperhatikannya secara terang-terangan. Namun ia lebih memilih untuk berbicara dengan Ella dan mengabaikan sepenuhnya tatapan yang membuat sekujur tubuhnya merinding.

Ditempatnya duduk Noah memperhatikan Nadiva dan kedua temannya yang baru saja datang ke kantin dengan posisi duduk yang berada jauh darinya. Nadiva terlihat lemas tidak seperti biasanya dan hal itu semakin membuat Noah khawatir, ia mengambil handphone dan mengetikan sesuatu dan respon Nadiva hanya melirik sekilas layarnya kemudian lanjut ngobrol dengan temannya yang bernama Ella. Noah menghela nafas mencoba bersabar, dirinya mencoba selapang mungkin menerima bahwa situasi kini sudah terbalik. Dulu, Noah yang selalu mengabaikan Nadiva kini cewek itu yang mengabaikannya. Noah tidak marah, dia menerima kalau memang akhirnya Nadiva akan kembali lagi padanya.

"Dav, gue pengen nanya deh, penasaran banget soalnya." Tanya Nevan pada Davi yang tengah fokus bermain game bersama Bara.

"Tanya apaan?"

"Lo kan sama Asryilla balikan ya, itu tanggal jadiannya nerusin yang kemaren apa ganti lagi?"

"NEVAN! Gara-gara pertanyaan gabut lo gue mati!!!"
Bara terkikik mendengar teriakan Davi, cowok itu langsung menyimpang handphonennya sembarangan.

"Jawab buru, penasaran gue."

"Random amat pertanyaan lo." Bara menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pertanyaan tersebut.

"Cuman lo ege yang nanya beginiin, gue kan jadi ikut kepikiran." Ujar Noah menganggapi.

"Lo pikir aja Nevan anak bapak Pandu yang terhormat! Gue sama Arsyilla putus pas SD, gue lulus aja harinya gak inget apalagi itu. Ulang dari awal lah."

"Kecuali kalo putusnya semingguan pake tanggal lama aja, anggap aja cuti." Timpal Noah.

"Bisa gitu si anjir."

"Eh tapi-"

Suara perdebatan teman-temannya seolah teredam ketika fokus Noah beralih ke arah Ceilo yang membawa tiga mangkuk bakso. Dirinya dengan cepat kembali mengetikan pesan pada Nadiva.

Mein

Jangan makan pedes

Tak lama Noah bisa melihat Nadiva mendongak kearahnya dengan raut cemberut serta sebal. Kemudian menunduk yang tak lama Noah mendapat balasan darinya.

Kamu siapa ngatur-ngatur aku
Terserah aku lah mau makan pedes atau enggak

Meskipun isi pesan tersebut sarat akan ketidaksukaan cewek itu terhadapnya, namun Noah menyunggingkan senyum karena setelah dua hari pesannya yang semula tak ada bedanya dengan jajaran kalimat dalam koran akhirnya mendapat balasan juga.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang