28. Restu

46 3 0
                                    

|And if you comeback to me, I’ll guarantee that I’m never let you down

"Berangkat jam berapa, kak?"

Hening. Tidak ada jawaban ketika Nadiva bertanya pada Nevan di senin pagi ini. Cewek itu berdecak kemudian duduk disebrang kakaknya, memakan sarapannya. Sudah tiga hari semenjak dirinya bilang tidak memutuskan Noah dan memaafkannya, cowok itu masih mendiamkannya. Dan semenjak kejadian hari itu Nevan belum kembali ke apartemennya, tidak bertanya atau mengeluarkan suara sedikitpun padanya seolah menganggap Nadiva makhluk tak kasat mata. Ia tau kakaknya itu benar-benar marah karena baru kali ini Nevan sampai segininya padanya.

"Kakak, berangkat jam berapa?" Kali ini Nenti yang bertanya karena dirinya sadar beberapa hari ini komunikasi antara anaknya kurang baik jadi ia yang selalu jadi perantaranya.

"Ini mau berangkat, Mah, kakak berangkat sendiri." Jawab Nevan yang langsung bangkit ketika sudah menyelesaikan sarapannya dan langsung menghampiri Nenti untuk menyalaminya.

Mendengar itu, Nadiva sontak saja berdecih. Lagian siapa juga yang mau nebeng, bantinnya. Sehari Nadiva masih mewajarkan sikapnya tapi lama kelamaan membuatnya mulai merasakan sedikit jengkel.

"Kalo adek sama siapa?" Giliran Nadiva yang ditanya oleh Nenti.

Nadiva berdiri ketika melihat Nevan menghentikan dua langkah didekatnya, mungkin penasaran juga dengan jawaban sang adik.

Setelah salam dan mencium ibunya, Nadiva berjalan dan sedikit menabrakan tubuhnya pada bahu milik Nevan. "Adek sama Noah."

Sekalian saja kan buat Nevan tambah kesal.

Kekesalan Nevan ditunjukkan dengan langsung menarik kunciran rambut Nadiva ketika melewatinya. Hal itu membuatnya sedikit terpental ke belakang akibat tarikannya dan langsung menjerit tatkala Nevan langsung berlari kabur ke luar.

Sumpah serapah untuk kakaknya sudah bercokol dikepala meminta dikeluarkan namun dirinya hanya bisa menangis menahan rasa sakit serta pening yang mendera area kepalanya dan sang pelaku sudah tidak terlihat batang hidungnya. Masih dengan isakan Nadiva menggunakan sepatu ketika melihat mobil Noah sudah terparkir di depan rumahnya. Dirinya beranjak menghampiri dengan posisi rambut yang belum ia rapihkan.

Noah terhenyak melihat penampilan Nadiva ketika cewek itu masuk ke dalam mobilnya. Seperti punya tempat pengaduan cewek itu langsung saja mengadukan ulah sang kakak pada kekasihnya.

"Loh, kamu kenapa? Mana yang sakit?" Tanya Noah dengan perasaan cemas dan Nadiva langsung menunjuk kepalanya.

"Kak Nevan makin hari makin nyebelin sumpah! Aku bisa ganti kakak gak sih? Atau anak Mama cuman aku aja sama Ayi deh." Nadiva mengomel ketika Noah mulai menyentuh rambutnya dan menata ulang kuncirannya. Tidak diberitahupun Noah sudah tahu pelaku dari ulah tersebut.

Cowok itu tersenyum dan menepuk kepala Nadiva, "Kalian belum baikan ya?" Sebagai anak tunggal, Noah merasa tidak relate dengan pertengkaran kakak adik jadi ia bingung harus bereaksi seperti apa.

"Kalo kayak gini aku jadi gak mau baikan, biarin aja aku diemin dia balik."

"Nggak boleh gitu dong, sayang." Noah mulai melajukan kendaraannya. "Aku juga sebenernya belum baikan karena setiap aku mau ngomong dia selalu ngehindar, jadi susah."

Nadiva memberengut kesal, "Yaudahlah biarin aja," karena bukan hanya Noah saja yang berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Nevan, dirinya juga sama namun respon Nevan yang selalu seperti ini membuatnya malah jengkel.

●●●

Cuaca terik tepat di ubun-ubun membuat siapapun pasti memilih untuk berteduh namun hari ini kelas Nadiva kedapatan pelajaran olah raga. Matanya ia sipitkan karena silau dengan peluh yang bercucuran. Lima menit berlalu pemanasan yang sedang dilakukan bersama siswa lain yang sama mengeluh karena panas. Padahal gurunya tidak hadir tapi tetap saja mereka harus melakukan pemanasan dan berakhir dengan berolah raga bebas asal jangan keluar dari lapangan saja.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang