8. Ruang UKS dan Kecewa

55 6 0
                                    

|Why is so hard to let her go?

Senin, hujan dan terlambat merupakan kombinasi yang buruk bagi Nadiva. Rasanya ia ingin menangis ketika dirasa ketiga hal tersebut sudah cukup membuatnya untuk menderita. Namun ternyata dia juga harus berlari ketika tujuh menit lagi waktu tersisa untuk upacara bendera di mulai karena ojek yang ia naiki harus mengalami pecah ban.

Dimana Noah?

Nadiva juga ingin bertanya dimana keberadaan kekasihnya itu, sebenernya dari semalam Noah tidak ada menghubunginya sama sekali. Mencoba melupakan sosok Noah sekejap, Nadiva mengakui dirinya jarang sekali berolah raga sehingga berlari beberapa menit saja pasokan energinya sudah terkuras habis. Bersyukur, kemudian lega ketika gerbang sekolahnya sudah tepat di depan mata dan ia tidak terlambat sama sekali.

Nadiva memasuki gerbang dengan nafas yang masih tersenggal serta rambutnya yang lepek tercampur dengan keringat. Lalu lalang kendaraan siswa lain yang baru datang berbondong-bondong memasuki area parkiran sedikit membuat langkahnya dibuat hati-hati agar tidak tersenggol oleh orang lain.

Membutuhkan waktu beberapa menit untuk ia pergi ke kelas menyimpan tasnya jadi yang dilakukan Nadiva adalah menitipkan tasnya kepada Pak Adim satpam sekolahnya.

"Pak Adim saya titip tas dulu ya," Ujar Nadiva seraya membawa topi yang berada dalam tasnya.

"Iya, siap neng, aman kok."

Berjalan ke arah lapangan karena sebagian siswa sudah ada yang berkumpul namun langkahnya justru terhenti, senyum yang diberikan untuk pak Adim tadi tiba-tiba luntur begitu saja dalam wajahnya. Nadiva menghela nafas, pikirnya semesta sangat suka sekali membercandai hidupnya. Di parkiran sana dia melihat Noah yang ternyata baru sampai dengan Gia yang diboncengnya.

Kenapa lagi-lagi harus Gia?
Apa Noah tidak menjemputnya karena akan membawa Gia?
Tapi kenapa Noah tidak menghubunginya terlebih dahulu?

Nadiva tersenyum kecut, dirinya hampir lupa akan posisinya apa disini. Tidak lain dan tidak bukan ya hanya kekasih bayangan saja. Bukan Noah kalau tingkahnya tidak membuat Nadiva bertanya-tanya, kan?

Bohong kalau Nadiva tidak cemburu, bohong kalau Nadiva tidak sakit hati. Terkadang dia juga ingin menjadi sebuah prioritas. Sepanjang upacara berlangsung Nadiva benar-benar tidak bisa fokus dengan amanat yang sedang di sampaikan Kepala Sekolahnya, pikirannya melanglang buana entah kemana. Dengan mata yang berkabut menahan sesuatu yang tidak seharusnya untuk turun, hingga perasaan sesak bergumul di dalam dadanya, peluh yang membanjiri dahinya serta perut kosong yang belum terisi apapun menyebabkan kepalanya berkunang-kunang. Mengerjap beberapa kali untuk mendapatkan kesadaran dan mencoba fokus ke arah depan namun yang dia lihat hanya sekumpulan orang-orang yang sedang berputar, perutnya mual bukan main hingga pandangannya berakhir gelap.
Nadiva pingsan.

●●●●

Dulu Nadiva suka bermimpi tatkala ia terbangun dari tidur orang pertama yang ingin ia lihat ketika buka mata adalah cowok ganteng dengan tatapan penuh kasih sayang yang diberikan untuknya. Sangat indah, apalagi ketika si cowok membangunkannya dengan suara yang super lembut dan ketika dirinya bangun cowok itu tersenyum hingga ke mata karena merasa lucu dengan melihat wajah bangun tidurnya. Tapi hari ini ketika ia tersadar dari pingsangnnya, dari semua keinginannya hanya terkabul satu yaitu; cowok ganteng.

Sosok Noah yang pertama kali ia lihat, tidak ada cowok yang dengan tatapan penuh cinta, tidak ada cowok yang membangunkannya dengan suara lembut dan tidak ada cowok yang tersenyum hingga ke mata ketika melihat dirinya terbangun. Yang ada hanya ada Noah, dengan tatapan kelewat datar sedang menatapnya lekat bahkan garis senyum sedikitpun tidak ada.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang