25. Fall out of love

65 5 0
                                    

| I am fallen deeply to her, but it's not enough

Tepat pukul enam lewat tiga puluh menit, Nadiva membuka gerbang rumahnya untuk pergi ke sekolah. Satu hal yang dilupakan Nadiva tentang Noah adalah, cowok tersebut sangat keras kepala. Terbukti, dirinya mendapati Noah tengah duduk diatas motornya dengan lengkungan senyum menghiasi wajahnya.

"Hai," sapanya dengan tidak menghilangkan senyuman.

Nadiva bergeming, dirinya mencoba untuk mengatur nafasnya mengingat kejadian semalam yang dilakukannya dengan gegabah. Pesan tersebut berhasil dikirim namun tidak ada jawaban sama sekali dari Noah, hanya dibaca saja. Tetapi, melihat Noah pagi ini yang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa semakin membuat Nadiva gugup.

"Mana selingkuhanmu itu? Dia gak ada jemput kayak aku kah?"

Nadiva mengerut samar, sempat bingung arah pertanyaan Noah sebelum akhirnya tersadar dan bibirnya langsung mengerut kesal.

"Kata aku kamu mending balik lagi sama aku, gak ada effort dia mah." Kini senyum pongah yang menghiasi wajah Noah.

Cowok itu turun setelah menstandarkan motornya, sebelah tangannya telah menenteng helm untuk dipakaikan kepada Nadiva sebelum gadis itu menjawab.

Nadiva tiba-tiba tersenyum dan mengerling kepadanya dengan kedua tangan terlipat didada. "Jangan so tau. Selingkuhan aku udah datang. Gimana dong dia ada effortnya tuh."

Noah seketika menolehkan kepalanya sebagaimana Nadiva menunjuk dengan dagunya. Suara motor yang teramat dikenal Noah meskipun si pengendara tertutup helm full face serta jaket, namun dia sangat yakin sekali bahwa itu adalah Nevan temannya.

Motor tersebut berhenti didepan mereka, kaca helm terbuka dengan menampilkan wajah Nevan sebagian.

"Lo pada ngapain ngapel disini? Sekolah woy, pacaran mulu lo berdua." Ujarnya dengan tidak mengindahkan tatapan tajam dari Noah yang sedari tadi mengujaminya.

"Aku ikut kakak ke sekolah." Nadiva dengan gerak cepat menghampiri Nevan namun usahanya juga tak kalah cepat dari Noah yang langsung menarik tangannya menggagalkan rencananya.

"Enggak, kamu gak boleh sama dia harus sama aku."

"Enak aja, suka-suka aku lah. Kok kamu yang ngatur?"

Nevan dengan celingukan menatap heran keduanya, Nadiva yang mencoba menggapainya serta Noah yang terus saja melotot ke arahnya. Dia sepertinya tidak mengerti keadaan saat ini.

"Nevan lo pergi gak?" Bentak Noah yang langsung menyadarkannya dari lamunan, dia baru sadar bahwa Noah sampai saat ini tengah memperbaiki hubungannya.

"Jangan! Lo pergi tanpa gue awas aja lo kak!" Balas Nadiva dengan sama berteriak.

"Nevan!"

"INI GUE PERGI! NADIVA LO SAMA NOAH AJA!" tak lama setelah mengatakan itu, Nevan dengan cepat melajukan kembali kendaraannya mengabaikan teriakan Nadiva.

"KAK NEVANNNNN!!!! Ish." Nadiva berteriak kesal, dirinya menoleh ke arah Noah yang kini menampilkan ekspresi kemenangannya.

Diam. Tidak ada yang membuka suara selama perjalanan, mereka larut dalam pikirannya masing-masing. Sebenarnya, ada perasaan gundah dalam hati Nadiva soal perkara semalam. Dirinya bertanya-tanya atas jawaban yang tidak diberikan cowok itu. Tapi, dilihat dari sikapnya yang sekarang apa artinya Noah menolak usulan itu? Apakah Noah masih menganggap hubungan ini?

"Noah,"

Noah bergumam sebagai jawaban, sedangkan Nadiva menelan ludah dan bergerak bimbang untuk menanyakannya secara langsung atau lebih baik diam membiarkan semuanya berjalan seadanya.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang