10. Atap, Noah dan Keluh Kesah

50 6 0
                                    

|Berada dalam posisi piihan bukanlah tujuan, berharap akulah yang dijadikan
pelabuhan yang tidak akan kamu lepaskan

Silauan dari sinar matahari membuat tidur Noah sedikit terusik. Perlahan matanya membuka kemudian menyipit menghalau cahaya yang memasuki penglihatannya. Dibawanya tubuh itu bangkit, Noah mulai melakukan sedikit peregangan karena merasa sedikit pegal tidur disebuah bangku panjang. Ia sedang berada di atap gedung sekolahnya bersama dengan Bara yang duduk disebelahnya dengan mulut yang dari tadi menyesap nikotin di jam pelajaran kedua, alias mereka berdua bolos.

"Bar," tegur Noah

"Apaan?" Sahut Bara yang tidak menolehkan pandangannya, hanya fokus kedepan.

"Lo jangan ngerokok elah, asapnya ke gue ini."

Bara mendengus, dirinya kembali menghisap rokoknya kuat-kuat dan setelahnya menginjak rokok tersebut. Noah juga sebenarnya merokok, tapi dia akan merokok sekiranya ada hal yang membuatnya stress, temannya yang lain mereka tidak merokok. Nevan yang pernah mencicipi dan merasa kalau rasanya tidak enak memutuskan untuk tidak melanjutkannya sedangkan Davi, dia gagal di percobaan kedua karena selalu batuk. Yang bertahan hanya Bara, cowok itu sudah menjadi perokok.

"Lo kalo galau ngerokok, kek, ini malah tidur."

"Emang sesat lo. Gue gak ada galau, tuh." Dumel Noah.

"Halah tai. Terus ngajak gue kesini ngapain?"

"Ya lo kenapa mau?" tanya Noah

"Si anjing, mau di tolongin malah gini.:" umpat Bara
Noah terkekeh, memang benar omongan Bara tadi.

Beberapa hari ini moodnya sangat berantakan, apalagi hubungan dengan kekasihnya sedang tidak baik. Noah mengakui bahwa dirinya sangat kekanakan sekarang, dia benar-benar tidak setega itu ketika melihat wajah sedih Nadiva. Namun rasa cemburunya menjadikan ia kembali menyakiti sang kekasih. Iya, Noah sebenernya cemburu kepada Nadiva karena telah pergi dengan Ceilo tanpa dirinya tahu dan parahnya lagi ia juga melihat mereka berdua ketika di tengah pusat perbelanjaan tersebut, tentunya tanpa sepengetahuan Nadiva. Dan sekarang dirinya berakhir melakukan tindakan bodoh yang mengakibatkan rasa sesal memenuhi dirinya.

"Lo mau sampai kapan nyembunyiin itu? Lo pikir gue gak tau alasan lo pacarin Nadiva?"

Pertanyaan dari Bara membuat Noah terkejut bukan main. Darimana temannya itu tahu? Padahal dia sudah berusaha untuk menyembunyikan hal itu rapat-rapat.

"Apa dah, karena gue suka lah." Saat ini jantung Noah serasa di pompa, bahkan untuk nafaspun dia sedikit kesulitan. Namun sebisa mungkin dia tetap harus tenang. Bukan ini yang mau dirinya bahas dengan Bara.

"Gue bukan bocah yang bisa lo kibulin, lo terlalu kebaca, Noah."

Noah lupa, bahwa temannya yang satu itu merupakan pengamat sejati. Bara pasti merasakan kejanggalan dalam hubungannya, dan terbukti bahwa tebakannya memang tidak jarang meleset.

"Gue diem karena nunggu lo buat cerita. Tapi kayaknya lo mulai kejebak sama permainan lo sendiri." Kini Bara berdiri dengan memasukan kedua tangannya kedalam saku.

Cowok jangkung tersebut memilih untuk memperhatikan Noah yang wajahnya tampak kalut.
"Jujur, gue cuman penasaran sama alasan lo."

Lama Noah terdiam, dia bingung, haruskah ia menceritakan semuanya kepada Bara? Noah mengangkat wajahnya, tubuhnya ia sandarkan. "Lo bertiga udah tau?" tanyanya.

Bara mengedikkan bahunya, "Kayaknya mereka gak tau." Mereka yang dimaksud tentunya Nevan dan Davi

Noah menghela nafasnya, sudah dia putuskan untuk menceritakan semuanya kepada Bara. Tentang awal kenapa dia bisa berpacaran dengan Nadiva hingga dia yang akhirnya menyukai cewek itu. Noah meminta untuk Bara merahasiakan hal ini sementara dan Bara menyanggupi, temannya satu itu lumayan cukup dipercaya.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang