32. Putus

58 4 0
                                        

| This isn’t working for us


"Ibu minta tolong buat kalian jangan dulu keluar kelas sampai rapat selesai ya dan jangan berisik."

"Iya bu,"

Jawaban serentak itu membawa langkah sang guru menuju pintu untuk keluar dan menutupnya. Seolah tuli akan titah wali kelasnya kini kelas mulai riuh dengan sorakan kesenangan. Salah satunya dengan jeritan tertahan dari seorang cewek yang langsung berlari kecil ke arah meja belakang.

"Nad, lo ada waktu gak hari minggu?" Tanya cewek itu yang ternyata adalah Ella, dirinya duduk di kursi kosong berhadapan dengan Ceilo yang tengah menelungkupkan wajahnya.

"Gak tau tuh, kenapa emangnya?"

Ella beringsut memajukan tubuhnya dan hal itu membuat acara tidur Ceilo terganggu karena lengan Ella dengan terang-terangan mendorongnya.

"Gue ada dua tiket buat nonton Hindia nih, ikut ya, Nad, gue pengen banget bisa liat Baskara. Lumayan nih refreshing abis UTS." Sebuah tiket tersodor kehadapan Nadiva dengan pinta dari Ella yang memelas.

Terdengar decakan malas dari sebelah Nadiva, Ceilo menegak dengan kekesalan. "Lo berisik banget sih."

Mendengar sedikit bentakan kekesalan yang ditujukan untuknya membuat Ella sewot, "Terserah gue dong, lagian gue ngomong sama Nadiva bukan sama lo."

"Lo ngomong tepat di samping kuping gue, Payung!"

"Yaudah, bisa gak ngomongnya jangan ngebentak kayak gitu?"

Bibirnya sudah mulai bergetar, bukan Ella lebay atau gimana tapi dirinya adalah tipe yang dibentak sedikit saja bisa langsung menangis. Ceilo yang semula kesal rautnya segera berubah khawatir dan
bersalah, dia tidak sengaja membentak teman barunya itu. Tapi Ceilo hanya terdiam dengan kebingungannya karena hanya untuk bersuarapun kini lidahnya kelu. Nadiva yang menyadari itu langsung bangkit dan meraih tangan Ella.

"Ayo, kita pindah aja ke depan." Mata Nadiva sesekali bergerak kearah Ceilo yang bergantian menatap dirinya dan Ella mencoba mengatakan seolah baik-baik saja untuk mengurangi rasa bersalah cowok itu.

Keduanya pindah ke meja tempat Ella duduk karena Didi teman sebangkunya tengah bersama Edi mengobrol. Raut Ella berubah kembali menjadi semangat ketika Nadiva mengiyakan ajakannya. Dan Ceilo menelungkupkan kembali wajahnya namun sesekali mencuri pandang ke arah Ella yang disadari oleh Nadiva.

Di ruangan lain tepatnya di kelas Noah yang sama ricuhnya ada satu orang yang tengah menatap kosong jendela kelasnya. Orang itu adalah
Davi, ketika teman-temannya yang lain sibuk mengobrol dirinya hanya diam mematung dengan pikiran yang melayang pada ingatan semalam.
Tepatnya malam tadi, hubungan yang baru dijalani tiga bulan bersama Arsyilla harus kandas. Davi mengajak Arsyilla pada sebuah dataran luas untuk melihat taburan bintang, Arsyilla yang menginginkan
itu dan Davi tanpa pikir panjang langsung menurutinya. Cowok itu tidak berpikiran sama sekali bahwa hari itu adalah hari terakhir hubungannya.
Sebelumnya kalau boleh jujur Davi memang merasa hubungannya dengan Arsyilla berjalan tidak sesuai dengan yang dibayangkannya. Banyak sekali
keraguan, entah itu tentang perasaannya ataupun perasaan cewek itu.

Davi hanya merasa hambar terhadap perasaannya. Harusnya dirinya senang bukan akan penantiannya yang berbuah manis itu tapi kenapa Davi merasa ada yang salah pada dirinya. Semakin hari Davi
semakin yakin menyadari sesuatu yang salah pada dirinya. Menanyakan apakah benar ia masih menyimpan perasaan pada cewek bermata hazel
tersebut? Rasa penasarannya habis ketika dirinya sudah mendapatkan Arsyilla, terlebih sikap cewek itu yang hanya berubah menjadi dekat saja dengan dirinya selebihnya masih layaknya seorang teman tanpa perasaan lebih padanya. Mungkin semuanya hanya perasaannya saja yang sudah mengambil kesimpulan pada hubungan yang masih terbilang berumur jagung itu. Arsyilla mungkin masih menyeseuaikan dirinya. Awalnya Davi berpikiran seperti itu, hingga ketika keduanya tengah sibuk memandangi langit ditemani dengan jagung bakar. Arsyilla angkat bicara.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang