|My biggest mistake wasn’t falling for you it was thinking that maybe you fell
for me too—Unfinished BusinesNoah merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan rambut yang basah sehingga meninggalkan jejak air pada bantalnya. Kaos hitam dipadu padankan dengan celana training bergaris tiga pada kedua sisi melekat pada tubuhnya. Waktu menunjukkan pukul lima sore, sepulang sekolah tadi Noah memutuskan untuk menuju rumah Nadiva terlebih dahulu dengan tujuan memastikan cewek itu telah pulang atau belum. Dan ternyata menurut laporan satpam yang berjaga cewek itu sudah pulang dengan sebuah mobil yang cukup asing dimatanya, Noah sedikit tidak merasa puas dikarenakan si pengemudi sampai saat ini belum diketahui. Namun urusan itu bisa ia kesampingkan terlebih dahulu, karena fokusnya sekarang adalah pada isi kepalanya. Setelah ucapan terakhir Gia yang belum sempat dijawab olehnya, ojol yang dipesan sudah sampai dan beruntungnya Gia dengan bersedia mematuhinya.
Pandangannya menulusuri langit-langit kamar yang sedang memperlihatkan dua ekor cicak sedang saling kejar. Merasa pemandangan yang ia lihat kurang menarik, kini posisi tubuhnya berguling ke samping dengan pipi yang menempel pada bantal. Rasa mengganjal dalam hatinya sedari tadi tidak mau menghilang membuat Noah bergerak gusar. Rasa khawatir, takut, sesak semua bercampur. Tidak, Noah bukan memikirkan ungkapan perasaan Gia padanya tapi pertanyaan mengenai sesuatu yang selama ini ia tutupi. Karena jujur, perasaan terhadap Gia sudah sepenuhnya hilang. Tidak ada perasaan senang seperti harapan ketika cewek itu kini telah menyukainya. Perasaannya berbalas tapi tidak sedikitpun dia merasa senang. Selama ini ia sudah tutup mulut akan sebuah pengkhianatan yang telah dilakukannya dan dirinya hanya tinggal menunggu waktu kapan semuanya akan terungkap. Namun jujur, hanya membayangkan saja Noah sudah tidak sanggup dengan kemungkinan Nadiva meninggalkannya setelah mengetahui fakta tersebut. Sekarang pilihannya hanya dua, membiarkan Nadiva tahu kebeneran itu dari mulutnya sendiri atau orang lain. Tapi, Noah juga sedikit kebingungan untuk memilih kapan waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya dikala Nadiva yang sampai saat ini masih enggan berbicara padanya.
Mata yang semula terpejam itu kini mulai membuka perlahan, Noah sudah memutuskan, dan ia bertekad bahwa hari ini dirinya akan menemui Nadiva dan menceritakannya dengan segala konsekuensi. Dibawanya tubuh itu bangkit, celana rumahannya ia ganti dengan sebuah ripped jeans yang tergantung dibelakang pintunya setelahnya ia membuka lemari untuk mengambil leather jacket yang biasa ia gunakan berwarna senada dengan celana yang ia kenakan. Noah mengulurkan tangannya untuk mengambil kunci motor yang berada diatas kasur tetapi netranya fokus pada notifikasi yang terpampang dihandphonenya.
Bara
Apart Nevan, urgent
●●●●
Langkah kaki Noah ia ayunkan kedalam apartemen milik Nevan yang sudah ada Bara dan Davi tengah duduk di sofa, sedangkan si pemilik tengah berada dibalkon dengan posisi memunggungi mereka. Noah sedikit merasakan aura tidak enak, ditatapnya kedua temannya itu bermaksud menanyakan apa yang terjadi namun jawaban berupa gelengan yang ia dapat. Bara berdehem sehingga mengundang perhatian Nevan yang langsung menolehkan kepalanya yang tak lama gerakan tersebut diikuti oleh tubuhnya dan dengan tenang melangkah memasuki ruangan. Keadaan canggung melanda, bahkan Noah sekedar untuk memutuskan duduk saja dia kebingungan karena tatapan Nevan yang tidak biasa menghunusnya sedari tadi. Noah berdehem ketika cowok itu tepat berdiri dihadapannya dengan air muka yang tenang namun terasa mengintimidasi.
"Lo-"
Baru saja Noah akan membuka mulutnya namun sebuah pukulan mendarat mengenai mukanya yang berhasil membuat tubuhnya limbung.
"Bangga lo sama kelakuan bangsat lo itu?!"
Noah masih mengumpulkan kesadarannya ketika rasa ngilu menjalari area yang dipukul, ia menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah dan menatap shock kearah Nevan yang tiba-tiba memukulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klausa Asmara [END]
Teen FictionNoah Alby hanya perlu tutup mulut untuk hal yang tidak seharusnya Nadiva Adisty-pacarnya, tahu. Sebuah pengkhiatan yang sudah ia lakukan sejak awal hubungannya yaitu mencintai perempuan lain. Kacaunya, Noah mencintai keduanya, tetapi tidak bisa mele...