37. Lembaran Baru

58 2 0
                                    

|This love left a permanent mark—Taylor Swift

Nadiva mematut dirinya pada cermin, hari terakhir ujiannya dirasa sangat berat. Kedua sudut bibirnya ia tarik ke atas tapi garis senyuman itu beberapa hari ini tidak selalu sampai pada matanya. Menghela nafas, matanya menangkap sebuah kantung kertas yang sempat ia lupakan keberadaannya. Hari ini, ia akan menyerahkannya pada Ella. Sekali lagi, Nadiva tersenyum kemudian membuka pintu kamarnya.

Nevan duduk dengan tenang, mulutnya tengah mengunyah nasi uduk yang di belikan ibunya untuk sarapan. Nevan sepenuhnya sudah pindah kembali ke rumah dirinya tidak lagi menyembunyikan statusnya yang bersaudara dengan Nadiva. Dia tidak perlu khawatir lagi karena ia akan melindungi adiknya bila terjadi sesuatu pada cewek itu.

Melalui ekor matanya, Nadiva berjalan dengan gontai ke arahnya. Beberapa hari ini gadis itu selalu saja menolak untuk sarapan tapi Nevan selalu memaksa dan berhasil membuat Nadiva menuruti titah itu. Tubuhnya harus terisi agar tidak lemas.

“Makan dulu.” Nevan menangkap adiknya yang hendak akan menolak, tidak tahu hal itu akan terus saja sia-sia.

“Lo boleh naik ojek kalo gak mau sarapan.” Lanjutnya.

Nadiva memutar bola matanya dengan wajah masam, tangannya menarik kursi dan duduk. “Itu mulu ancaman lo.”
Keduanya sibuk pada makanannya masing-masing dan Nevan memilih untuk tidak bersuara lagi.

Sepertinya kabar kerenggangan hubungannya dengan Noah sudah menyebar karena keduanya sudah tidak terlihat bersama. Banyak orang-orang penasaran akan hubungannya, ada yang menanyainya secara diam-diam bahkan secara terang-terangan seperti saat ini.

Nadiva tengah berdiri di ruangan Ella menunggu cewek itu selesai ujian karena berbeda ruangan. Dua orang cewek menghampiri yang masih dikenal sebagai teman sekelasnya bediri tak jauh darinya.

“Lo putus sama kak Noah, Nad?”

Nadiva menoleh menatap Regina yang melontarkan pertanyaan.

Tersenyum kemudian mengangguk. “Iya,”

Kedua orang itu dengan terang-terangan menatapnya prihatin. “Semua orang penasaran sama alasan kalian bisa putus. Gimana enggak, lo cocok banget sama kak Noah apalagi hubungan kalian juga udah lumayan lama juga kan ya.” Suara dari Chika kini terdengar.

“Kita udah gak cocok lagi sih.” Hanya itu yang mampu ia keluarkan sebagai jawaban atas rasa penasaran orang-orang. Nadiva cukup bersyukur pada Ella maupun Ceilo yang tidak membeberkan informasi atas kejadian kemarin sehingga orang-orang sampai saat ini tidak mengetahuinya.

“Kalo gitu kami duluan ya, Nad. Semoga cepet move on ya.” Ketiga orang itu tertawa.

Nadiva menatap kedua punggung yang perlahan menjauhinya, pandangannya menunduk merenungi kalimat yang dilontarkan temannya itu. Setelah sekian lama dirinya baru mengetahui bahwa ada orang yang berkata bahwa dirinya cocok bersama cowok itu tapi sayang kalimat itu di dengar ketika hubungannya sudah berakhir. Genggaman pada kantung kertas ia kuatkan seiring perasaan menyesakkan dadanya kembali hadir. Tepat hari
ini hubungannya menginjak tahun kedua. Nadiva segera menggelengkan kepalanya menghalau pikiran yang membawanya larut akan kesedihan.

“Lo udah lama nunggu gue?” Nadiva mendongak melihat Ella yang sudah menyampirkan tasnya pada bahu.

“Enggak, yaudah yuk.”

“Gimana ujian lo?”

Ella menghela nafas, teringat akan nilai yang otomatis muncul ketika ujian.

“Gacor, kita bales di UAS nanti.” Dan Nadiva otomatis tertawa mendengar itu.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang