24. Menyerah

89 7 0
                                    

|Kinda tired of being okay with things I’m not okay with

Nadiva bersidekap dada menolak aksi yang direncanakan Noah untuk mengantarkannya pulang. Noah sudah duduk diatas motornya menunggu untuk Nadiva naik. Suasana parkiran tengah sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang sepertinya milik siswa yang tengah eskul dan OSIS karena yang lainnya sudah pulang.

"Aku naik ojol, gak mau pulang sama kamu." Nafasnya kembang kempis menahan kekesalannya sejak tadi. Tamu bulanan membuat emosinya sedikit tidak stabil, terlebih sikap Noah sejak tadi memang mempermainkan emosinya.

"Kamu kan ada aku, nggak perlu pesen ojol." Noah mencoba menggapai tangan Nadiva yang kini menggantung disisi tubuhnya namun langsung ditepis begitu saja.

"Kan udah dibilangin gak mau pulang sama kamu. Kamu nyebelin."

"Iya, aku nyebelin." Noah turun dan kembali menstandarkan motornya. Tangannya dengan telaten memasangkan helm berwarna peach yang biasa Nadiva gunakan tanpa perlawanan sedikitpun.

"Aku kesel sama kamu!"

"Iya, aku tau."

"Kamu tukang maksa!"

"Iya bener aku tukang maksa."

Kini kedua mata Nadiva berkaca-kaca sesaat meluapkan kekesalannya dan respon Noah yang memilih mengalah membuatnya tambah ingin menangis namun Nadiva tahan dengan sekuat mungkin. Dia tidak mau nangis dihadapan siapapun.

"Sekarang, ayok pulang dulu."

Sejenak Nadiva bergeming, "Kalo kamu nantinya ngajak baikan, mendingan aku pulang sama yang lain aja."

Noah terkekeh, mengusap bahu Nadiva. "Enggak, Adis, aku gak bakalan maksa kamu lagi. Kalo udah gak marah, hubungin aku aja ya. Aku nunggu kapanpun itu."

Nadiva menyusul Noah yang sudah naik ke atas motornya, tapi cowok itu tidak juga menjalankan kendaraannya setelah ia naik.

"Kenapa gak berangkat?" Tanyanya.

Noah melirik ke arahnya, "Pegangan, Dis."

"Gak mau." Nadiva menggelengkan kepalanya.

"Aku tau kamu marah, tapi keselamatan kamu nomor satu. Buat kali ini aja, marahnya dikurangin dulu ya, boleh?" Noah menuntun tangan Nadiva yang lagi-lagi di tepis dengan bonus ditepuk oleh sang empunya.

"Jangan modus!" Dumalnya, karena tidak mau lama-lama dirinya langsung menurut dengan mencengkram jaket Noah.

Motor melaju keluar dari pelataran sekolah, ditengah perjalanan Noah terus saja memeriksa Nadiva dikaca spion. Cewek itu benar-benar tidak membuka suara sama sekali, padahal Noah jelas tahu bahwa kebiasaan Nadiva yang tidak bisa diam guna mencegah rasa ngantuk bila dibonceng.

"Jalan-jalan dulu mau?" Noah coba bertanya, laju kendaraannya sedikit lambat dari biasanya. Noah hanya ingin menghabiskan waktu bersama Nadiva sedikit lebih lama karena sepertinya tawarannya akan ditolak mentah-mentah.

"Langsung pulang,"

"Aku mampir dulu ke mini market bentar." Nadiva hendak menolak namun Noah sudah membelokkan kendaraannya di mini market. Ia hanya menghela nafas memilih untuk menunggu diluar dan Noah dengan cepat masuk. Tak sampai lima menit cowok itu telah kembali dengan sekantung belanjaan. Keduanya kembali dalam perjalanan pulang hingga tak lama mereka telah sampai digerbang berwarna hitam milik Nadiva.

Turun dari motor tanpa suara serta menyerahkan helm pada Noah, Nadiva berbalik hendak masuk namun tangannya kembali ditahan Noah.

"Adisty," Tangan Noah mengulur mengangsurkan kantung belanjaan tadi yang bisa Nadiva lihat isinya adalah beberapa heat pack dan camilan manis.

Klausa Asmara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang