Tinggal bersama Sue? Di apartemennya? Berdua saja? Astaga, pasti ada yang tidak beres dengan otak Zoe. Ia tidak mungkin tinggal bersama seorang gadis. Ia tidak mungkin tinggal bersama Sue.
Ini Sue! Demi Tuhan! Walaupun Zac pernah menolaknya, bukan berarti ia tidak pernah mengamati gadis itu diam-diam.
Sue gadis yang sangat cantik dengan rambut pirang dan mata hijaunya yang terlihat seperti batu safir yang berkilauan. Mata itu akan berbinar indah ketika ia menari. Menunjukkan bahwa tari adalah dunianya. Dan karena Sue seorang penari, maka tidak ada satu pun lemak di tubuhnya.
Gadis itu sangat ramping, tinggi, dan juga seksi. Sue memiliki lekuk pinggul paling indah yang pernah Zac lihat, dan bokongnya yang bundar itu tampak kencang dan liat. Lalu kakinya, oh, Sue adalah gadis dengan kaki panjang yang tidak akan pernah luput menarik perhatian pria termasuk dirinya. Jika kaki jenjang itu melingkar di pinggangnya...
Yah, beberapa kali, gadis itu memang sempat menjadi objek fantasinya, dan ia menyesal untuk itu. Namun lagi-lagi, Zac tidak bisa menampik keindahan gadis itu.
Mungkin itu karma atau justru pembalasan dendam Sue karena ia pernah menolaknya. Gadis itu bertekad untuk menjadi cantik dan menarik sehingga akan membuat Zac menyesal. Mungkin. Dan sebenarnya, Zac memang merasakan sedikit penyesalan. Sedikit.
Jika mereka tinggal di bawah atap yang sama, Zac tidak yakin dirinya akan bisa menghadapi gadis itu setiap saat. Walaupun ia jarang di rumah, akan ada masa libur setelah ia sibuk terbang. Biasanya sepuluh sampai empat belas hari. Jika ia di rumah selama itu...
Seharusnya ia tidak pernah menerima usul Zoe. Oke, tentu saja ia sudah menolak ketika gadis itu mengatakannya pertama kali.
Namun, Zoe tidak mau dibantah, gadis itu tidak pernah mau dibantah, dan Zac harus menjemput Sue sendiri hari ini sebelum jam makan siang. Ia hanya berharap ada keajaiban yang bisa membuat Sue menolak usul itu karena Zac yakin Sue juga pasti tidak akan mau tinggal di sini.
Zoellina Moreau: Aku sudah menelepon Sue. Dia akan siap sebelum jam makan siang.
Jadi gagal. Sue tidak bisa menolak usul gila itu juga, sama sepertinya. Zac menghela napas dan bangkit dari ranjangnya. Ia keluar menuju ke satu kamar yang agak kecil di apartemennya. Itu akan menjadi tempat tidur Sue karena tidak ada kamar lain lagi.
Tempat tinggalnya memiliki dua kamar tidur besar, dan satu kamar yang lebih kecil. Satu kamar selain yang ia tempati, ia gunakan sebagai ruang olahraga. Tidak mungkin memindahkan berbagai alat olahraga yang ia miliki karena kamar yang lebih kecil tidak akan muat. Ia harap Sue tidak keberatan menempati kamar itu.
Oke, ini akan mudah untuk beberapa hari pertama. Besok ia akan kembali ke Dallas dan setelah itu memiliki jadwal terbang ke Auckland. Lalu di hari liburnya nanti, ia akan mengunjungi Zoe, jadi selama hampir satu bulan ini, Sue akan lebih sering tinggal sendiri. Itu akan mudah. Sangat mudah.
....
"Hanya ini saja barang-barangmu?" tanya Zac saat di lobi hanya ada dua koper, dan empat kardus besar. Sedikit sekali untuk ukuran seorang wanita. Lena saja harus membawa dua koper jika bepergian selama satu minggu untuk bajunya sendiri.
Sue mengangguk. "Maaf, Zac, aku..."
"Sudahlah. Kita berdua tahu bagaimana keras kepalanya Zoe," ucap Zac sambil menarik dua koper itu keluar. Sue menyusulnya dan menyerahkan satu kardus besar lalu pergi lagi untuk mengambil yang lainnya.
"Kau tahu, kita bisa bilang pada Zoe bahwa kita tinggal bersama dan..."
"Seolah kau bisa membohonginya saja!" Zac terkekeh mendengar usul konyol itu. Adiknya tidak sebodoh itu. Bahkan bisa Zac pastikan nanti begitu mereka sampai di rumah, Zoe akan melakukan panggilan video untuk mengecek mereka.
"Aku tidak ingin merepotkanmu. Aku..."
"Omong kosong! Kau tidak merepotkan. Lagipula dengan kau ada di apartemenku, ada orang yang bisa menjaga kebersihannya dan membuang makanan yang biasanya kulupakan."
Ia menyeringai saat Sue memutar mata hijaunya. Ya, itu juga bisa menjadi salah satu keuntungan. Zac sering sekali menyimpan pizza atau ayam goreng yang tidak habis ia makan dan menyimpannya di kulkas selama berhari-hari sampai ia lupa. Ketika ia pulang, topping jamur di pizza-pizza itu akan bertambah.
Perjalanan mereka ke apartemen berlangsung dalam hening. Zac sendiri memang tidak banyak bicara, lagipula, ia bingung apa yang akan mereka bicarakan. Mereka berdua memang, bisa dikatakan, hampir tidak pernah saling mengobrol. Dulu, sebelum gadis itu menyatakan perasaannya, mereka akan saling tersenyum saat berpapasan. Lalu ketika akhirnya, Zac menolak Sue, tidak pernah ada lagi senyum-senyum itu.
Hingga mereka tiba di apartemen, masih tidak ada pembicaraan yang terjadi. Namun, Zac merasa nyaman dengan itu. Sue sendiri tampaknya juga tidak masalah. Mereka tiba di lift dan Zac menekan angka sembilan belas.
Apartemen ini ada dua puluh lima lantai. Lantai delapan belas, sembilan belas dan dua puluh dikhususkan untuk para pilot karena perusahaannya bekerja sama dengan apartemen ini.
Mereka tiba di depan kamar Zac, nomor 1919, dan Zac memberitahukan nomor sandinya pada Sue.
"Yakinkan untuk mengingatnya, aku tidak sering berada di rumah," ucap Zac saat gadis itu hanya terdiam dan mengangguk tanpa terlihat peduli.
"Sue.." Ia menoleh dan mendapati mata hijau itu menatapnya dengan sedikit takjub. Menatapnya, bukan rumahnya.
Cara gadis itu menatapnya membuat Zac sedikit bergetar. Tidak pernah ada seorang gadis yang pernah menatapnya dengan pandangan itu. Takjub, terpesona, dan...bergairah.
Zac berdeham dan membuka pintu rumahnya lebih lebar lalu membawa koper Sue masuk. Sial, ia tidak boleh berada sedekat itu lagi dengan Sue.
"Aku harap kau tidak keberatan memakai kamar yang lebih kecil. Satu kamar lain sudah..."
"Aku tidak keberatan," potong Sue saat ia melihat kamar yang akan ditempatinya. "Ini dua kali lebih besar daripada gudang studio." Ia mendongak dan menyeringai pada Zac.
Zac mundur selangkah. Sial, gairahnya melesat naik hanya melihat seringaian polos itu. Tidak ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak boleh merasakan ini pada Sue. Tidak boleh.
"Kau boleh menata kamarmu," ucapnya pelan setelah ia menjauh dari gadis itu. "Lakukan apa yang kau suka. Aku akan keluar membeli makan siang untuk kita."
"Kenapa kau tidak memesan lewat jasa pesan antar?" kening gadis itu berkerut yang membuat tangan Zac gatal ingin mengusapnya.
"Tidak. Aku sekalian ada urusan. Aku pergi." Ia berbalik dengan cepat. Tidak ingin lagi menatap wajah cantik itu.
"Zac!" panggil Sue sebelum ia menutup pintu kamar.
Ia menoleh.
"Terima kasih sudah mau menerimaku di sini."
Gadis itu tersenyum. Sebuah senyum yang luar biasa memukau dan menggetarkan seluruh tubuh Zac. Dan Zac tahu, sangat tahu, senyum itu akan menjadi mimpi buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)
RomanceCERITA SUDAH BISA DIBACA LENGKAP DI KARYAKARSA dan GOOGLE PLAYSTORE YAW ❤❤ *Mature Content 18+* Mengandung muatan dan unsur dewasa. Mohon bijak dalam memilih bacaan ya. --- Kehilangan seorang istri dan calon bayinya, membuat Zacharry Miller tidak in...