25.2 Pengakuan Yang Terlambat

745 177 17
                                    

Pengakuan perasaan ini mungkin sudah sangat terlambat. Tidak akan ada artinya sekarang Sue tahu jika ia mencintai wanita itu. Sue sudah menjadi milik orang lain dan tidak akan pernah menjadi miliknya. Namun, bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?

Zac hanya ingin Sue tentang perasaannya yang sebenarnya pada wanita itu. Bahwa ia menyesali semua tindakan bodohnya di masa lalu. Bahwa setelah bertahun-tahun, hatinya selalu menjadi milik Sue.

"Kau...sejak kapan?"

"Sejak kau pergi," jawab Zac lirih. "Tidak, mungkin sebelum itu aku sudah jatuh cinta padamu. Aku hanya tidak mau mengakuinya."

Semua orang pernah melakukan kesalahan, dan bagi Zac, mungkin itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Membiarkan orang yang mencintaimu pergi adalah sebuah dosa besar yang tidak termaafkan. Ia hanya tidak ingin hidup dalam penyesalan yang berkepanjangan. Saat ini saja, Zac sudah merasa sangat menyesal karena melewatkan dua tahun umur anaknya tanpa ia tahu bahwa dirinya memiliki seorang anak.

Bagaimana Sue bisa sejahat itu pada dirinya? Kenapa tidak sekalipun Sue menghubunginya dan mengatakan jika wanita itu hamil? Zac merasa sangat marah awalnya, saat ia melihat foto-foto anaknya yang terpasang di dinding. Berbagai foto dari sejak kelahiran Zach hingga saat ini. Namun, kemarahan itu hilang dengan cepat dan digantikan oleh rasa bersalah yang teramat besar.

Bagaimana Sue menghadapi kehamilannya sendiri? Bagaimana Sue menjalani itu semua? Apa pria itu yang ada di samping Sue ketika melahirkan Zach? Apa wanita itu kesulitan menjadi seorang ibu di usia yang masih muda?

Rasa marah, bersalah, dan cemburu, bercampur menjadi satu. Seharusnya ia yang berada di samping Sue. Mendampingi masa-masa kehamilannya, dan menemani Sue melahirkan. Bahkan mungkin saja sekarang mereka sudah menikah.

Badan Sue kembali goyah dan Zac membawa wanita itu untuk duduk. "Kau tidak apa-apa?"

Sue menatapnya. Tatapan yang sudah sangat Zac rindukan. "Kenapa kau baru muncul sekarang, Zac?"

"Mungkin karena Tuhan ingin menghukumku lebih lama lagi. Aku sangat berdosa padamu, Sue."

Tangan wanita itu terangkat untuk menyusuri wajah Zac dan ia memejamkan matanya seketika. Sial, kerinduan itu bahkan terasa semakin nyata meskipun ia jelas sedang memeluk tubuh hangat Sue. Mungkin karena Zac tahu bahwa hanya ini yang bisa ia dapatkan dari Sue. Sedikit belaian dari wanita itu sebelum ia pergi.

Tekad awal Zac untuk merebut Sue dari suaminya sudah hilang karena ia bisa tahu jika pria itu akan menjadi suami yang lebih pantas bagi Sue dan menjadi ayah yang lebih baik bagi Zach.

Zach. Apa anak itu bahkan akan tahu jika ia adalah ayahnya? Apa Zach bahkan akan pernah mengenalnya?

"Kenapa kau menamainya Zach?" Tanya Zac sambil membuka matanya.

Tangan Sue jatuh dari wajahnya dan Zac berharap bisa meraihnya agar Sue mengulangi apa yang dilakukannya tadi.

Wanita itu menunduk saat menjawab pertanyaannya. "Karena ia sangat mirip denganmu. Aku hanya ingin mengingatmu dalam dirinya."

Apa itu berarti Sue masih mencintainya? Apa mungkin bahwa, sedikit saja, masih ada Zac di hati Sue?

Tangan Zac terangkat untuk membelai wajah Sue, wajah cantik yang selalu ia rindukan. Wajah dari gadis yang akan selalu ia cintai selama sisa hidupnya. Ibu jarinya membelai bibir Sue yang entah sudah berapa kali diciumnya. Kerinduan itu menyeruak dari seluruh tubuhnya. Zac sangat ingin mencium Sue seperti itu. Satu kali saja mungkin tidak apa-apa. Sebuah ciuman perpisahan.

Wajah Zac maju semakin dekat. Tidak ada tanda-tanda jika Sue akan menolaknya. Mungkin Sue juga merindukannya. Mungkin, Sue juga ingin merasakan ciumannya. Mungkin...

Pintu menjeblak terbuka hingga Zac melepaskan tangannya dari wajah Sue. Mereka menjauh dengan salah tingkah saat bocah gemuk itu memasukki rumah seraya berteriak memanggil Sue. Wanita itu bangkit dan meraih tubuh Zach ke dalam gendongannya. Si pria besar menyusul di belakangnya.

"Sue, ada masalah di studio. Aku harus pergi sebentar," ucap pria itu bahkan tanpa memandang Zac.

"Pergilah. Dia juga akan tertidur sebentar lagi. Berapa banyak yang dia makan?"

Pria itu menyeringai. "Dua setengah. Dia benar-benar kelaparan."

Sue tertawa mendengarnya. Kenapa tawa wanita itu terdengar begitu bahagia? Apa karena Zach? Atau karena seringaian pria itu? Dapat Zac lihat bagaimana cara pria itu menatap Sue. Itu sama dengan caranya menatap Sue sehingga bisa dipastikan jika pria itu benar-benar mencintai Sue dan anaknya. Dan kenapa hatinya terasa begitu sakit walaupun ia tahu bahwa ada orang yang begitu mencintai mereka selain dirinya?

"Jangan terlambat pulang. Aku berencana membuat ikan salem panggang untuk makan malam."

Sial! Mereka benar-benar terdengar seperti keluarga yang bahagia. Perasaan iri dan sakit hati itu kembali menyerang Zac.

Pria itu kembali tersenyum dan menunduk untuk mencium Zach yang menyandarkan kepalanya di dada Sue. "Aku tidak akan terlambat," katanya dan ia berbalik pergi setelah mencium kening Sue.

Zac merasa marah. Seharusnya ia yang melakukan itu. Berpamitan saat akan berangkat bekerja. Melihat bagaimana wajah Sue yang berseri-seri ketika menyambutnya pulang.

"Apa kau berencana untuk pergi? Anakku tampaknya mengantuk dan aku harus menidurkannya?" Tanya Sue setelah wanita itu kembali menoleh padanya.

Hilang sudah percikan gairah yang tadi mereka rasakan. Sue kembali menjaga jarak darinya. Namun, Zac menyadari ia tidak ingin pergi. Matanya menatap Zach yang terkantuk-kantuk di gendongan Sue. Bolehkan Zac menggendongnya sekali saja?

"Aku..." Ia menelan ludah. Takut jika Sue akan menolaknya. "Apa aku boleh menggendongnya? Satu kali saja."

Sebelum Sue sempat menjawab, anak itu mengangkat kepalanya dari dada Sue untuk menatap Zac. Lalu, ia mengulurkan tangan mungilnya pada Zac. Dengan menangis, Zac bangkit dari duduknya untuk meraih anak itu dalam pelukannya.

Dan ketika, ia memeluk anaknya itu, untuk pertama kalinya setelah periode hidupnya yang kacau, Zac hampir merasa utuh kembali. Ia merasa tenang karena ada bagian dari dirinya di dunia ini. Seorang anak.

Tangis Zac semakin deras saat anak itu memeluk lehernya. Ya Tuhan, ia tidak pernah bermimpi akan pernah memiliki seorang anak lagi, tetapi ternyata Tuhan begitu baik padanya dengan mengirimkan Zach. Seandainya ia tidak bisa terus bersama Sue, Zac tahu akan ada bagian dirinya yang lain bersama Sue.

Itu sudah lebih dari cukup. Tidak apa-apa ia hidup sendiri dan kesepian asalkan dua orang yang ia cintai ini hidup bahagia bersama.

Bibir Zac menciumi rambut Zach dan sekujur wajahnya hingga anak itu terkikik geli. Zac ikut tersenyum di antara air matanya saat mendengar tawa Zach. Anak ini adalah alasan Sue tetap kuat meskipun hidup sendirian, Zac tahu itu. Dan sekarang pun, ia juga akan seperti itu. Ia akan kuat karena Zac tahu ia memiliki seorang putra meskipun Zach tidak akan pernah tahu jika ia adalah ayahnya.

Tangan mungil Zach berada di pipi Zac, mencubit-cubit rambut janggutnya hingga Zac terkekeh. Zach ikut tertawa dan terus mencubitnya. Lalu, tanpa pernah Zac duga sebelumnya, Zach mendekat dan menciumnya, kemudian berkata, "Paaaa!"

My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang