9.1 Kembali Mengasingkan Diri

800 183 4
                                    

Zac melirik ponselnya dan mendapati tidak ada pesan apapun dari Sue. Sudah empat hari dia pergi dan bahkan gadis itu hanya meneleponnya sekali juga mengirimnya pesan sekali. Satu kali!

Enam hari lagi ia pulang dan Zac tidak ingin bertemu Sue. Oh, ia tidak akan mengusir Sue, itu hanya akan membuat Zoe mengamuk. Akan tetapi, ia juga tidak akan menganggap Sue ada di rumahnya.

Akan lebih baik jika mereka kembali seperti dulu. Saling mengasingkan diri dari dunia mereka masing-masing. Itu jauh lebih baik bagi kehidupannya. Juga kehidupan seksnya.

Sial! Seharusnya Zac tidak tergoda pada gadis itu. Mereka bahkan sudah berhubungan seks dua kali. Sesuatu yang tidak pernah Zac lakukan selama ini. Ia tidak pernah berhubungan seks dengan wanita yang sama setiap kali ia ingin melampiaskan gairahnya.

Hal itu perlu Zac lakukan untuk menghindari tumbuhnya perasaan pada wanita yang berhubungan seks dengannya. Dan sejauh ini, hal itu efektif. Oleh karena itu, ia tidak akan menyentuh Sue lagi. Ia akan menjadi orang suci.

Zac menghela napas. Bahkan memikirkan itu membuatnya merasa berat. Ada apa sebenarnya? Gadis itu hanya Sue, demi Tuhan! Gadis yang sudah ia kenal hampir seumur hidupnya. Sue seharusnya sudah seperti adiknya sendiri. Seharusnya ia tetap pada prinsipnya dengan menganggap jika Sue adalah buah terlarang untuknya.

Kau akan pulang saat Natal nanti kan?

Pulang. Pulang bagi Zac sekarang berarti ke Sault. Bukan Manhattan, Houston, ataupun East Hampton. Rumahnya sekarang adalah Sault. Tempat di mana Zoe dan Ana berada.

Dulu, setelah kematian Lena, berat bagi Zac untuk kembali ke sana. Tempat itu adalah tempat di mana Lena tumbuh besar. Keluarga wanita itu memiliki rumah keluarga di sana yang pernah menjadi tempat mereka menikah meskipun kini mereka semua sudah pindah dari kota itu.

Tempat itu mengingatkannya bahwa harapannya untuk memiliki seorang anak telah terkubur bersama istrinya. Karena itulah saat itu, ia tidak ingin tinggal di sana sesuai rencana yang pernah ia susun. Ia tidak ingin mengingat bahwa ia tidak akan pernah memiliki keturunan lagi.

Kehilangan seorang anak seperti kehilangan napas dan kita tidak bisa meraihnya lagi. Selamanya, jiwanya akan selalu meneriakkan kehilangan itu. Seakan hatinya perlahan mati seiring dengan kesedihan yang semakin mendalam.

Akan tetapi, saat ini, ia sudah lebih bisa menerima apa yang Tuhan telah takdirkan untuknya. Selama apapun ia meratap, sekeras apapun ia meminta, bayinya tidak akan kembali. Meskipun kini Zac sudah tidak sama lagi seperti dulu, tetapi ia berjanji akan menjalani hidupnya dengan baik. Demi anak yang tidak pernah ia lihat dalam hidupnya.

Aku akan melihat jadwalku nanti. Bagaimana kabar Zane?

Jika ada yang menjadi hiburan baginya saat ini, itu adalah Zane, keponakannya. Bayi itu akan menjadi pelepas lelahnya saat ia tiba di Sault. Dan saat ini, itu sudah cukup bagi Zac. Nantinya, Zoe dan Byron pasti akan memiliki banyak anak. Mereka bisa menjadi hiburan di masa tua Zac yang menyedihkan.

Dia semakin tidak bisa diam. Byron sampai kewalahan menjaganya.

Zac tersenyum saat Zoe mengirimkan foto Zane yang sedang duduk di lantai sedang melakukan entah apa pada muka Byron yang tengah tertidur di sampingnya. Kembali rasa iri itu menyeruak ke dalam dadanya. Seharusnya dia juga sudah merasakan hal seperti itu.

Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan untuk menghalau rasa iri itu pergi jauh-jauh.

Zac, apa hubunganmu dan Sue baik-baik saja?

Tanya Zoe lagi saat ia tidak juga membalas pesan gadis itu. Apa Sue mengatakan apa yang telah terjadi pada Sue?

Apa yang dia katakan padamu?

Satu menit, dua menit, tiga menit, balasan Zoe tidak juga datang. Setengah frustasi, Zac menghubungi nomor adiknya itu. Jika sampai Sue bilang apa yang terjadi pada mereka, itu benar-benar akan menjadi hal buruk. Ia tidak ingin Zoe tahu jika ia telah meniduri sahabatnya.

Zoe pasti akan marah padanya karena telah menyeberangi jembatan itu. Jembatan yang memisahkan antara hubungan persahabatan Zoe dengan Sue dan hubungan fisik mereka.

"Apa yang Sue katakan padamu?"

Zoe terkekeh di ujung sana. "Jadi kenapa kau sangat penasaran dengan itu? Tidak ada sesuatu terjadi antara kalian 'kan?"

"Tentu saja tidak!" jawab Zac dengan agak terlalu cepat yang justru hanya akan semakin membuat Zoe curiga padanya. Gadis itu pandai sekali menebak-nebak.

"Benarkah? Kenapa aku mencium sesuatu yang mencurigakan di sini?"

Zac mengumpat dalam hati. "Sampai jumpa saat Natal nanti, Zoe! Aku mencintaimu! Bye!"

****

"Kau sudah melewatkan Thanksgiving. Aku harap kau pulang saat Natal nanti."

Sue memutar bola mata mendengar perintah tegas ibunya itu. Mom adalah wanita yang tampak rapuh dan lembut di luar, tetapi sangat keras kepala juga pemaksa di dalam. Namun, ia begitu pandai menutupi sifat buruknya itu dengan kelembutan yang ia tunjukkan.

Di mata orang lain, terutama John, Lidya adalah wanita lemah yang harus dilindungi. Perselingkuhan yang dilakukannya dengan John pun dinilai para tetangga mereka karena kesalahan Dad yang terlalu sibuk bekerja.

"Aku tidak bisa. Aku sudah berjanji pada Zoe untuk pergi ke Perancis."

"Dia hanya temanmu! Jadi kau lebih memilih menghabiskan waktu dengannya daripada aku, ibumu sendiri??"

Nah, satu lagi sifat jelek ibunya adalah ratu melodrama. Suaranya akan terdengar begitu menyedihkan. Mungkin itu yang membuat John selalu memenuhi keinginan Lidya. Karena wanita ini selalu berakting seperti orang yang teraniaya.

"Kau mungkin bisa mengelabui John dengan wajah pura-pura sedih dan suaramu itu, tetapi tidak denganku. Aku tidak akan ke sana. Lagipula di sana bukan rumahku. Rumahku di East Hampton tempat ayahku."

"Jangan bawa-bawa ayahmu! Dia sudah mati!"

Brengsek! Tidak perlu berteriak sekeras itu hanya untuk mengingatkannya bahwa ayahnya sudah mati. Itu hanya akan mengingatkan Sue pada perbuatan busuk Lidya dan John.

"Dan dia mati karenamu!"

Biasanya, Sue tidak akan bicara sekasar ini. Akan tetapi, ia harus menghentikan semua ini atau Lidya akan terus merongrongnya.

"Suzanne! Kau...kau keterlaluan! Aku ibumu. Satu-satunya orangtuamu yang tersisa!"

"Oh, ya? Kenapa aku sudah merasa tidak memiliki orangtua? Sama saja 'kan kau hidup sendiri tanpa pernah peduli padaku?"

Terdengar suara ibunya yang terisak, tetapi Sue tidak merasakan simpati apapun. Ibunya selalu bersikap sebagai seorang korban dan wanita lemah.

Sejak dulu, Dad selalu bilang padanya untuk mengalah pada Mom dan ia sudah melakukan itu seumur hidupnya.

Ia selalu mendahulukan Mom di atas semua keinginannya. Ia memutuskan hubungan David demi Mom dan John. Namun sekarang, ia tidak akan seperti itu lagi. Ia akan menjalankan hidupnya sendiri. Ia tidak akan peduli lagi pada wanita itu.

"Apa yang kau katakan pada Lidya, Sue? Kenapa dia menangis?"

Sue menghela napas. Tentu saja John ada di sana.

"Aku tidak akan pulang saat Natal, Tahun Baru, atau kapanpun. Katakan itu padanya, John."

My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang