17.2 Keinginan Untuk Berpisah

686 164 8
                                    

Mature Content yaawww...mohon sesuaikan umur kelen saat membaca ^.^



Zac membanting pintu dengan keras begitu mereka masuk ke apartemen. Sejak dari studio, tidak ada satu pun dari mereka yang bicara dan Sue tahu itu karena Zac menunggu saat yang tepat untuk meledak.

Ia sudah membuat Zac marah dengan mengatakan ingin berpisah, dan kemudian ditambah dengan David yang tiba-tiba muncul di studio. Sekarang inilah saatnya Zac akan meledak.

Sue berjalan menuju ke dapur dan Zac mengikutinya seperti yang dilakukan pria itu tadi di studio.

"Nah, kita bisa bicara sekarang! Mana yang ingin kau bicarakan lebih dulu? Omong kosongmu tentang perpisahan atau kenapa pria itu menguntitmu?" Zac berkacak pinggang sementara Sue memilih berbalik dan berdiri memandang kulkas di hadapannya.

"Dia tidak menguntitku!" sergah Sue tanpa memandang Zac. Tangannya membuka pintu kulkas, mengambil air, lalu menyerahkannya pada Zac. "Kau kelelahan, Zac. Kita berdua kelelahan dan jelas ini bukan saat yang tepat untuk bicara."

Zac membanting botol kosongnya di meja dengan agak kasar. "Kau yang mulai bicara tentang omong kosong itu!"

Sue menghela napas. Itu memang salahnya. Dia terlalu gegabah dengan mengutarakan itu tanpa memikirkan akibatnya. Sue pikir, Zac hanya akan menerima itu dengan mudah.

Bukankah dulu Zac bilang sendiri padanya jika ia boleh pergi? Kenapa sekarang pria itu marah?

"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Ini tidak cocok untukku," katanya beralasan.

Zac mengeluarkan sebuah tawa sinis. "Tidak cocok? Setelah semua orgasme yang kau bagi bersamaku, kau mengatakan jika ini tidak cocok untukmu?? Lalu apa yang cocok untukmu? Memanjakan dirimu sendiri dengan vibrator di kamarku??"

Wajah Sue merah padam mendengar perkataan Zac yang kasar itu dan hal itu lebih ke marah daripada malu. Bagaimana Zac bisa bicara seperti itu padanya?

"Itu jauh lebih baik daripada aku berhubungan seks dengan pria yang tidak bisa berkomitmen." Sue melangkah keluar dari dapur dan duduk di sofa.

"Hah! Komitmen! Jadi ini penyebab semua omong kosong itu?? Karena kau mulai menginginkan lebih??"

Sue kembali berdiri dan berhadapan dengan Zac yang masih melotot marah. "Ya! Aku menginginkan lebih! Apa kau bisa memberikannya padaku??"

Zac mundur satu langkah. "Kau tahu komitmen itu hanya sampah 'kan? Itu hanya akan mengikatmu terlalu erat hingga kau akan merasa terlalu sulit untuk pergi." Suara Zac terdengar melunak.

"Lalu apa sekarang kau tidak mengikatku terlalu erat? Kau memintaku berhubungan seks denganmu dan kau menjauhkan David dariku, apa itu juga bukan berarti kau mengikatku terlalu erat?"

"Kau ingin kembali pada si brengsek itu?" pertanyaan Zac diucapkan dalam nada yang tenang.

Oh, itu adalah hal terakhir yang Sue inginkan di muka bumi. Tidak. Bahkan meskipun di dunia ini hanya tinggal David, ia tidak akan kembali pada pria itu. Itu Sue katakan hanya sekedar pancingan agar Zac mengatakan perasaannya pada Sue. Bahwa Zac mulai merasakan lebih padanya. Sue ingin mendengar itu dari mulut Zac.

"Kalau iya memangnya kenapa?"

Mata Zac tampak terluka saat Sue mengatakan itu dengan sangat yakin. Sue merasa sedikit menyesal telah membohongi Zac, tetapi ia harus memberikan Zac sebuah dorongan.

Namun, bukannya jawaban yang Sue dapatkan, pria itu malah mendekat dan menciumnya dengan kasar. Giginya menggigit bibir Sue untuk memaksanya terbuka, dan melesakkan lidahnya dengan keras ke dalam mulut Sue. Tangan Sue mencoba mendorong tubuh Zac menjauh, tetapi Zac mencekal kedua tangannya bagaikan capitan baja.

Zac terus menciumnya dengan ganas dan tidak lembut sama sekali. Sue merasa bibirnya bengkak oleh pagutan-pagutan kasar Zac. Lalu pria itu mendorongnya ke sofa dan menindihnya hingga Sue tidak bisa bergerak. Saat itu, barulah Zac melepaskan bibirnya.

"Lepaskan aku!!" Sue menjerit dan mencoba membebaskan diri, tetapi tubuhnya tetap bergeming. Zac benar-benar menindihnya dengan kuat.

"Akan kutunjukkan siapa yang sebenarnya kau inginkan."

Bibir Zac kembali turun dan menciumnya lagi dengan kasar. Dua tangannya meraih kemeja Sue dan merobeknya hingga kancing-kancing bertebaran di udara. Paha Zac menekan pahanya begitu kuat dan Sue bisa merasakan gairah Zac meskipun mereka berdua masih memakai celana.

Kepala Zac menunduk menuruni lehernya, dan menciumi tulang selangkanya sementara ia melepas bra yang Sue gunakan. Segera setelah Sue terbebas dari bra satin hitam itu, Zac mengulum payudaranya dengan berisik dan nikmat. Sue menggeram saat gairah melesat naik ke kepalanya.

Sialan! Seharusnya ia tidak boleh bergairah karena ini. Ia tidak menginginkan berhubungan seks sekarang dengan Zac. Tidak saat ia sudah memutuskan ingin mengakhiri ini semua.

"Zac, lepaskan aku!" Sue meronta dengan lemah dan tidak menyakinkan.

Dan tentu saja, Zac tidak menghiraukannya. Pria itu kini menunduk semakin dalam ke atas perutnya, dan terus turun ke bawah. Ia berhenti sejenak melepas kancing jins yang Sue kenakan dan menurunkannya dalam sekali sentak dengan celana dalamnya.

"Tubuhmu bahkan memiliki keinginannya sendiri." Zac mendongak dan menatapnya dengan menyeringai. "Apa ini yang seharusnya terjadi saat kau bilang ingin berpisah denganku?" Tangan Zac menangkup kewanitaan Sue yang sudah lembap dan basah karena ciuman-ciuman Zac.

"Ini tidak seperti itu! Ini..." bantahan Sue terputus karena Zac mulai menunduk menjilati bagian intinya yang sudah basah hingga membuat Sue mengerang.

Tidak butuh waktu lama bagi Sue untuk melupakan semua prinsipnya. Tidak butuh waktu lama bagi Sue untuk memutuskan tidak apa-apa ia melakukan ini untuk yang terakhir kalinya. Ia akan pergi setelah ini jika memang Zac tidak bisa memberikan apa yang ia inginkan.

"Sue, aku harus menidurimu sekarang atau aku akan gila." Zac bangkit dan melepas pakaiannya dengan tergesa.

Seharusnya, jika Sue masih memiliki akal sehat, ia bangkit dan berlari ke kamar lalu menguncinya. Membiarkan gairah itu mereda dengan sendirinya nanti. Namun, Sue tidak lagi memiliki akal sehat.

Ia menginginkan Zac hingga sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia ingin Zac memasukinya dan menyemburkan benihnya ke dalam rahim Sue saat kini ia sudah tidak lagi meminum pilnya. Ia ingin bagian dari diri Zac tumbuh di dalam dirinya hingga ia memiliki pengingat tentang Zac nanti saat mereka benar-benar telah berpisah.

"Miliki aku, Zac. Miliki aku."

Sue membuka lengannya dan Zac kembali menindihnya. Pria itu mengerang saat memasuki inti wanitanya yang sudah basah dan membesar karena begitu menginginkan Zac berada di dalamnya.

"Zac, astaga!"

Sue mengerang memanggil nama Zac dan mengucapkannya berkali-kali saat ia merasa gelombang itu sudah sangat dekat. Ia tidak yakin siapa yang datang lebih dulu, tetapi sekarang mereka berdua terengah-engah sementara Zac masih menindih tubuhnya dan masih berada di dalamnya.

Zac tersenyum dan menciumnya. "Ini luar biasa, Sue. Apa kau rela meninggalkan semua kenikmatan ini?"

Air mata Sue menetes. Ia juga tidak rela meninggalkan ini semua. Akan tetapi, jika ia terus bertahan, hatinya tidak akan bisa lagi menanggung semuanya. Sue harus mengambil dua risiko yang dua-duanya memiliki konsekuensi sangat berat.

Pertama, ia tetap di sini dan menyembunyikan perasaannya pada Zac dengan risiko hatinya akan semakin terluka karena tidak akan ada masa depan bagi mereka. Atau yang kedua, ia mengatakan pada Zac yang sebenarnya dengan risiko pria itu menjauh darinya atau malah mungkin menyambut perasaannya.

Dan sekarang, Sue sudah memutuskan pilihan yang akan ia ambil. Sekarang, ia akan...

"Zac, aku mencintaimu."

My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang