32. Tekad Yang Besar

699 164 21
                                    

Zac pergi ke kamar Zoe masih dengan senyum lebar yang tersungging di bibirnya. Ini pastilah mimpi karena ia bisa berada dalam satu ruangan lagi yang sama dengan Sue. Salah. Satu kamar yang sama.

Ya Tuhan, dirinya berhutang sangat banyak pada Zach karena tidak ingin tidur terpisah dari mereka. Ia bisa mulai memenangkan lagi hati Sue dimulai dari malam ini.

Setelah tahu yang sebenarnya, bahwa Sue dan Ben tidak menikah, tekad Zac untuk mendapatkan hati Sue lagi semakin besar.

Apapun yang terjadi, ia tidak akan mundur. Tidak sebelum ia mati, dan Zac serius dengan itu. Tidak ada apapun yang bisa membuat Zac pergi lagi sekarang. Ia akan memenangkan lagi hati Sue apapun yang terjadi.

Zac sampai di kamar Zoe dan mengetuk pintunya pelan. "Zoey, kau sudah tidur?"

"Sebentar!" teriak Zoe dari dalam kamarnya dan beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka dengan menampakkan rambut Zoe yang berantakan dan bibir yang bengkak oleh ciuman.

Kening Zac mengernyit melihat penampilan adiknya yang berantakan. "Aku pasti mengganggu proses membuat bayimu."

"Ya begitulah kira-kira," jawab Zoe tanpa merasa malu sedikit pun. "Apa yang kau butuhkan malam-malam begini?"

"Aku butuh baju hangat dan susu untuk Zach."

"Oh, masuklah." Zoe membuka pintu lebih lebar. "Byron, pakai celanamu! Zac masuk!" teriaknya kemudian disambut gerutuan Zac dan ledakan tawa Byron.

Jika bukan demi Zach, ia tidak akan mau memasuki kamar suami istri yang selalu dimabuk cinta ini. Byron menyewa kamar dengan dua tempat tidur besar. Satu tempat tidur untuk anak-anak mereka, sementara yang satunya untuk...yah, kalian pasti tahu tempat itu lebih sering untuk yang lain daripada untuk tidur.

"Kalian tidak merasa malu bercinta di depan anak-anak kalian seperti itu?"

"Mereka sudah tidur! Dan kami cukup berhati-hati untuk melakukannya di balik selimut," ucap Zoe sambil membuka koper untuk mencari baju hangat. "Lagipula, berada di balik selimut akan membuat kami lebih mudah berkeringat dan itu akan memicu..."

Wajah Zac memerah. "Aku tidak butuh penjelasan mendetail seperti itu!" potongnya malu.

Byron terkekeh. "Jadi Sue mengijinkan Zach menginap bersamamu?"

Zac mengangguk. "Sebenarnya, Sue juga berada di sini."

"Oh...awww!!" jerit Zoe saat kepalanya tidak sengaja terantuk meja karena cepat-cepat bangun.

"Sayang, kau baik-baik saja?" Byron bangkit dari tidurnya dan Zac spontan berpaling karena pria itu...yah...tidak mengenakan apa-apa di balik selimutnya.

"Byron! Sudah kubilang pakai celanamu!" teriak Zoe dengan geli daripada malu ataupun marah.

Zac tertawa. Sangat keras hingga memungkinkan anak-anak terbangun. Namun, Zane dan Zellina tetap tampak pulas, tidak terganggu oleh suara tawanya maupun teriakan-teriakan Zoe. Ia benar-benar terpingkal-pingkal hingga pipinya terasa kaku dan perutnya sakit.

"Ya Tuhan, aku benar-benar merindukan tawamu, Zac," bisik Zoe dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Ia sendiri juga sudah lupa kapan pernah tertawa sekeras dan selepas ini. Sejak masa remajanya mungkin? Tawanya ikut terkubur bersama jasad kedua orangtuanya dan setelah itu, Zac berjanji untuk tidak akan hidup bahagia lagi. Sampai ia bertemu Sue. Dan sekarang, sampai ia memiliki Zach. Ia tidak pernah bahagia seperti ini.

"Aku berharap ini bukan mimpi, Zoe." Suara Zac terdengar bergetar dan ia tahu jika tak lama lagi dirinya akan menangis.

Zoe menghambur ke arah Zac dan memeluknya. "Ini bukan mimpi. Sue ada di sini bersamamu. Dan juga anak kalian."

My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang