4.1 Awal Mimpi Buruk

1K 214 11
                                    

Ini tidak akan mudah. Sue tahu itu. Bahkan hanya mendengar Zac menyebut namanya saja sudah membuat Sue membayangkan ketika pria itu ada di atas tubuhnya, menggeliat, dan meledak seraya menyebut namanya.

Zoe pastilah sudah gila hingga memikirkan ide tinggal bersama ini. Seolah mendengar jeritan hatinya, telepon Sue bergetar, dan nama Zoe muncul di sana. Panggilan video. Zac benar, gadis itu pasti mengecek. Ia keluar dari kamar sebelum menjawab panggilan itu.

"Hai, Sue! Kau sudah pindah!" Si cantik itu tersenyum lebar saat melihat latar belakang Sue berdiri. Langit biru dan gedung bertingkat di Manhattan.

"Ya, aku bisa tinggal di kastil mewah sekarang. Berkat kau. Terima kasih!" ucapnya dengan sinis.

Ia tidak ingin disebut tidak tahu terima kasih, tetapi mengucapkan kata itu dengan nada manis pada Zoe hanya akan membuat wanita itu semakin puas. Zoe tahu bukan ini, tinggal di tempat ini, yang ia dan Zac inginkan.

"Seharusnya kau berterima kasih dengan tulus padaku. Kau tidak perlu tidur dengan para tikus seperti Cinderella lagi."

"Aku akan lebih senang tidur dengan para tikus daripada dengan kakakmu yang dingin itu. Kau tahu bagaimana situasi kami."

Tentu saja Zoe tahu masa lalunya itu, wanita itu pula yang mendesaknya untuk mengungkapkan perasaannya pada Zac. Zoe sempat merasa tidak enak padanya, tetapi Sue berhasil menyakinkannya bahwa itu tidak akan merubah persahabatan mereka. Dan itu memang benar, ia tetap datang meskipun Zac menolaknya.

"Omong kosong, itu sudah lama sekali! Kau juga sudah tidak menyukainya lagi kan?"

"Tentu saja tidak!" jawab Sue cepat. Agak terlalu cepat hingga membuat Zoe menyipitkan matanya.

"Namun, tetap saja kau tahu dia sangat seksi. Hormon-hormonku berteriak dengan brutal setiap kali aku melihat bokong dan pahanya yang seksi. Sialan, dia bahkan lebih menggairahkan setelah menjadi semakin dingin seperti itu."

Zoe terkikik. "Berhati-hatilah kalau begitu. Kalian berdua sama-sama tidak berhubungan seks untuk waktu yang lama, itu bisa jadi akan berbahaya."

Sue memutar bola mata. Seolah Zac akan tertarik untuk bercinta dengannya saja. Lagipula, ia tidak yakin Zac tidak berhubungan seks dalam waktu lama. Para pria tidak akan bisa menahan gairahnya selama itu.

Hal itu terbukti pada David. Pria itu menikah hanya dua bulan setelah mereka benar-benar putus, dalam kondisi istrinya yang sedang hamil tiga minggu. Itu berarti David langsung menemukan wanita tersebut tepat setelah putus dengannya.

"Di mana dia?"

Sue mengangkat bahu. "Membeli makan siang atau semacamnya."

Ia membuka kulkas dan mengernyit saat melihat isinya yang hanya ada berkaleng-kaleng bir, air putih, dan sekotak pizza yang menguarkan bau tidak sedap. Sial, apa Zac benar-benar sejorok itu?

"Ada pizza busuk di kulkasnya." Lapor Sue sambil meraih kotak pizza itu, dan membuangnya ke tong sampah.

"Astaga, dia jorok sekali!" seru Zoe sambil mengerutkan hidungnya seakan aromanya tercium hingga ke Sault. "Aku..."

Terdengar suara bayi menangis dan Zoe meletakkan ponselnya. Itu selaan yang bagus untuk mengakhiri obrolan mereka karena ia harus membereskan barang-barangnya sekarang.

"Zoe, aku..."

"Jangan tutup dulu! Aku belum selesai. Zane haus."

Sue menghela napas. "Kita bisa bicara nanti. Aku juga harus membersihkan kamarku." Ia bicara pada langit-langit karena Zoe tidak memegang ponsel itu.

"Aku..."

"Lanjutkan acara beres-beresmu, Sue. Tidak usah kau pedulikan gadis berisik ini."

Ia kini berhadapan dengan pria tampan dan seksi lain yang sedang tersenyum padanya. Lord Byron Moreau, Dewa pujaan para gadis-gadis Hollywood termasuk dirinya. Kadang, ia masih tidak percaya jika sahabatnya menjadi istri dari aktor papan atas Hollywood.

"Byron, aku masih merindukan Sue!" protes Zoe pada suaminya.

Byron menoleh pada istrinya, dan ia harus melihat pria itu mencium istrinya dengan cepat.

Sialan! Byron sangat memuja Zoe, dan Sue tahu itu dengan jelas. Namun, menyaksikan kemesraan mereka ketika ia baru saja bergairah dengan Zac, membuatnya iri.

"Aku akan menutup teleponnya kalau begitu." Ia memutuskan tidak ingin melihat kemesraan itu lebih lama lagi.

"Oh, Sue!" Wajah Zoe muncul separuh di layar ponsel. "Ikutlah dengan Zac jika nanti ia kemari."

"Tapi aku harus mengajar!"

Zoe melotot. "Tutup saja studionya. Kau butuh liburan. Bye, Sue, aku mencintaimu." Lalu Zoe menutup telepon dengan cepat sebelum Sue sempat bicara apapun.

Sue tahu itu karena Zoe tidak ingin dia membantahnya. Untuk kali ini, dia tidak akan menurut pada Zoe. Bukannya ia tidak merindukan gadis itu. Oh, kepindahan Zoe ke Perancis membuatnya menangis seminggu penuh. Ia hanya tidak ingin pergi bersama Zac.

Sudah cukup ia harus menahan diri setiap ada pria itu di rumah ini, ia tidak ingin berlibur dengan pria itu juga. Ia bisa pergi ke sana bersama Mary, dan juga Myra. Liburan bersama para gadis jauh lebih menyenangkan daripada bersama pria itu.

Sue meninggalkan dapur dan kembali menuju kamarnya. Ia suka apartemen ini. Tempat ini sangat mewah tentu saja, tetapi yang paling ia sukai adalah melihat langit kota Manhattan dan sibuknya jalanan New York dari jendela kaca ini.

Studionya tidak setinggi ini sehingga ia tidak pernah menikmati pemandangannya dari jendela. Namun, di sini, Sue yakin ia akan betah berlama-lama duduk di depan sofa dengan secangkir kopi dan hanya melihat langit. Baiklah, jika ada hal baik yang didapatnya dengan tinggal di sini, pemandangan menakjubkan itu adalah salah satunya.

Beberapa saat kemudian, ia sudah sibuk membongkar barang-barangnya yang tidak terlalu banyak itu. Ia memang tidak memiliki apa-apa. Barang-barangnya dari flat yang lama ia kirim kembali ke East Hampton karena gudang studio tidak muat menampungnya. Rumah itu kosong sekarang, jadi tidak masalah ia menyimpan barang miliknya di sana.

Ia menyetel Daddy Yankee keras-keras dari Ipod-nya, dan yang terjadi akhirnya, Sue malah asyik menari daripada membereskan kamar tidurnya. Tubuhnya memiliki keinginannya sendiri jika sudah mendengar suara musik. Dan meskipun Zac bilang kamar ini kecil, Sue mendapati dirinya bisa menari dengan leluasa. Oh, ia benar-benar menyukai kamar ini!

Sue seolah terbang. Ia menari dengan begitu bersemangat hingga peluhnya bercucuran. Yah, ia memang butuh untuk menyalurkan gairahnya dan menari adalah pelampiasan yang lebih tepat daripada kekasih berbaterainya. Ia merasa jauh lebih puas saat menari daripada bermesraan dengan KB-nya. Karena itulah benda itu lebih banyak berada di laci daripada ia gunakan.

Lagu berikutnya mengalun lagi, dan Sue melepas celana panjangnya hingga kini ia hanya memakai celana senam ketat yang hanya menutupi sedikit pahanya. Berikutnya, kaus kebesaran yang ia pakai, ia lemparkan ke ranjang. Sue lebih suka menari dengan tidak terlalu banyak pakaian yang menempel padanya.

Ia baru akan mulai menari lagi saat mendengar bunyi sesuatu yang terjatuh. Ia menoleh dan mendapati Zac menatapnya dengan mata melebar dan mulut menganga. Oh, sial! Sejak kapan pria itu ada di situ!

My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang