11.2 Di Mana Bahagia Itu Berada?

801 190 9
                                    

Berhubung cerita ini termasuk dalam rate mature, akan ada beberapa part yang tidak Mamak up di sini ya. Kalian bisa baca di Karyakarsa untuk part lengkapnya. But, kalau kalian milih baca di sini aja secara free, it's okey ga masalah. Cuma nanti memang akan ada beberapa part lompat seperti cerita Bapak Duda Justin. Terima kasih atas pengertian teman-teman. Selamat membaca ^.^

~~~

Zac menghindarinya. Pria itu tidak menganggapnya ada. Sudah dua hari Sue berada di Sault dan Zac tidak lagi mengajak Sue bicara. Pria itu justru malah semakin jarang datang ke rumah Byron. Dan Sue tahu jika itu pasti karena dirinya ada di sini.

Zoe bilang, Zac memiliki rumahnya sendiri di sini. Tidak jauh dari rumah ini. Mungkin saja Zac ada di sana. Bersembunyi dari dirinya. Siapa lagi yang pria itu hindari selain Sue? Zac mengajak semua orang bicara selain dirinya.

Akan tetapi, itu bagus karena memang Sue tidak ingin bicara dengan Zac. Biarlah semua yang pernah terjadi di antara mereka menjadi masa lalu dan sesuatu yang tidak akan terulang lagi. Lebih baik seperti ini. Mereka kembali menjadi dua orang asing yang tidak pernah saling mengenal.

Sue merapatkan jaket musim dinginnya dan memakai tudung. Udara pagi ini terasa begitu dingin, tetapi Sue tidak bisa tertidur lagi setelah bangun dini hari tadi. Tadi malam hujan deras dan ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Ia tidak pernah menyukai hujan. Dad mengalami kecelakaan pesawat saat sedang hujan. Saat jenazahnya ditemukanpun, dalam kondisi tidak utuh, hujan turun dengan begitu deras. Begitu juga ketika mereka memakamkan serpihan tubuh Dad yang terkumpul, hujan turun disertai angin kencang. Ia benar-benar membenci hujan.

Sue mulai berlari di jalanan yang basah karena sisa hujan semalam. Sudah dua hari, ia tidak berolahraga ataupun menari, dan Ana selalu memberikan makanan yang enak-enak. Jika ia tidak berolahraga, bisa dipastikan berat badannya akan naik saat dirinya pulang ke New York nanti.

Sambil berlari, Sue terkekeh sendiri. Ia tidak pernah menjadi gemuk seumur hidupnya. Bagaimana rasanya berbadan gemuk? Terutama jika ia gemuk karena hamil? Ia menggelengkan kepala dan berlari lebih cepat. Itu tidak akan terjadi. Ia tidak akan bisa gemuk karena hamil.

Namun sialnya, pagi ini jauh lebih dingin daripada pagi pertama setelah Sue tiba di sini. Bahkan jaket tebalnya itu masih membuatnya menggigil. Sue ingin berbalik dan pulang, tetapi ia juga penasaran dengan keindahan kota ini di pagi hari setelah hujan. Jarang-jarang ia bisa berlari di jalanan yang begitu sepi.

Lelah berlari, Sue berjalan pelan dan menghirup udara pagi yang bebas dari asap kendaraan bermotor itu. Ia suka tinggal di sini meskipun tempat ini sangat sepi. Kota kecil seperti ini adalah tempat yang sempura untuk membesarkan seorang anak.

Sue mendesah dan kembali mencoba untuk menghilangkan pikirannya. Sejak menghabiskan waktu bersama Zane dua hari terakhir ini, keinginan Sue untuk memiliki darah dagingnya sendiri semakin menjadi-jadi. Ia melihat bagaimana Zoe berubah menjadi wanita yang begitu bahagia setelah menikah dan memiliki anak.

Oh, tentu ia tidak memimpikan sebuah pernikahan. Ia hanya menginginkan anak. Namun, bagaimana cara memiliki anak itulah yang ia pikirkan. Apa ia perlu pergi ke bank sperma? Di Amerika, bank sperma bisa ditemukan di berbagai negara bagian. Bukan hal sulit bagi seorang wanita jika ia ingin hamil dan menjadi seorang ibu tunggal.

Akan tetapi, bayangan memiliki anak dari seseorang yang tidak ia tahu membuat Sue mual. Bagaimana jika pria itu seorang gangster? Atau memiliki penyakit keturunan?

Yah, tentu saja itu hanyalah sebuah kemungkinan kecil karena, setahunya, prosedur penyimpanan sperma di Amerika begitu ketat dan ada serangkaian tes yang harus dijalankan. Namun, rasanya tetap saja aneh jika ia tidak pernah tahu seperti apa ayah dari bayinya.

Bagaimana jika itu anak dari seseorang yang ia kenal? Bagaimana jika...

Pikiran Sue terhenti saat ia merasa tubuhnya ditarik. Sue mengenal harum tubuh ini, tetapi terlalu takut untuk menduganya. Ia menoleh dan mendapati Zac-lah orang yang menarik tubuhnya.

Zac.

Yeah, Zac yang itu. Pria yang sama yang menghindarinya dan tidak mau bicara dengannya. Pria yang sama yang membuatnya menggila di ranjang dan tiba-tiba pergi tanpa pesan.

Sue menarik tubuhnya dari pegangan tangan Zac karena gelenyar itu kembali menyerang tubuhnya. Sentuhan Zac selalu menimbulkan efek yang membuat bagian kewanitaannya berkedut nyeri.

"Ada lubang di depanmu. Kau berjalan sambil tidur?"

Sue menunduk dan melihat lubang besar yang dipenuhi bekas air hujan yang hampir saja pasti akan membuatnya jatuh seandainya Zac tidak menariknya.

"Terima kasih," ucap Sue pelan sambil melanjutkan langkahnya.

"Ke mana kau akan pergi di pagi sedingin ini?" Tanya Zac sambil menjajari langkahnya.

Sial! Ia tidak ingin ditemani, dan terlebih, ia tidak ingin ditemani oleh Zac.

"Olahraga," jawab Sue singkat. Ia harap Zac akan mengerti keengganannya mengobrol dan meninggalkannya sendiri.

"Di udara sedingin ini?"

Sayangnya, pria ini tidak mengerti.

Sue berhenti berjalan, begitu juga Zac, dan menatap pria itu dengan sebal. "Aku ingin pergi sendirian. Kau bisa melanjutkan apapun yang sedang kau lakukan tadi sebelum bertemu denganku."

Zac mengangkat bahunya. "Aku tidak melakukan apa-apa sejak tadi."

Mata Sue menyipit. "Kau mengikutiku??"

Apa yang Zac inginkan sebenarnya? Kemarin, pria ini menghindarinya dan sekarang malah sengaja mengikutinya??

"Aku tidak sengaja melihatmu berlari dari rumahku, dan bertanya-tanya ke mana kau akan pergi karena kau tidak membawa kopermu."

Sue mendengkus. "Jadi kau seharusnya tahu aku tidak akan pergi jauh dan membiarkanku sendirian."

Ia melanjutkan langkahnya, tetapi masih bisa mendengar langkah kaki di belakangnya. Ya Tuhan, apa Zac benar-benar tidak mengerti apa yang ia katakan tadi? Sue berdecak kesal dan berbalik sambil berkacak pinggang.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Zac? Kau sudah menghindariku selama dua hari, tidak bisakah kau melakukannya sampai aku pulang??"

"Tidak," jawab Zac pelan.

Sue cemberut. Pertanyaan itu seharusnya tidak perlu Zac jawab. Seharusnya pria itu pergi saja seperti yang selalu dilakukannya sebelum ini.

"Jadi kau memutuskan untuk menganggap aku ada sekarang?"

"Sue, kita harus bicara."

"Aku tidak mau!" tolak Sue sambil bersedekap. Pria itu sudah membuang kesempatan untuk bicara berhari-hari yang lalu. "Kesempatan bicara adalah beberapa hari lalu, bukan sekarang."

"Aku akan membawamu dengan paksa jika kau menolak."

Sue mencibir. Ada beberapa pria yang hanya asal bicara, yang hanya mengertak, dan sedikit yang benar-benar membuktikan apa yang ia katakan. Sue tahu jika Zac hanyalah pria yang suka menggertak. Lagipula, seperti apa sih seriusnya pria ini mengajaknya bicara?

"Hentikan omong kosongmu dan biarkan aku pergi, Zac. Aku tidak mau bicara denganmu."

Sue berbalik dan mulai meninggalkan Zac. Namun tiba-tiba, tanah menjauh dari kakinya dan dunia seakan terbalik. Zac memanggulnya seperti sekarung beras. Sialan!

My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang