"Hubungi ibumu dan Ben. Mereka panik." Zac menyerahkan ponselnya kepada Sue ketika mereka sedang berada di dalam perjalanan pulang ke apartemen Zac di Manhattan.
Dokter menyatakan kondisi Sue dan Zac sudah baik-baik saja. Mereka hanya perlu beristirahat selama beberapa hari untuk memulihkan tubuh mereka dan meminum vitamin juga obat penghilang sakit kepala seandainya hal itu menyerang lagi.
"Serius, Sue, kau masih belum memiliki ponsel juga?" Tanya Zoe yang duduk di bangku mobil depan.
Ah, Sue benar-benar lupa tentang itu. Mungkin, memang seharusnya ia mempertimbagkan untuk memiliki ponsel lagi sekarang. Akan tetapi, Sue menyadari jika hidup dua tahun tanpa ponsel membuatnya nyaman. Ia bisa melakukan lebih banyak hal berguna dalam hidupnya tanpa melibatkan benda itu.
Sebagian besar orang sangat ketergantungan pada benda kecil itu. Dulu, mungkin Sue juga begitu, tetapi sekarang tidak lagi. Tidak selamanya kecanggihan teknologi adalah hal yang kau butuhkan setiap hari.
"Untuk apa? Lagipula kalian sudah tahu aku di mana. Dan aku sudah bersama Zac sekarang. Kau bisa meneleponnya jika butuh sesuatu."
Zoe memutar bola mata dan kembali menghadap ke depan. "Pacarmu benar-benar tak tertolong lagi, Zac."
Zac terkekeh mendengarnya. "Aku akan membelikannya ponsel baru nanti. Tenanglah."
"Zac..." Sue menoleh pada Zac dan mengernyit. "Aku benar-benar tidak membutuhkan benda ini." Ia mengacungkan ponsel Zac yang ada di tangannya.
"Kau butuh tahu keadaanku jika aku sedang terbang 'kan?"
Oke. Ia tidak bisa membantah tentang hal itu. Akan jauh lebih baik jika Sue memegang sebuah ponsel dan memiliki hubungan internet daripada hanya memandangi sebuah telepon rumah.
Ia harus selalu tahu keadaan Zac setiap kali pria itu terbang. Adalah hal yang sangat mengerikan jika ia tidak tahu di mana Zac berada dan apakah pria itu mendarat dengan selamat.
Tanpa membantah lagi, Sue mencari nama ibunya di ponsel Zac dan menghubungi wanita itu.
"Ha..."
"Zac! astaga! Akhirnya kau menghubungiku. Bagaimana keadaan kalian? Aku akan terbang ke sana sekarang juga. Kalian benar-benar membuatku gila di sini!"
Sue tersenyum. Ibunya memang tidak pernah berubah sejak dulu. "Mom, kami benar-benar baik-baik saja. Kami sudah dalam perjalanan ke apartemen."
"Sue! Ya Tuhan! Sue!" Hanya itu yang Lidya jeritkan sebelum wanita itu menangis di seberang sana.
Ia mendengar John menenangkan ibunya dan menunggu hingga Lidya berhenti menangis. Sue tahu ibunya pasti juga sangat terguncang. Berita tentang kecelakaan pesawat hampir selalu berakhir dengan tewasnya seluruh penumpang seperti yang pernah terjadi pada Dad dulu.
Dulu, meskipun sekarang Sue tahu jika orangtuanya tidak pernah saling mencintai, Mom benar-benar ketakutan ketika mendengar tentang kecelakaan itu. Sue masih ingat bagaimana tubuh Mom gemetar dengan begitu hebat dan wajahnya teramat pucat saat salah seorang kolega Dad mengabarkan tentang kecelakaan itu.
"Aku benar-benar takut, Sue. Kita baru saja berdamai dan aku pikir...aku pikir..."
"Aku tidak apa-apa, Mom. Kami semua baik-baik saja." Lagi-lagi Sue harus mengulangi setiap kata itu.
"Aku tidak perlu ke sana? Mary meneleponku dan berkata semua aman, tetapi aku takut itu hanya alasan agar aku tidak panik."
Sue terkekeh mendengarnya. "Semua aman terkendali, Mom. Kau ingin bicara dengan Zach juga untuk memastikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)
RomanceCERITA SUDAH BISA DIBACA LENGKAP DI KARYAKARSA dan GOOGLE PLAYSTORE YAW ❤❤ *Mature Content 18+* Mengandung muatan dan unsur dewasa. Mohon bijak dalam memilih bacaan ya. --- Kehilangan seorang istri dan calon bayinya, membuat Zacharry Miller tidak in...