Dua tahun kemudian...
"Mooooommm!!!"
Bocah kecil berambut pirang dan bermata hijau itu berlari dengan langkah terseok-seok begitu turun dari mobil untuk menyambut Sue yang baru saja keluar dari sekolah.
Sue tertawa dan membuka lengannya saat tubuh gemuk anak laki-laki itu semakin mendekat padanya. Ia memeluk anaknya dan mencium pipi montoknya yang kemerahan berkali-kali hingga anak itu terkikik kegelian.
"Menikmati jalan-jalanmu, anak muda?"
Bocah itu mengangguk. "Lan...lan...ngan 'cle Ben."
Ben muncul di belakangnya dan mengacak rambut anak itu dengan sayang. "Dia tidak bisa diam seperti capung. Aku rasa dia tidak pernah merasa kelelahan."
Zachary Caiden Cox kini sudah berusia dua tahun. Bukan tanpa alasan Sue menamainya sama dengan nama Zac karena anak itu memang benar-benar duplikat Zac dalam segala hal.
Ketika Zach lahir, Sue merasa seperti melihat potret bayi Zac yang dulu sering ia lihat di rumah pria itu. Warna rambut, mata, bahkan hingga bentuk bibir dan hidung Zach, semuanya mirip dengan Zac. Tidak ada sedikit pun jejak Sue di dalam diri Zach walaupun dirinya juga memiliki rambut pirang dan mata hijau.
Rambutnya lebih ke pirang strawberry dan matanya berwarna hijau seperti batu safir. Sementara rambut Zac dan Zach kecil berwarna pirang kuning coklat seperti pasir pantai dan mata hijau tajam seperti zamrud. Bahkan cara Zach tersenyum, sama persis dengan senyum milik Zac.
Dan pada akhirnya Sue sadar, mungkin itu adalah cara Tuhan untuk membuatnya tidak melupakan Zac. Dengan memberinya anak laki-laki yang begitu mirip pria yang ia cintai. Agar Sue selalu mengingat Zac setiap saat ia menatap anaknya itu.
Beberapa bulan pertama setelah Zach lahir adalah yang paling sulit. Ia mengalami baby blues dan setiap kali melihat Zach, ia akan menangis tersedu-sedu karena mengingat Zac. Ia merasakan kesedihan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya dan tidak bisa melihat Zach untuk sementara.
Beruntung, Martha, ibu Ben, membantunya mengatasi masa-masa sulit itu. Martha bahkan rela menetap sementara di rumahnya hanya untuk mengasuh Zach. Wanita itu benar-benar menjadi 'ibu' yang selama ini tidak pernah Sue miliki.
Seperti yang Ben katakan, Martha memang cerewet, sangat, tetapi Sue menyadari bahwa ia merindukan kecerewetan seperti itu dalam hidupnya. Tentang Martha yang mengomel meskipun hanya karena ia yang tidak menghabiskan sarapannya, atau tentang ia yang begitu malas bangun pagi semenjak kelahiran Zach.
Sue merindukan hal-hal seperti itu. Hal yang sudah sangat lama tidak dialaminya dengan ibu kandungnya. Sampai saat ini Martha dan Eddie masih sering datang menginap untuk bertemu dengan Zach.
"Kalian sudah makan? Aku kelaparan." Sue bangkit berdiri sambil meraih Zach ke dalam gendongannya.
"Paaawww!!" teriak Zach sambil menunjuk perutnya yang gemuk.
"Dia tidak mau makan sebelum menjemputmu," jawab Ben sambil mengambil Zach dari gendongan Sue. "Dia sudah berat, Sue."
Bibir Sue cemberut menatap Ben yang tertawa dan membawa Zach kembali ke mobil. Ia menatap punggung Ben yang menjauh dan mendesah. Sudah dua tahun dan ia masih tidak bisa memastikan perasaannya pada Ben. Padahal, pria itu membuktikan dirinya selalu ada bersama Sue bahkan di saat-saat terburuknya.
Ben yang menunggunya saat ia melahirkan Zach. Ben yang rela begadang semalaman ketika Zach rewel dan sakit. Ben yang sudah berusaha menjadi 'ayah' terbaik bagi Zach.
Namun, bahkan semua kebaikan itu tidak bisa membuat Sue mencintainya. Ia menyayangi Ben tentu saja, tetapi hanya sebatas itu. Untuk berhubungan lebih dan menjalin ikatan, Sue tidak bisa. Akan terdengar lebih kejam baginya jika ia menikah dengan Ben sementara hatinya milik pria lain.
Mengapa sulit sekali melupakan Zac? Mengapa ia tidak bisa membuka hati untuk pria sebaik Ben? Untuk pria yang sudah berbuat banyak hal baginya. Bahkan Martha dan Eddie sudah menganggapnya seperti putri mereka sendiri dan menyayangi Zach seperti cucu kandung mereka. Mengapa ia menjadi wanita yang begitu keras hati?
Itu karena memang kau tidak mau melupakan Zac. Kau masih berharap padanya.
Sue mendengkus mendengar suara hatinya yang sinis itu. Memang benar bahwa di malam-malam yang dingin, ia sering merindukan belaian hangat Zac. Ia rindu harum tubuh Zac, dan ia rindu seks panas mereka.
Sekarang ini, Sue sudah tidak ubahnya seperti seorang biarawati yang hidup suci tanpa seks. Ia sendiri heran karena bisa menahan diri dari 'itu' selama lebih dari dua tahun. Mungkin, perpisahannya dengan Zac ikut memadamkan seluruh api gairahnya.
"Moooommmm, quicckkk!!!" Zach berteriak dengan tidak sabar dari dalam mobil.
Teriakan Zach membuat Sue tersenyum dan berjalan menghampiri mereka. Akhir-akhir ini, ia justru semakin sering mengingat Zac. Bukankah itu terdengar seperti sebuah ironi?
Ia sendiri yang pergi dan menjauh, berharap bisa memulai hidup barunya dan melupakan pria itu. Namun ternyata, bukannya lupa, Sue malah semakin menyadari bahwa ia masih sangat mencintai Zac. Dan merasa begitu bersalah pada pria itu dan juga pada Zach.
Setiap kali menatap Zach, Sue didera perasaan bersalah yang sangat besar karena harus membiarkan anak itu terpisah dari ayahnya semenjak Sue belum tahu bahwa ia mengandung. Ia merasa menyesal tidak bisa memberikan masa kecil yang normal pada Zach.
Bukan berarti apa yang Ben lakukan tidak cukup. Ben adalah dewa penolongnya karena pria itu bisa memberikan masa kecil yang hampir normal pada Zach. Hampir karena anaknya bukan mengeja kata Dad di saat ia bisa bicara. Bukankah seharusnya Zach mengucapkan kata itu pada Zac?
Dan apa yang membuatnya lebih bersalah lagi adalah Zac tidak akan pernah tahu bahwa ia memiliki seorang putra. Ia benar-benar adalah wanita yang sangat jahat karena membiarkan pria yang ia cintai tidak tahu bahwa dirinya memiliki keturunan.
Mobil Ben berhenti di restoran lokal favorit mereka. Setiap kali pria itu tidak memotret dan Sue harus mengajar, Ben yang akan mengasuh Zach karena ia tidak memiliki pengasuh. Namun bahkan jika Ben harus memotret, ia sering membawa Zach bersamanya. Para wanita di studionya akan sangat senang bermain dengan Zach sementara Ben bekerja. Pria itu benar-benar menyayangi Zach. Bukankah seharusnya itu cukup untuk membuatnya mencintai Ben?
Seperti biasa, begitu turun dari mobil, Zach langsung berlari memasuki restoran yang tidak begitu besar itu. Hampir semua orang yang ada di sana mengenal Ben dan Sue. Mereka benar-benar memuja Zach kecil yang lucu dan menyenangkan. Jadi, ketika Zach berlari memasuki restoran lebih dulu, Sue tidak pernah merasa khawatir.
Akan tetapi, kali ini berbeda, Sue baru saja membuka pintu restoran ketika mendengar tangisan anaknya. Zach sudah jatuh terjerembab di lantai karena tersandung kursi. Ia menangis dengan sangat keras. Sue berlari untuk menghampiri Zach sebelum seorang pria yang duduk di dekat Zach yang terjatuh, membungkuk untuk menolong anak itu.
Zach berhenti menangis ketika lengan pria itu mengangkatnya dalam gendongan. Sue mendekati mereka, dan bernapas dengan lega saat melihat anaknya menangis.
"Zach, Sayang, kau tidak apa-apa, Nak?"
Pria yang menggendong Zach menoleh, dan apa yang bisa Sue lakukan hanyalah menganga menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Mr. Pilot - Spin Off REVERBERE (TAMAT)
RomansaCERITA SUDAH BISA DIBACA LENGKAP DI KARYAKARSA dan GOOGLE PLAYSTORE YAW ❤❤ *Mature Content 18+* Mengandung muatan dan unsur dewasa. Mohon bijak dalam memilih bacaan ya. --- Kehilangan seorang istri dan calon bayinya, membuat Zacharry Miller tidak in...