11. Jeolous

9 4 32
                                    

Hidup terlalu keras untuk mental cengeng. Jangan terlalu serius menanggapi lelucon, meski lelucon itu menindas mentalmu.
~Mesafira Scholastika~

Happy reading love🌻

Menjadi manusia cuek adalah diriku sekarang. Masalah hidup bukanlah hal yang harus dijadikan kesedihan tiap detiknya. Lagian tak ada yang permanen 'kan di dunia ini? Lantas mengapa harus menangisi hal yang justru hanya akan menghambat bahagia hari ini? Huft! Yang berlalu biarlah berlalu. Aku rasa kalimat ini sudah tak asing lagi untuk dijadikan motivasi.

"Sa!" 

Aku menoleh. Mendapati Alexa yang berlari kecil menghampiriku. "Udah kerjain tugas?" Tanya Alexa sambil mengikuti jalanku di samping.

"Iya, kenapa?" Tanyaku malas.

"Giba dong," ucap Alexa dengan wajah memelas.

Aku melirik sebentar ke arah gadis itu. "Punya otak 'kan? Kerja sendiri!" Balasku.

"Dih, parah bet sih," ucap gadis itu. "Sa, pacar tuh!" Aku mengikuti arah pandang. "Tapi bo'ong," lanjutnya sambil cengiran diakhir kalimat. Ingin sekali tanganku menjitak sayang kepalanya.

"Mesa!" Panggil seseorang. Aku dan Alexa menoleh bersamaan. Di sana ada Agas. Pria itu berlari menuju tempat kami berdiri. "Gimana, percaya 'kan?" Ucapnya. Aku mengangguk mengiyakan.

"Jadi cewek jangan ganjen bisa?" Celetuk seseorang tiba-tiba.

Leola, gadis itu entah dari mana asalnya datang dengan membawa kalimat tak sopan itu. Aku memutar bola mataku malas ketika wajah Leola muncul diantara perkumpulan kami. "Emang kenapa? Kesaing ya?" Sahutku kesal.

Gadis itu mendengus. "Lo bahkan gak selevel ama gue," ucapnya sambil menepis pelan rambutku.

"Gue juga gak mau dilevelin ama cewek kampret kek lo!" Ucapku menantang. Aku menatap balas tatapan nyalangnya. Jika kalian tak percaya bahwa masalah hidup bisa merubah sifat seseorang, maka aku adalah bukti dari kalimat itu.

"Kurang ajar ya lo!" Kesalnya sambil menarik kasar rambutku. Aku yang tak mau kalah, membalas jambakan itu. Alexa dan Agas berusaha melerai, tapi sepertinya sulit.

"Awww," ringis Alexa. Aku yang terlalu terobsesi menjambak rambut Leola, tanpa sengaja mendorong tubuh Alexa hingga tersungkur.

"Mesa!" Bentakkan dari seseorang menggema di telingaku. Aku menoleh lalu kembali membantu Alexa berdiri. Reyner datang dengan wajah yang sulit diartikan. Ia seperti menyimpan ribuan amarah yang tersirat jelas pada wajah dan tatapannya. Seketika aku menjadi kikuk. Tatapan yang terlihat ganas itu meremukkan mentalku.

"Ikut!" Ucapnya sambil menarik tanganku menjauhi kerumunan.

Sesampainya di rooftop, ia menghempas kasar tanganku. "Lo kenapa jadi badas kek gini, hah?! Tanyanya. Aku diam menatap matanya. Ia terlihat sangat marah. "Lo liat kan, karena onarnya lo, Alexa sampai kena imbasnya?" Mendengar kalimat itu, aku membuang tatapanku.

Aku mendengus. Aku memang salah, tapi kenapa malah aku yang disudutkan? Bahkan dia tak bertanya bagaimana kronologinya.

"Maaf," lirihnya.  Aku menatap dalam mata pria itu. Wajahnya lesu. "Gue gak mau aja kalo nanti lo di skors karena hal receh kek gini," jelasnya.

M E S A F I R A  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang