Jika orang lain berlari untuk sampai pada garis finish, kau tak perlu menggunakan ukuran itu untuk sampai juga pada garis finish.
~Mesafira Scholastika~Happy reading love🌻
Aku merutuki diriku karena kemarin memberikan tuduhan yang tak jelas kronologinya pada ibu. Aku tahu, wanita itu pasti sedih dan kecewa karena mendapat tuduhan menjijikan itu. Aku juga salah, harusnya kemarin aku meminta penjelasannya. Bukan langsung menudingnya seperti itu.
Hatiku sedikit bergelud, antara melanjutkan misi meminta maafku atau justru mundur menghentikan misi itu.
Huft, bingung!
Jantungku berdebar kencang, takut jika wanita itu tak mau memaafkanku. Tapi tidak, apapun hasilnya setidaknya aku sudah mau mencoba meminta maaf. Entah dimaafkan atau tidak itu hak ibu.
"Alexa!" Panggilku saat melihat sosok yang sudah sangat familiar di netraku.
Gadis yang namanya kupanggil itu menengok. "Lo nggapain di sini?" Tanyaku saat gadis itu mendekat.
"Gue mah udah booking kamar hotel di sini dua hari lalu. Lo sendiri nggapain di sini?"
"Gue pen ketemu mama," tuturku.
"Lah, ibu lo di sini juga?" Heran Alexa.
Aku mengangguk. "Mau gue kenalin sama mama?" Tawarku.
"Pengen sih. Tapi nanti aja, Sa. Soalnya gue pen cepat-cepat ke kampus buat nyalin tugas," jelasnya dengan kekehan di akhir kalimat.
Aku mendengus. Gadis itu memang tak pernah berubah. Kadang aku bingung, apa saja kesibukannya sampai mengerjakan tugas pun selalu tak sempat. "Gak mau nitipin tugas biar gue bawa ke kampus nih? Kasihan tas lu, keberatan!" Ucap gadis itu sambil cengengesan.
Aku menatap sinis pada gadis itu. "Kalo mau nyontek bilang aja kale. Gak usah sok care gitu," kataku sambil memutar bola mata malas.
Gadis itu mengambil cepat buku dalam genggamanku. "Ini baru namanya bestod! Thank's ya," ucapnya senang sambil memasukkan buku itu ke dalam tas.
Aku menggeleng melihat gadis itu. Enak ye jadi anak orang kaya. Mau nggapain aja bisa.
Aku yang tadinya hampir lupa untuk bertemu ibu, langsung berlari menuju kamar hotelnya mengingat jam kuliah yang sebentar lagi akan berlangsung.
Aku mengatur pergerakan jantungku dengan menarik oksigen sebanyak-banyaknya. "Tenang Mesa, semuanya bakal baik-baik aja," monologku pada diri sendiri.
Aku mengetuk pelan pintu berwarna cokelat tua itu. Berkali-kali mengetuk namun tak ada sahutan dari dalam. Dengan rasa penasaran yang tinggi aku membuka pintu itu.
Ceklek
Mataku membelalak sempurna saat mendapati suasana di depan sana. Pajangan fotoku bersama ibu dan ayah kandungku menghiasi tembok putih itu. Aku berjalan mendekat dengan tatapan sedikit takjub dan tak percaya. Kukira ibu membenci diriku sampai tak ingin pulang ke rumah untuk tinggal bersamaku. Tapi apa ini? Rasa bersalah semakin mendominasi perasaanku.
Rasanya ingin menangis, tapi cairan itu enggan keluar. Tanganku terulur menyentuh lembut pajangan foto keluarga yang terlihat sangat bahagia itu. "Maafin Mesa ma," lirihku.
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
Teen Fiction~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...